"Sudah aku bilang, saat kita sedang berdua kau harus memanggilku ayah. Bagaimanapun kita adalah keluarga, mau sampai kapan kamu terus mempermasalahkan ibumu itu." tegas Huda seraya duduk diatas kursi, menyesap papir rokok di tangannya.
sementar paulo hanya diam termangu.
"Pergilah, sampaikan pada Astra malam ini aku akan melakukan pertemuan tetua suku untuk membahas masalah orang orang yang kau bawa kemari itu.” tegas Huda.
“Baik ayah aku akan menyampaikannya." sahut Paulo seraya berjalan mundur meninggalkan ruangan.
Abi yang menguping pembicaraan mereka sedikit terkejut mengetahui ternyata Paulo adalah anak ketua suku. Ia pun segera kembali ke kamar menemui Gavi dan Milo untuk menyampaikan kabar tersebut.
Sesampainya didepan pintu, Abi merasa ada sedikit yang aneh. Pintu tersebut tidak bisa dibuka dan sepertinya terkunci dari dalam.
“Gavi, Milo buka pintunya! Ini gue” teriak Abi dari luar sembari mengetuk ngetuk pintu.
~10 menit yang lalu~
Gavi dan Milo sedang sibuk mengeluarkan barang barang mereka dari dalam ransel, saat itu Milo berusaha menaruh ransel miliknya diatas titian kayu yang cukup tinggi sampai dia harus menaiki sebuah kursi untuk menaruh ranselnya diatas sana.
Namun saat hendak turun, kursi yang dianaiki Milo bergoyang hendak patah dan Milo yang hilang keseimbangan hampir terjatuh. Beruntung Gavi segera meraih pinggang ramping Milo yang sontak membuat Milo refleks mengalungkan tangannya pada leher kekar Gavi.
Beberapa saat mereka saling bertatapan.
Milo mengambil kesempatan ini untuk mendekati Gavi dan Gavi yang mulai tersulut nafsu mulai saling melirik liat bibir masing masing. Perlahan lahan keduanya saling mendekat, Gavi mulai ******* bibir ranum Milo. Milo pun tak mau kalah, dia membalas dengan penuh hasrat, Menaik turunkan tangannya di tengkuk Gavi membuat Gavi semakin terangsang
Mereka terus beradu lidah sampai menjatuhkan barang barang disekitarnya, Gavi menyudutkan Milo kedepan pintu, sementara tangan kirinya bermain dengan dada Milo yang nampak mengembang keras sementara tangan kanannya berusah mengunci pintu.
Gavi yang sudah diambang kesadaran mendorong tubuh Milo keatas kasur yang terbuat dari kapas berlapis kulit harimau itu. Hendak melepaskan pakaian dan mulai menjamah inci per inci tubuh Milo, gerakan Gavi terhenti oleh ketukan pintu yang terdengar dari luar.
Menyadari itu adalah suara Abi, sesaat kesadaran Gavi kembali. Mengingat sahabatnya itu mencintai gadis yang berada dibawahnya saat ini membuat Gavi merasa sedikit jijik pada dirinya sendiri. Buru buru dia membenarkan pakaian dan menarik Milo agar bangun
“Maaf mil, gue kebawa nafsu, maafin gue ya. Kalo bisa lo pukul gue sekarang” ucap Gavi sembari memegang tangan Milo dengan tatapan penuh kecewa pada dirinya sendiri.
“Santai aja Gav, nanti kita lanjutin lagi” goda Milo.
Raut wajah Milo terlihat sedikit kesal, tetapi bukan karena perilaku Gavi yang hampir menyetubuhinya. Melainkan karena kedatangan Abi mengganggu momen selanjutnya yang sudah ditunggu tunggu Milo selama ini.
Gavi menghiraukan ucapan Milo, ia hanya menganggapnya bercanda untuk mencairkan suasana. Gavi pun segera membukakan pintu untuk Abi.
“Duh lama banget sih lo bukanya, hampir tadi mau gue dobrak.” gerutu Abi.
“Hehe iya Bi sorry, tadi didalem ada tikus jadi gue sama Milo tutup pintunya buat nangkap tu tikus.” Gavi berdalih.
“Yaudah deh, gue bawa kabar baru nih." Abi mengunci kamar dan duduk disebelah Milo yang masih duduk diatas kasur.
"Tadi gue kebawah mau nyari makan sama minum ke dapur, terus gue gak sengaja denger pembicaraan ketua suku sama Paulo. Ternyata Paulo itu anak ketua suku, dan malam ini mereka mau ngebahas masalah kita sama sesepuh desa." Ujar Paulo.
"Jadi kita harus gimana? Saat ini kita Gak tau apa apa tentang dunia yang kita tinggalin ini. Bahkan kita Gatau harus bertahan hidup gimana diluar sana” ucap Milo dengan gelisah.
“Yang bisa kita lakuin sekarang cuma bersikap baik dan berbaur dengan warga sekitar, berharap ada info yang bisa kita dapat supaya bisa kembali kedunia kita." imbuh Milo.
Abi berangguk mengiyakan ucapan Milo.
"Atau lebih baik kita mengintip saja apa yang akan didiskusikan tetua desa itu” tutur Gavi.
“Boleh juga, kita usahain segala cara. Ingat kita harus bisa bertahan hidup dan berjanji harus keluar hidup hidup dari dunia ini bersama sama” ucap Abi dengan penuh semangat seraya mengalungkan tangan pada pundak Milo dan Gavi.
Mereka bertiga berpelukan dan mengikat janji agar bisa keluar dari dunia ini dengan selamat.
*****
Malam telah tiba, Milo mengamati dari kursi diruang tamu dan melihat Huda keluar dari kamar bersama Astra-Asisten pribadinya. Segera Milo memanggil Gavi dan Abi untuk mengikuti mereka.
Cukup jauh mereka masuk kedalam hutan yang rimbun, mengendap endap dibalik batang pohon, mengikuti gerak ketua suku yang semakin cepat hingga mereka sampai disebuah pondok kecil.
Melihat ketua suku masuk kesana, Milo Gavi dan Abi segera mendekatkan diri ke dinding pondok yang terbuat dari kayu jati itu dan mencari celah untuk melihat kedalam.
Abi menemukan sebuah celah yang cukup besar untuk melihat kondisi didalam. Mereka melihat sekitar 7 orang tetua desa duduk melingkari sebuah bara api. Saat melihat ketua suku datang, para tetua itu berdiri dan membungkukkan badan lalu duduk diatas tanah beralaskan kulit harimau. Sedangkan Huda sang ketua suku duduk diatas kursi beralaskan bantal kapuk.
“Maksudku memanggil kalian kesini adalah untuk membahas cara menghilangkan kutukan di desa ini.” ucap ketua suku membuka percakapan.
“Kita sudah mencoba berbagai cara tuan, tapi tak ada satupun yang berhasil. Apakah tuan memiliki cara lain?" ucap salah satu tetua.
“Kemarin Paulo menemukan 3 orang asing tersesat dari masa depan, semalam aku bermimpi didatangi seorang nenek nenek, ia berkata jika ingin bebas dari kutukan maka harus mengorbankan manusia.” ucapan ketua desa itu membuat semua tetua terdiam tak bersuara.
“Lalu apa yang harus kita lakukan tuan, Apa kita korbankan saja mereka?” tanya seorang tetua.
Belum sempat Huda menjawab hal yang akan dilakukan selanjutnya tiba tiba terdengar suara ranting kayu patah yang tak sengaja diinjak Milo. Gadis itu terlampau kaget hingga tak bisa mengendalikan diri saat mendengar ucapan orang orang di dalam sana.
menyadari itu huda menghentikan pembicaraan dan menyuruh Astra memeriksa keluar. Buru buru Gavi, Milo dan Abi bersembunyi dibalik pohon besar dibelakang pondok tersebut.
“Duhh lo si pake nginjek ranting segala, padahal tadi beberapa menit lagi kita bisa tau apa inti pembahasan mereka!” Gerutu Gavi
Milo membisu, seluruh tubuhnya kaku karena kaget dan terkejut sekaligus.
“Udah sekarang gak ada kesempatan lagi, penjaganya juga berdiri terus disitu ga masuk lagi” imbuh Abi.
“Apa bener kita bakal di korbanin?" ucap Milo dengan nada penuh ketakutan.
Ucapan Milo tersebut membuat Gavi dan Abi ikut membungkam. Mereka bertiga duduk disamping pohon dengan memeluk lutut masing masing.
Dalam suasana tegang itu, otak mereka riuh memikirkan kemungkinan kemungkinan yang bisa saja terjadi.
“Ayo kita pulang aja ke rumah Paulo, dengan diam disini aja ga ngebuat perubahan apa apa” ucap Abi memecah keheningan.
“Lo gila ya? Kalo kita balik kesana kita Gak tau apa yang bakal dilakuin warga sana. Mikir dong” sentak Gavi.
“Terus mau lo apa? Kita diem disini aja gitu nunggu ajal menjemput? Minimal kita bisa lari sekrang ke rumah ketua terus ngambil barang barang kita, seenggaknya dengan adanya barang barang itu kita bisa bertahan hidup di dunia asing ini!” tegas Abi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments