Gue setuju, kita ambil barang barang dulu terus kita kabur sejauh jauhnya dari desa ini” ucap Milo.
Gavi tak memiliki pilihan lain, Akhirnya mereka bertiga bergegas lari menuju rumah ketua.
Mereka berlari menerobos gelapnya malam, hanya bermodalkan cahaya rembulan dan ingatan jalan yang mereka lalui sebelumnya. Namun, belum sampai dipertengahan jalan mereka malah kebingungan mengingat arah pulang yang benar. Seperti biasa Abi dan Gavi beradu pendapat tentang arah yang benar
“Gue inget tadi kita lewat dari sebelah sini! ngeyel banget lo kalo dikasih tau" ucap Gavi yang sudah naik pitam.
“Lah ko lo nyolot sih, jelas jelas gue juga inget kalo kita sempet ngumpet diablik pohon besar itu. Ya berarti kita berasal dari sana dong” ucap tegas Abi sembari menunjuk sebuah pohon disebrang arah yang ditunjukkan Gavi.
“Aduh Lo berdua bisa diem gasi, ini bukan waktu yang tepat buat ngedebatin masalah kaya gini, plis lah otaknya dipake dulu” Milo berusaha menenangkan situasi.
Abi dan Gavi pun akhirnya diam. Sembari mengingat ngingat kembali jalan mana yang sebenarnya dilalui oleh mereka tadi, tiba tiba Gavi berjalan kearah yang dia percayai sebagai arah mereka berasal.
“Gue yakin kita dari sini, terserah lo berdua mau percaya apa ngga. Kalo lo berdua percaya sama gue, ikutin aja gue sebelum semuanya terlambat!” ucap Gavi seraya berjalan menyusuri arah yang dia percaya benar.
Dengan terpaksa Milo dan Abi pun mengikuti Gavi, daripada hubungan mereka hancur hanya perkara memilih jalan saja kan, meski perkara memilih jalan inipun sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka.
Sepanjang perjalanan yang gelap hanya bermodalkan cahaya bulan dan angin sepoi sepoi, mereka nekat terus menyusuri jalan setapak itu.
Setelah berjalan hampir setengah jam mereka bertiga tidak kunjung mendapati perumahan warga atau sekedar aliran sungai, mereka malah semakin masuk kedalam hutan belantara yang ntah dimana itu.
“Ini dimana sih ko kita ga sampe sampe, malah jalannya kaya asing.” ucap Milo memecah keheningan dengan nada bicaranya yang terlihat gemetar karena kedinginan.
“iya mil, dari awal juga harusnya kita ga milih jalan ini. Si bangsat ini ga mau percaya sama gue, dan sekarang malah bikin kita makin tersesat gatau dimana.” sahut Abi dengan nada marah dan tatapan tajam ke arah Gavi
“Yang maksa lo berdua ngikutin gue siapa? Pas udah nyasar gini aja lo nyalahin gue, temen macam apa lo ini?” balas Gavi sembari meraih kerah jaket Abi.
“CUKUP LO BERDUA! GUE UDAH MUAK SAMA TINGKAH BOCAH KALIAN YA. Bisa gak sih dalam situasi kaya gini tuh kalian nyatuin otak dan mikirin hal yang harus kita lakuin dengan kepala dingin” Ditengah keributan itu Milo masih berusaha menenangkan situasi.
Kedua pria itu akhirnya diam dan memilih memalingkan wajah.
Saat ini mereka kembali kebingungan memikirkan kesialan yang terus terjadi bertubi tubi menimpa mereka. Malam semakin larut, hanya terdengar suara lengkingan burung hantu dan suara daun daun bertabrakan diterpa angin
Dalam suasana hening bersandarkan pada pohon beringin, mereka memilih beristirahat ditepi jalan menunggu mentari terbit esok hari.
Kicauan burung membangunkan Milo dari tidur nyenyak nya, melirik kanan kirinya terdapat Abi dan Gavi yang masih tertidur lelap membuat Milo sedikit merasa sedih.
Pagi yang cerah itu harusnya mereka awali dengan kegembiraan diatas puncak sembari memanggang seafood, bukan malah diawali dengan suara angin di hutan antah berantah seperti ini, ditambah pikiran mengenai hari esok yang belum jelas hidup matinya.
Disisi lain Milo melihat cahaya matahari mengganggu tidur Gavi, sontak Milo berusaha menghalangi cahaya itu dengan tangannya agar tidak menggangu tidur pria yang dia cintai itu. Tak sadar sedari tadi Abi sudah bangun dan mengamati gerak gerik Milo, dia sedikit cemburu melihat perlakuan Milo terhadap Gavi yang semakin terlihat berbeda.
“Khmm....khmm” suara berat Abi mengagetkan Milo sekaligus membangunkan Gavi.
