"Hftttt....Lo gakpapa kan mil?" tutur Gavi terengah engah, hampir saja ia kehabisan nafas didalam air.
"Iya gue gakpapa" sahut Milo.
Mata Gavi dan Milo membulat sempurna saat menelisik lingkungan sekitar yang gelap. Mereka menyadari bahwa lingkungan disekitar mereka bukan lagi rimbunan hutan pohon Pinus, tetapi sebuah telaga di dalam gua yang gelap hanya bercahaya kan kunang kunang dan beberapa cahaya bulan yang menembus bebatuan diatas mereka.
Sejenak mereka bertatapan heran dan memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.
"grbassss..."
"Woi apaan tuh." Milo yang kaget sontak memeluk Gavi.
Terdengar sesuatu keluar dari dalam air dan berenang mendekat kearah Milo dan Gavi.
"Huftt....Lo berdua gapapa kan?" Ucap Abi yang tiba tiba muncul dari bawah air.
"Iya kita gakpapa, Bi." sahut Gavi.
Tatapan Abi kini sama seperti tatapan Milo dan Gavi saat mengamati sekitaran yang berubah menjadi gelap dan berada di dalam gua.
"Airnya dingin, Ayo kita ketepian dulu." Ucapan gavi memecah keheningan.
Ketiganya berpegangan dan berenang dengan pencahayaan seadanya ke tepi telaga. berusaha naik untuk sekedar duduk dan menghangatkan diri dari basah air yang dingin.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Milo bertutur dengan bibir bergetar.
Abi dan Gavi saling bertatapan, berusaha menerawang kejadian sebelumnya.
"Gue nyebur buat nolongin Lo berdua. perasaan gue nyelam lurus terus ke bawah dan tiba tiba datang cahaya putih. Gue kaget berusaha balik lagi ke atas, remang remang gue liat kaki kalian dan akhirnya....kita ketemu." Ujar Abi
"Gue juga sama, liat cahaya putih!" Sahut Gavi.
Milo mengangguk, mengisyaratkan bahwa ia juga mengalami hal yang sama.
Ketiganya kembali larut dalam lamunan masing masing, Memikirkan kejanggalan dari kejadian yang baru saja terjadi, apakah nyata atau hanya halusinasi belaka.
Milo berusaha menghidupkan ponselnya namun mati karena kemasukan air, begitu pula dengan ponsel Gavi. Sementara Abi, ia baru ingat menjatuhkan ponselnya sebelumnya masuk kedalam air.
Abi malah mendelik jam di tangannya yang masih hidup dan menunjukkan pukul 20.30 padahal ia ingat betul saat sebelum jatuh kedalam telaga kondisinya masih tengah hari sekitar pukul 13.00.
"Ini pasti ada yang gak beres. gak mungkin tiba tiba jam segini." Spontan Abi mengungkapkan isi pikirannya.
"Hmm, kita coba masuk lagi aja kedalam air." ucap Gavi.
Abi dan Milo mengangguki ucapan Gavi.
Ketiganya kembali melompat masuk kedalam telaga, melakukan cara yang sama seperti sebelumnya. Berharap mereka bisa menemukan jalan keluar dari tempat tersebut.
Namun hasilnya nihil, Tak ada apapun yang bisa ditemukan oleh mereka.
Yang bisa mereka lakukan saat ini hanya berusaha bertahan hidup di tepian telaga seraya memikirkan jalan keluar dari permasalahan mereka yang janggal ini.
Suasana mulai hening, yang riuh hanyalah isi otak mereka memikirkan nasib hidup kedepannya akan seperti apa bila tak menemukan jalan keluar.
Sejujurnya jika mereka fokus dan mengamati pemandangan sekitar mungkin mereka akan bergetar takjub denga.n keindahan gua tersebut
Layaknya dalam dunia dongeng, dinding gua itu di rambati oleh tanaman yang hidup menjalar. Ada banyak bunga yang bermekaran menghiasi seluruh dinding gua.
Batu koral berwarna putih dan abu abu memenuhi pijakan tanah dipinggir telaga, ditambah air telaga berwarna biru kehijauan menyala sempurna terkena sinar rembulan dari celah bebatuan. Hanya pantulan sinar itulah yang menjadi cahaya penerangan dalam gua.
"Gue gak mau mati konyol ditempat kaya gini, gue masih belum nikah, belum punya pacar, belum ke Korea nemuin oppa oppa gue...gak, gak bisa gue harus keluar dari sini." Tutur Milo dengan mata berkaca kaca sembari membanting ranting yang ia pegang sedari tadi.
"Tenang mil, dalam keadaan kaya gini kita harus gunain logika dulu. Gue juga masih mau hidup kali, yakin aja kita bisa keluar dengan selamat dari sini." Sahut Abi dengan sorot mata penuh harapan.
Abi terus mengutak Atik tas ranselnya berharap menemukan sesuatu yang dapat membantu mereka.
"Ehh gue nemuin jalan keluar, ayo cepet beresin barang barang ini" teriak Gavi dari arah belakang sembari berlari menghampiri Abi dan Milo.
Mata Abi dan Milo kembali berbinar menandakan kesempatan untuk bertahan hidup akhirnya ditemukan. Dengan semangat mereka segera mengemasi barang barang dan bergegas mengikuti Gavi menuju kedalam sebuah lorong kecil yang sempit dan licin.
Sepanjang perjalanan menelusuri gua yang cukup panjang tersebut, mereka hanya bergantung pada lampu elektrik yang dibawa Abi sebagai sumber pencahayaan karena lampu elektrik yang dibawa Gavi sebelumnya sudah kehabisan baterai.
Bau lumut dan tanah basah menemani sepanjang perjalanan mereka menyusuri lorong gua tersebut.
10 menit berjalan lurus akhirnya mereka menemukan sebuah cahaya yang nampak terang di depan sana. Dengan penuh semangat mereka berlari menghampiri titik cahaya.
Kaget bukan main saat mereka sampai di titik cahaya yang rupanya jalan keluar dari gua tersebut menunjukkan letak gua yang berada didalam hutan rimbun. Mereka sedikit khawatir karena tak terlihat adanya tanda tanda kehidupan sama sekali.
"Menurut gue kita bermalam disini aja dulu nunggu besok pagi, Kalau kita maksa jalan sekarang juga percuma udah gelap. Takutnya malah makin nyasar atau ketemu hewan buas. Orang orang disini juga mungkin udah pada tidur" ujar Milo.
"Ya udah sini ransel Lo, gue mau bangun tenda. Bi, lo nyari kayu bakar. Mil, Lo bantuin gue." Gavi berucap layaknya seorang pemimpin.
Memang ketiga sahabat ini benar benar perpaduan yang lengkap. Gavi adalah sosok laki laki berbadan tegap, tinggi, dan berwajah tampan diimbangi sikap nya yang selalu tegas dalam mengambil keputusan benar benar sosok laki laki sempurna Dimata Milo.
Milo sendiri adalah gadis cantik dengan tubuh bak gitar spanyol, sikapnya yang tenang juga selalu menjadi penengah yang baik antara Gavi dan Abi.
Sementara Abi adalah laki laki tampan yang jenius, tubuhnya juga sempurna dengan sorot mata berwarna abu abu, kadang kejeniusan nya juga sudah seringkali membantu mereka memecahkan suatu masalah.
Malam itu suasana kembali hening, abi dan Gavi merebahkan tubuh diluar tenda beralaskan jaket tebal yang mereka gunakan untuk mendaki sebelumnya, meskipun agak sedikit basah karena belum kering sepenuhnya. Sedangkan Milo tidur didalam tenda bersama tas ransel milik Gavi dan Abi.
Menyadari Gavi belum tertidur, Abi tiba tiba berbalik menghadap Gavi.
"Vi, menurut Lo gue harus gimana sekarang? Perasaan gue buat Milo gak bisa di sembunyiin lagi. Ditambah kita yang terjebak di antah berantah kaya gini dengan bayang bayang besok masih bisa hidup apa ngga, gue jadi kepikiran terus" Abi memulai pembicaraan
"Hmm terserah Lo aja. Kita lagi kejebak di keadaan darurat gini masih sempet mikirin perasaan. Emang kalau Lo ungkapin, Lo yakin dia mau nerima lo? Gimana kalo nanti dia nolak? Hubungan Lo bakal canggung, cinta ga dapet, sahabat juga ilang. Mending kita berusaha bertahan dulu, kalo masa depan kita udah jelas hidup matinya baru lo ungkapin" Gavi berucap dengan bijak.
Mendengar saran dari Gavi sepertinya Abi mendapatkan sedikit pencerahan dan berusaha kembali menahan perasaannya.
Mereka berdua hanya bisa menatap gemerlap bintang diatas langit dan merasakan cahaya bulan yang menyapa tubuh di keheningan malam. Akhirnya mereka pun terlelap dalam sekejap, Mungkin karena perjalanan mereka kali ini benar benar melelahkan dan jauh diluar ekspektasi.
Tak terbayangkan sama sekali mereka akan menghabiskan waktu perayaan hari jadi persahabatan yang ke 10 tahun dalam keadaan seperti ini
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments