Gavi terbangun saat mentari sudah berada tepat diatas kepalanya, ia menyadari sosok Abi sudah tidak ada disampingnya.
Gavi menuju ketenda dan membukanya berniat menanyakan keberadaan Abi.
Gavi malah dibuat kaget, Matanya membulat sempurna saat melihat Milo yang sedang berganti pakaian menunjukkan dada dan perutnya yang putih mulus terpampang jelas didepan wajah Gavi.
"WOI STRES LO YA MIL? kalo mau ganti baju tu tenda di tutup! Itu ada resleting fungsinya apa?" ucap Gavi sambil menutup kembali tenda dengan kesal bercampur kaget.
"Loh kok nyalahin gue, harusnya lo sadar dong masuk kedalam tenda cewe minimal nanya dulu! Bilang aja lo mau nyari kesempatan dalam kesempitan... hahaha" ejek Milo dari dalam tenda.
"Dih gak nafsu gue.." gerutu Gavi.
Tak lama Gavi melihat Abi dari kejauhan sedang berjalan bersama seorang pemuda yang terlihat seumuran dengan mereka namun menggunakan pakaian yang aneh.
Jika diamati, pakaian pemuda tersebut benar benar terlihat kuno. Warnanya coklat seperti kemeja namun tanpa jahitan yang rapi. Bawahan diatas lutut yang nampak seperti rok dikepalanya terpasang sebuah bulu cendrawasih yang diikat dengan dedaunan, mirip seperti mahkota.
"Paulo kenalin, ini temanku namanya Gavi. Gavi kenalin ini Paulo, orang yang aku temuin saat tadi mau mandi di sungai" ucap Abi seraya saling memperkenalkan Gavi dengan pemuda bernama Paulo tersebut.
Dilain sisi Gavi malah terkekeh mendengar bahasa yang digunakan Abi menjadi sangat formal.
"Hahaha...gaya ngomong Lo kenapa bi, kaya mau rapat sama Presiden aja Lo."
Abi memutar bola matanya dengan kesal seraya berucap "Paulo berkata bahwa orang orang didesanya berbahasa formal, dan belum mengerti bahasa gaul yang biasa kita gunakan. Jadi aku juga terpaksa."
"Ohh gitu." sahut Gavi yang masih berusaha menahan tawa kecil nya.
Milo yang mendengar suasana sedikit ramai pun keluar dari tenda dan nampak sedikit kebingungan melihat Paulo.
"Mil kenalin ini Paulo, Paulo itu milo temanku juga." Lagi, Abi memperkenalkan Paulo.
"H-hallo gue Milo, Lo darimana?" Ucap Milo dengan ragu.
"Paulo dari desa sini, aku bertemu dengannya saat akan mandi. Lalu aku membawanya kesini berharap dia bisa memberikan petunjuk arah pada kita. Dan satu lagi, dia gak ngerti bahasa gaul, jadi harus menggunakan bahasa yang formal." ucap Abi saat melihat Paulo hanya diam saja.
"Ohh gitu, oke. Salam kenal ya, Paulo" tutur Milo seraya tersenyum tipis.
Ucapan tersebut disanggah dengan senyuman manis dari wajah Paulo yang nampak terpesona dengan kecantikan Milo.
Paulo sendiri adalah sosok laki laki berkulit kuning Langsat eksotik seperti kebanyakan orang Indonesia saat ini pada umumnya. Tingginya sekitar 175cm dengan tubuh berotot penuh, rambut pendek hitam dan tebal, mata berwarna hitam pekat, alis tegas dan tebal disertai bentuk bibir oval
"Aku akan membawa kalian kedesa ku, tidak jauh dari sini mungkin hanya beberapa menit saja dengan berjalan kaki. Nanti disana kalian bisa menjelaskan pada ketua suku apa yang sebenarnya terjadi."
Suara berat Paulo terdengar seperti perintah tegas, membuat ketiga sahabat itu langsung patuh dan segera mengemasi barang barang mereka.
Lama berjalan menyusuri jalan setapak yang diarahkan Paulo, mereka dibuat terpesona oleh keindahan didepan mata yang nampak benar benar seperti di negri dongeng.
Sepanjang jalan, disebelah kiri mereka adalah sebuah sungai yang mengalir deras dengan air nampak bersih dan bening. Disebelah kanan adalah hutan pinus yang masih asri belum tercemar polusi apapun.
Ditambah suasana langit pagi yang cerah dan kicauan beberapa burung cendrawasih membuat mereka kehabisan kata kata untuk mengungkapkan betapa indahnya pemandangan saat itu.
Dari kejauhan mereka melihat sebuah jembatan kayu diatas sungai. Diseberang jembatan tersebut nampak seperti ada banyak rumah panggung sederhana yang terbuat dari kayu jati dan rumput rumput kering sebagai atapnya.
