Lelah telah mereda. Ambisi dan ego telah mengelupas isi hati mereka. Terbangun dari ranjang dan memulai sesuatu yang baru. Untuk membuktikan bahwa suatu mimpi dan harapan bisa digapai dengan usaha.
Sepasang saudara akan mengawali hari yang baru. Hari dimana mereka akan pergi ke kampus kesayangan mereka. Alarm yang telah diaktifkan berbunyi sangat kencang. Membangunkan mereka untuk berjuang hari demi hari yang akan selalu dilalui.
KRING...KRING...KRING...
"Udah pagi! Waktunya bangun."
Gorden jendela dibuka lebar-lebar. Hembusan angin membuat semangat Geando tergugah. Ia mengambil sebuah buku untuk menenangkan diri. Karena bagi Geando, obat terbaik dari kerinduan adalah membaca sebuah buku apapun itu. Karena makna dan pesan terdapat dan menyatu didalamnya.
"Buku terbaikku kali ini, semoga aku akan sembuh akan semua rasa rinduku yang terulang semalam," batin Geando.
Kini terlihat seorang adik yang sehabis menangis semalam terbangun dari tidurnya. Sampai-sampai dirinya lupa memakan telur yang ia buat semalam. Rasa luka dan kangen telah terkupas dengan perlahan.
HOAH...
"Males ke kampus, tapi kalau enggak ke kampus aku lupa kalau aku berjanji untuk membuktikan kepada kedua orang tuaku," gumam Renza.
Renza pun terbangun dan mulai tergugah dari ranjangnya. Menyiapkan berbagai macam buku yang akan ia bawa ke kampus. Beberapa tahun kemudian, Renza akan sendiri kembali. Karena Geando yang akan lulus sarjana di beberapa tahun kedepan.
"Doain yang terbaik aja deh buat abang, aku ingin kita berdua menjadi anak kebanggaan papa," batin Renza.
Lalu Renza pun mulai mengambil sebuah handuk dan mulai membersihkan diri. Untuk bergegas pergi ke kampus. Membersihkan diri adalah hal terbaik bagi dirinya untuk mengeluarkan segala pikiran dan kecemasan.
Kembali lagi kepada Geando. Yang telah membaca sebuah buku mulai bergegas membersihkan diri juga. Sebelum itu, dirinya menyiapkan berbagai macam peralatan, karena akan ada tugas kelompok yang akan diadakan hari ini.
"Mandi dulu ah, habis itu nyiapin sarapan," ujar Geando.
Beres membersihkan badan dan menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan. Mereka mulai bergegas turun dan menuju ke dapur untuk sarapan pagi.
"Ren, tumben jam segini udah bangun." tanya Geando terheran-heran.
"Gapapa, cuman lagi kepengen aja," jawab Renza.
Tatapan Renza hanya menuju kearah makanannya saja tanpa memandang wajah sang kakak. Hal tersebut sudah biasa bagi Geando yang selama ini tinggal bersama dengan adiknya. Karena kelakuan adiknya setelah teringat maupun menangis pasti akan memasang wajah cemberut.
"Renza berangkat dulu ya kak, soalnya buru-buru takut telat ngampus," ujar Renza tanpa memandang kakaknya.
REN!
"Bisa sopan sedikit enggak? Kalau misalnya kamu mau pamit sama kakak! Apakah dengan cara berpamitanmu kayak gitu pantas?" Geando menghentakkan meja. Murka meluluri dirinya. Ego panas mulai masuk ke seluruh tubuhnya. Berakar dan menyayat seisi bagian dadanya.
Renza berhimpit, "Iya deh kak maaf, Renza gak mood aja hari ini. Maafin Renza ya kak."
"Yaudah, sana berangkat."
"Oke Renza berangkat dulu ya kak, kakak hati-hati dijalan." Renza meluluhkan hatinya. Mood yang sengaja dibuat-buat. Demi melancarkan posisi dirinya, dan agar tidak terlihat onar sedikit pun.
"Yaudah sana hati-hati."
Segala macam perdebatan dan permintamaafan telah usai. Kini waktunya, Geando memakai baju kampusnya. Tak ingin dipandang jauh lebih keren kembali, Geando berpenampilan hanya menggunakan kemeja putih dengan celana jeans. Dan kini dirinya siap berangkat menuju kampus.
"Tampil biasa aja deh, lagian ngampusnya juga gak lama-lama banget." batin Geando sambil mengenakan pakaiannya.
Tampil biasa namun masih terlihat keren. Dirinya mengenakan kalung yang berbeda yaitu kalung naga putih. Dengan tas hitam yang serasi dengan apa yang ia kenakan pagi ini.
Tak lupa Geando mengunci pintu dan bergegas pergi ke kampus. Karena Geando malas menggunakan motor kesayangannya. Kini yang ia gunakan adalah motor biasa agar terkesan biasa.
"Kali ini tampil biasa aja, males keren soalnya," canda Geando.
Motor dijalankan dengan cukup cepat. Waktu yang terus berjalan dengan cepat. Angin kencang menemani disetiap perjalanan. Jarak yang cukup jauh, membuat kecepatan motor dinaikkan sedikit lagi.
Tibalah Geando di sebuah kampus terbaiknya. Kampus yang menjadi dimana, dirinya dapat meraih cita-cita dan harapan bagi kedua orang tuanya. Kampus dengan jurusan komputer, karena sebuah keinginan yang terpacu. Nama kampus yang sesuai dengan gaya dan keunikannya.
Dirinya terpampang di semester 3. Menjadikan dirinya remaja yang pintar dan berprestasi. Berbudaya dan berpekerti luhur. Walau sedikit usil, namun selalu sigap dalam menghadapi segala macam masalah.
KAMPUS NIAGA AKSA.
Para mahasiswa berbondong-bondong dan berkeliaran diseisi kampus. Di tengah-tengah keramaian Geando datang dengan outfit yang biasa namun terkesan mewah. Memarkirkan motornya di tempat parkir kampus. Dan bertemulah dirinya dengan seorang teman yang biasa ia jumpai.
"GEANDO!"
"Eh? Andra tumben lu ngampus biasanya juga kagak masuk."
"Bisa ae lu, makin keren aja lu. Motor kesayangan lu mana?"
"Males aja gue, lagian gue pengen polosan aja hari ini."
"Polosan sih polosan, tapi gaya lo gak main-main bro! Effort nya kece parah."
"Alah, udah deh yok masuk kelas. Tinggal berapa menit lagi nih."
Mereka berdua pun pergi ke kelas. Sambil membawa berbagai macam barang bawaan yang akan digunakan saat kelas. Kampus dibuka dengan luasnya halaman dan berbagai macam kelas yang berjejer dan tertata rapi. Sehingga kesan menarik semangat mahasiswa sangatlah tinggi.
Disinilah Geando bertemu dengan para teman-temannya. Semua siswa selalu tergoda dengan setiap penampilan Geando. Karena dimata mereka, dirinya adalah mahasiswa paling pintar dan juga sempurna dimata mereka. Sehingga tak heran para kaum wanita ingin memiliki pria sepertinya.
"Geando! Hai."
"Hai juga."
"Singkat amat jawab lu Do, gue jadi pengen ketawa."
"Singkat darimana? Bukannya biasanya juga gitu kalau ketemu orang?" tanya Geando sambil menghentikan jalannya.
"Iya dah, yuk lanjut jalan."
Kelas pun akan segera dimulai. Mereka berdua berlari dari lorong ke lorong. Dosen pun dalam perjalanan menuju ke kelas. Karena hari ini adalah hari praktek kelas dan tidak boleh ada yang terlambat. Geando dan Andre harus bisa menuju kelas lebih dahulu dibandingkan dosen kelas.
"Tak."
"Tak."
"Tak."
"Waduh! Dosennya udah masuk, gimana nih?"
"Elu sih, kebanyakan drama jadi terlambat kan kita! Mana dosen kita Pak Arman lagi, bisa habis kita dihukum dia."
Andra memberi saran, "Yaudah deh pasrah aja, lagian cuman telat beberapa detik."
"Oke anak-anak mari kita mulai praktek kita, mohon disiapkan peralatan yang telah saya tulis minggu lalu," ujar Pak Arman menjelaskan.
"Baik Pak," jawab mahasol.
"Permisi pak, maaf kami telat." Geando dan Andra menunduk. Rasa bersalah dan menyerah. Hukuman sudah pasti berada diatas kepala dan pikiran mereka.
"Kebiasaan pasti, tumben juga nih Geando telat. Sudah kalian push up saja 20 kali."
"Baik pak."
HAHAHAHA...
Selesai melaksanakan hukuman yang diberikan dosen. Mereka pun duduk dan memulai praktek kelas. Dan menunggu hingga praktek yang diadakan telah usai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
sukacoklat
uhuyy semangat
2023-10-06
1
Xeon
Pernah rasanya dihukum bareng kayak begini. Seru aja gitu kayak pengen mengulang sesuatu hal tersebut, AHAHAHA.
2023-07-14
9