“Ehh lo berdua udah bangun? Ko ga bangunin gue?” ucap Gavi seraya mengucek ngucek matanya.
“Gimana paduka raja tidurnya enak ngga?” sindir Abi yang terbakar api cemburu melihat kejadian sebelumnya.
“Apaan sih Bi, pagi pagi gini jangan coba mancing keributan deh” ketus Gavi.
“Udah udah, ayo bangun! Kita harus segera nyari jalan pulang, gue juga udah laper banget.” Milo berucap sembari menarik tangan kedua sahabatnya itu agar segera bangun dan melanjutkan perjalanan.
Mereka kembali menyusuri jalan setapak tanpa tau arah, hanya mengikuti insting dan takdir mampu membawa mereka kemana.
Sampai satu jam sudah mereka terus berjalan tanpa henti akhirnya tiba ditepi sebuah sungai, mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar disana ntah itu mandi atau menangkap ikan untuk dimakan.
"Gue mau mandi dulu ya. Disini airnya dangkal jadi gue mau nyoba naik keatas nyari yang lebih dalem" ujar Milo.
Gavi dan Abi mengangguk menanggapi ucapan Milo.
Saat ini Gavi yang sibuk menangkap ikan dan Abi mencari kayu bakar.
Abi mengikuti arus sungai mencari serpihan kayu, namun tidak sengaja Abi melihat Milo sedang berendam di aliran sungai yang deras itu. Abi tak mampu menghindari hasratnya, Abi akhirnya bersembunyi dibalik pohon beringin ditepi sungai dan melihat pemandangan indah dihadapannya.
Tubuh putih mulus Milo tanpa sehelai benangpun terlihat remang remang dibawah air sungai yang cukup jernih. Hanya tampak jelas bagian kedua dada gadis itu mengambang keatas dan dari bahu hingga ujung kepala Milo yang nampak basah membuat Abi tak bisa berkedip. Tak sadar bukan hanya badan Milo yang basah karena air, tapi bagian lain dari tubuh Abi juga terasa basah karena hasrat.
Kayu yang dia pegang pun berjatuhan satu persatu, tangannya malah asik memainkan miliknya sambil melihat kearah Milo yang sedang mandi, ditambah saat Milo selesai mandi dia keluar dari dalam sungai tanpa sehelai benang pun untuk mengenakan pakaian membuat gerakan tangan Abi semakin cepat, hampir saja air liur keluar dari mulutnya bersama ******* yang dia tahan sedari tadi.
"Nghh...Milo sayangghhhh...ahhh" desah Abi yang sudah mencapai klimaksnya.
"Siapa disana?" Ucap Milo.
Abi yang menyadari itu segera membenarkan celananya dan pergi mengendap ngendap.
Ditempat lain, Gavi tengah menatap ikan yang bergelepakan di hadapannya. Ditambah perutnya yang mulai keroncong, ia hanya bisa berdecak kesal menunggu Abi yang tak kunjung datang.
“Aduh dimana si si Abi, lama banget ga balik balik gue udah laper banget, mana ni ikan udah kaya ngasih jampi jampi pengen gue terkam” gerutu Gavi.
“Vi, sorry lama. Tadi gue abis ketemu kelinci gede banget, udah gue kejar cuma dia berhasil lolos” elak Abi.
Jika ditelaah, ternyata kedua laki laki ini sangat ahli dalam berbohong tentang hal yang sebenarnya terjadi.
“Yaelah iya iya, sini rantingnya!” balas Gavi dengan nada kesal dan meraih ranting ranting yang ada ditangan Abi.
Gavi segera menyusun ranting ranting itu, berusaha sekuat tenaga dia menggesek gesekkan batu diatas ranting agar percikannya bisa menjadi api. Saat melihat ikan berkelepekan membuat Gavi semakin semangat menyalakan api.
Dari kejauhan tampak Milo datang kearah Abi dan Gavi dengan keadaan rambut yang masih basah, hanya menggunakan tangtop dan celana Jogger hitam yang dia gunakan sebelumnya membuat kedua laki laki itu tak bisa memalingkan pandangannya dari Milo.
“Loh ikannya belum Mateng?” ucap Milo sambil duduk dengan kecewa.
“Belum Mateng belum Mateng, tuh nyalain apinya kalo bisa” sahut Gavi sambil menyodorkan 2 buah batu.
Ajaibnya hanya dengan sekali gesekan batu yang dilakukan Milo, api langsung keluar dan menyambar ranting ranting kering didepan mereka. Segera Gavi memberikan masing masing seekor ikan yang dia tangkap dengan susah payah.
“Eh nanti abis makan ini gue mau nunjukin sesuatu ke kalian. Tempatnya aneh gitu” kata Milo memecah keheningan.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
calliga
Lanjut thor
2023-07-12
1