Setelah menyebrangi jembatan, Mereka masuk kedalam desa yang cukup ramai dengan kegiatan masing masing. Para warga tampak memperhatikan ketiga sahabat tersebut dengan tatapan mata yang aneh, menelisik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mungkin karena gaya pakaian yang mereka gunakan berbeda dengan warga di sini.
Setelah menyusuri desa akhirnya mereka berempat sampai dirumah terbesar di desa. Rupanya rumah panggung tersebut merupakan rumah dari ketua suku.
"Permisi Tuan." ucap Paulo.
Tak lama seorang laki laki berbadan besar nan gagah keluar dari dalam rumah. Gaya pakaian nya sama seperti Paulo, hanya ditambahkan sebuah rompi dari kulit singa, dan headband dengan bulu elang berjejer diatas kepalanya.
Sontak saat laki laki itu keluar, Paulo duduk bersimpuh menatap lantai, kedua tangannya bersilang menyentuh pundak dan membungkuk seolah memberikan hormat.
Melihat tindakan Paulo, tentunya Gavi, Milo dan Abi segera mengikutinya. Mungkin inilah tradisi yang harus mereka ikuti di desa tersebut.
"Bangunlah Paulo, siapa mereka?" Ucap laki laki itu.
"Tuan, mereka adalah orang yang tersesat di dalam hutan, aku datang kesini membawa mereka supaya ketua bisa memberikan mereka petunjuk." ujar Paulo.
"Baiklah bawa mereka masuk!" perintah ketua suku.
Gavi, Milo dan Abi duduk disebuah kursi yang terbuat dari kayu jati beralaskan kulit harimau. Mereka sedikit takut dengan desain rumah tersebut yang terlihat benar benar kuno, ditambah banyak kepala hewan buas yang menjadi pajangan menambah kesan horor rumah tersebut.
"Baiklah, jelaskan padaku darimana kalian berasal dan apa yang membuat kalian bisa tersesat sampai kesini?" Ucap ketua suku.
Gavi memberanikan diri menceritakan semua kejadian dari mulai diatas puncak bukit sampai mereka bertemu dengan Paulo
...----------------...
Cerita Gavi terpotong saat dia menyebutkan tahun mereka merayakan hari jadi persahabatan yang kesepuluh, yaitu tahun 2023.
".... Sebentar. Apa maksudmu tahun 2023? Kita saat ini berada di tahun ke-500, masa kepemimpinan dinasti Hylva." ketua suku berucap seraya mengeriyatkan dahi.
Ketiga sahabat itu termangu, saling bertatapan dengan heran. Apakah mungkin mereka mengalami perjalanan waktu dan kembali ke 1.500 tahun yang lalu.
"Jangan main main dengan ku. Apalagi kalian saat ini sedang berada di dalam rumah ketua Suku Asmat, namaku Huda" imbuhnya
Huda merasa cerita Gavi tidak masuk akal. Pikirnya bisa saja ketiga orang dihadapannya itu bukanlah orang baik baik.
"Tidak tuan, kami tidak main main. Sepertinya kami memang berasal dari masa depan." Ujar Gavi dengan ragu.
"Seingat ku, dinasti Hylva memang ada dalam sejarah peradaban Nusantara. Dan dinasti itu memang hidup setengah abad yang lalu. Namun hanya berdiri selama 200 tahun, setelah itu dinasti Hylva runtuh akibat perang saudara." Abi berusaha mengingat pembelajaran sejarah saat di bangku kuliah.
"Siapa yang memimpin kerajaan Hylva sekarang tuan?" imbuh Abi.
"Raja Candrayana II. Beliau baru naik tahta 2 tahun lalu setelah raja Candrayana I pendiri dinasti Hylva wafat" sahut ketua suku.
"Apaa? Sial." Abi berdecak kesal. membuat Gavi dan Milo semakin resah.
"Jika benar kalian berasal dari masa depan. Beritahu aku siapa yang akan menjadi raja selanjutnya!" Huda terlihat sangat penasaran.
"Hmm itu pelajaran sudah lama, aku sedikit lupa." sahut Abi seraya memutar bola mata dengan gugup. seolah Abi berbohong dan menyembunyikan sesuatu.
Huda hanya terdiam mendengar jawaban yang diberikan Abi. Sementara Gavi dan Milo saling bertatapan seraya menghela nafas panjang.
Ditengah kebingungan itu ketua suku meminta mereka beristirahat dikamar tamu terlebih dahulu. Namun kamarnya hanya ada satu sehingga mereka bertiga terpaksa tidur satu kamar.
Saat Gavi dan Milo membereskan barang barang mereka dikamar, Abi yang haus dan lapar berinisiatif mencari minuman dan makanan di dapur.
Telinga Abi menajam saat hendak melewati sebuah ruangan dimana ia tak sengaja mendengar percakapan ketua suku dan Paulo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments