...ONE CHAPTER UNTIL END CHAPTER...
Kembali kepada Geando. Perlahan-lahan motor mulai dijalankan. Rasa lelah karena kumpul dengan teman. Mata terasa cukup perih dan kasap. Berkali-kali Geando mengusap matanya, dan mencoba untuk fokus demi jalan pulang.
Mata terasa lelah, akibat pulang terlalu larut malam. Keselamatan selalu ia utamakan, oleh karena itu ia mencoba berhenti di sebuah persimpangan jalan. Badan Geando terlalu pegal untuk menyetir motornya, terasa berat dan membebankan. Dirinya hanya bisa menunggu waktu yang pas untuk melanjutkan perjalanan pulang.
ARGH...
"Lelah sekali, mataku gak kuat lagi."
Tak lama kemudian, Geando mencoba untuk memakan sebuah permen kopi yang kebetulan ada di sakunya. Hal tersebut adalah penemuan yang terbaik karena dapat mengobati rasa lelah pada mata sejenak.
"Permen kopi."
"Wah penemuan yang sangat bagus nih! Nah, kalau gini mah siap pulang," Geando melebarkan matanya. Karena sebuah permen kopi yang dengan seketika menajamkan matanya.
Sepeda motor dinyalakan kembali. Mata yang lelah sudah terasa cukup membaik. Walau badan terasa pegal dan tidak memadai. Geando tetap melanjutkan perjalanan pulang.
"Pegel banget nih badan!" Geando memegang pundaknya yang pegal. Sambil menekuk-nekuk lehernya yang sudah kelelahan.
Karena badan yang terasa berat dan pegal. Dan pakaian yang disangka terlalu ribet. Geando pun berhenti kembali dan membuka jaket beserta pakaian yang ada di dalamnya.
CAPEK!
"Buka aja deh, ribet soalnya," Geando pun mulai membuka pakaiannya. Rasa hangat yang ditawarkan sangatlah membuat Geando merasa nyaman.
Setelah segala permasalahan badan terbereskan. Ia melanjutkan perjalanan pulang yang sebentar lagi akan sampai tujuan. Mengendarai motor dengan gagah diselingi dengan kalung rantai yang menampilkan kesan yang menawan.
Keringat yang keluar dari tubuh gagahnya. Mengalir dan menjulur di bagian tubuhnya, bahkan sela-sela dadanya. Kecepatan yang diatur cukup kencang, melewati berbagai macam pepohonan rimba yang sunyi dan sepi.
Tak lama kemudian, tepat pada jam 12 malam. Geando berada di depan rumah sambil membawa pakaian yang ia taruh di pundaknya. Berjalan menuju rumah dan mengetuk pintu rumahnya.
"Tok."
"Tok."
"Tok."
"Sebentar!" teriak seseorang yang berada di dalam rumah.
Pintu rumah dibuka oleh seorang adik laki-laki Geando. Adik Geando yang bernama Renza, dengan nama panjangnya Renza Eirlondoft dirinya adalah adik satu-satunya dari Geando. Mereka tinggal di suatu kos yang sama. Karena kampus mereka yang cukup berdekatan.
Dirinya tinggal bersama dengan kakaknya, karena mereka yang sudah dewasa. membuat mereka terpisah dari kedua orang tuanya. Mereka juga dibekali dua buah motor, oleh karena itu mereka sudah bisa mandiri untuk pulang pergi kampus. Hal tersebut adalah hal yang sudah biasa, karena demi masa depan mereka juga yang membuat mereka harus hidup mandiri.
Geando yang memilih jurusan teknologi, karena keinginannya dalam bidang penguasaan tersebut. Dilalui oleh Renza sang adik, yang memilih jurusan nahkoda tepatnya di bidang pelayaran.
Sama seperti kakaknya, Renza juga tidak mengenakan pakaian. Karena gerah yang menyelimuti tubuh mereka di malam hari. Urat nadi mereka yang telah dirapuhkan oleh semilir angin yang mendesis.
"Baru pulang?"
"Iya nih, gerah banget mana udah capek lagi, yaudah Ren tolong masukin motor gue yak!" Geando masuk ke dalam rumah. Dengan lelah dan capeknya, ia merasakan kelengahan yang maksimal.
"Iya dah!"
Masuk ke dalam rumah, ruangan disambut dengan adanya ruang tamu. Dan berbagai macam foto yang terpapang di berbagai dinding-dinding ruangan.
"Ren! Gue masuk dulu ya," teriak Geando masuk ke kamarnya.
"Iya kak."
Kamar dimasuki oleh Geando yang sudah kelelahan dan kecapean. Kamar dengan modif motor kesayangannya. Dan berbagai macam kanvas yang tergantung di setiap dinding dan interior kamarnya. Membuat kesan menawan dan simple. Tak hanya itu, kamar Geando menampilkan tampilan yang Dark black karena dirinya suka dengan ketenangan.
"Panas banget! Nyalain AC dah."
Dirinya tertepar di kamar luasnya. Seketika rasa lelah dan penat menghilang. Geando mencoba untuk mengaktifkan alarm karena ia akan pergi ke kampus esok hari.
Tak lupa pengharum ruangan selalu ia nyalakan, agar kamar terasa lebih bersih dan nyaman. Kamar yang sangat sejuk dan wangi telah mengitari seisi ruangan. Begitupula berbagai macam peralatan lengkap telah ditata rapi oleh sang pemilik.
Renza, adik Geando. Mencoba untuk mengambil makanan yang ada di dalam kulkas. Karena tidak ingin menggangu waktu tidur kakaknya, Renza memasak dan juga makan sendiri di tengah malam.
"Laper!"
"Di kulkas ada apa yak?" Renza membuka kulkas. Mengambil beberapa bahan makanan, untuk dijadikannya makan malam. Akibat dari perut yang mengeluarkan derit bunyinya.
"Ceklek."
"Wih, ada telor nih! Bisa kali buat makan malem ini!"
"Huft."
"Jadi kangen masakan mama di rumah," batin Renza sambil menggengam sebutir telur.
Rasa rindu mengikat dan terulang kembali pada hati Renza. Berharap dirinya yang sering kali dimasakkan mama tercintanya yang selalu bersamanya. Renza juga melihat sebingkai foto kenangan bersama dengan keluarganya.
Rasa batin dan guncangan hati mengekang pada tubuh dan raga Renza. Tangisan keluar dari matanya, karena kata hati yang mengingat kejadian yang terulang kembali.
"Rindu keluarga kalau gini mah," tangis Renza sambil menyalakan kompor.
"Ketemu mama besok ya! Kalau Renza sudah sukses, Renza bakal menjadi anak yang terbaik buat keluarga kita! Doain yang terbaik buat Renza sama abang ya ma, Renza sayang mama," ujar Renza sambil terisak.
Tangisan yang cukup kencang. Membuat Geando terbangun dari tidurnya. Geando yang merasa penasaran akan suara tangisan itu, mulai mencari sumber suara dimana suara itu berasal.
"Siapa sih, malem-malem begini nangis?" Geando mengusap-usap matanya yang belum tersadar. Membuka selimut yang tengah ia pakai. Lalu ia pergi menuju sumber suara itu.
"Ceklek."
Geando yang merasa penasaran dan terganggu pun mulai keluar dan mencari sumber suara itu berasal. Dirinya menutup pintu kamar dan mengecek situasi sekitar.
Tak disangka ternyata Renza, adiknya sendiri menangis sambil menggoreng telur yang ia masak. Tangisan yang masih ditahan-tahan, namun harus ia keluarkan dengan sejujurnya.
Geando sebagai kakak yang melihat sang adik menangis. Mulai menanyakan tentang hal apa yang ia tangisi saat ini. Sampai-sampai Geando terbangun dari tidurnya.
"Ren, itu elo? Kenapa lo nangis?" tanya Geando.
Renza pun memutar tubuhnya dan mulai mematikan kompor yang menyala. Tanpa disangka, dirinya berlari ke pelukan kakaknya. Sambil bercerita tentang apa yang ia tangisi.
"HEI...HEI....HEI..."
"Don't cry my brother! Kamu kenapa cerita aja sama kakak," ujar Geando sambil memeluk pelukan adiknya
"Renza rindu mama, rindu rumah! Kak."
"Hei! Bukan cuman kamu aja Ren, kakak juga rindu sama papa sama mama! Lagian kamu kan juga hubungin mama lewat pesan."
"Tapi kita juga harus bisa buktiin Ren, bahwa kita adalah anak yang dipilih dan diberi kesempatan untuk meraih masa depan kita."
"Iya kak, Ren tau! Tapi Ren cuman rindu suara dan kebahagiaan kita," Renza kesekian kalinya merengek akan hal itu. Tanpa henti ia mengeluarkan air mata tanpa henti. Terisak dengan matanya yang memerah.
"Kalau memang kamu benar-benar rindu tatapan langsung dengan mama sama papa, kita harus bisa sarjana dulu! Untuk bisa tampil dihadapan orang tua kita dengan seragam kita masing-masing," Geando membelai belaian pelukan Renza. Dengan hangat dirinya berusaha mengumpulkan niat Renza, untuk bisa melakukan dengan apa yang ia katakan.
"Iya kak."
Berbagai macam cerita berkumpul menjadi satu kesatuan. Membuat jerit tangisan mereka semakin mempererat memori kerinduan. Pelukan hangat mereka membuat kenangan keluarga terulang kembali di kehidupan mereka.
Hanya bisa mendengar dari jarak jauh. Bukan melihatnya bahkan menggengamnya. Walaupun terbalut rasa luka, akibat rasa rindu. Namun mereka masih bisa menyatukan rasa kekeluargaan.
"Yaudah coba sekarang, kamu hubungin mama. Coba kamu kirim pesan ke dia," Geando menyuruh Renza untuk membuka ponselnya. Dan menyuruhnya untuk mengirimkan pesan rindunya kepada mama.
"Gausah deh kak. Renza malu masa anak laki-laki cengeng begini. Sewaktu-waktu aja kalau ada waktu renggang. Lagian mama sama papa juga masih sibuk sama pekerjaan, soalnya setiap Renza kirim pesan bilangnya sibuk mulu." Renza menjelaskan segala uraian etikadnya dalam memgirimkan pesan kepada orang tuanya. Namun hal tersebut, yang dimaklumi oleh Geando karena urusan pekerjaan.
"Ya mungkin urusan pekerjaannya menumpuk Ren. Lagian nih ya, kamu kan tau sendiri. Papa kerja jadi polisi yang harus dinas entah berapa hari. Dan mama kerja sebagai kantoran kan? Udahlah kita maklumi saja ya." Geando tak segan-segan memeluk erat sang adik. Sambil menenangkan perasaannya kembali akan suatu kejadian yang diutarakannya.
"Kapan-kapan, kita pulang ya! Ren," Geando yang ikut menangis. Membelai batin dirinya untuk menutupi segala keterpurukannya selama ini.
"Iya kak! Semoga kita semua bisa berkumpul kembali bersama dengan kenangan kita yang dulu," Renza terisak kencang. Dirinya menangis tanpa henti dan tidak bisa menahan rasa tangisannya.
Mereka pun saling menjanjikan segala macam gelombang cerita yang mengalir. Janji yang selalu terikat dengan solidnya persaudaraan diantara mereka. Dan kini hanya doa dan harapan pulang untuk keluarga mereka.
Dan kini waktunya mereka untuk meluapkan segala apa yang mereka tangisi dengan cara berdoa dan tidur. Agar segala apa yang mereka utarakan dan yang diharapkan dapat terjadi sesuai dengan perkataan dan janji mereka.
"Doa dulu yuk, habis itu langsung tidur ya," Geando membelai sang adik. Sambil mengusap air matanya yang tengah menetes deras.
"Iya kak."
Doa dan harapan mereka katakan kepada sang kuasa. Pengabulan segala ucapan dan perkataan yang diinginkan mereka. Diselingi dengan berbagai macam doa perlindungan bagi kedua orang tua mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
your boss
semankha
2023-10-08
1
Ciki
kok sebagus ini sepi?
2023-10-07
1
FC || Edeline
Kalau gak dapet kakaknya, adeknya boleh lah Thor, wkwk 😭❤️
2023-07-14
7