Chapter Five - Little Girl

Arumi terengah engah memasuki ruangan kelas. Dirinya menunduk memegangi kedua lutut nya sembari meraup oksigen sebanyak mungkin, kedua matanya memandangi seisi kelas. Orang orang didalam sana memandangi dirinya dengan alis miring.

Arumi memindahkan tatapan nya kedekat papan tulis, ADUH...Seorang pria paru baya dengan pakaian super rapih tengah melihatinya. Dosen itu sudah lama sampai disana, dirinya terlambat!

Tadi pagi alarm Arumi ataupun Serena tidak berbunyi, padahal keduanya sangat yakin menyetel alarm tepat pukul lima. Namun Serena bangun dari tidur nya dan melihat matahari sudah bersinar di atas, pukul enam tigapuluh.

Arumi kembali bangkit, betis nya bergetar ketika berjalan mendekati dosen untuk meminta maaf. Namun dosen didepan nya melayangkan lengan kanan nya, jari nya terbuka lebar. "Langsung duduk, di bangku kosong tengah. Saya enggak mau jam pelajaran nya berkurang gara-gara ngocehin kamu." Seru dosen tadi tanpa ekpresi.

Arumi dengan senyum tipis nya bergegas duduk di bangku kosong di tengah ruangan. Ada yang berbeda hari ini, orang di kelas duduk berhadapan dengan tiga teman mereka. Berbeda dari kemarin saat para mahasiswa duduk sendiri dan terisolir oleh jalan ubin yang cukup besar. Sekarang mereka duduk bersamaan.

"Okey kelompok nya sudah terbentuk, saya akan terangkan tugas nya." Pria paru baya tadi perlahan berdiri sembari memegangi pinggang yang nampak sudah cukup rapuh untuk dipakai. "Kamu kok telat Ru." Seseorang mencolek sikut Arumi yang tertutup oleh kemeja panjang yang dia pakai.

Tanpa ia sadari Flora duduk disamping nya, gadis itu terlihat sama seperti biasanya, potongan rambut ponytail dengan berbagai gelang di lengan kirinya mengisyaratkan kalau Flora adalah gadis yang asik dan seru. "Alarm aku tadi enggak bunyi..huft." Arumi masih mengatur nafas nya perlahan. Perut gadis itu masih naik turun tidak karuan.

Satu buah botol minuman botol dingin digulingkan, Arumi lantas menatap dan membalik punggung nya. Alby berada di belakang nya menatap Arumi heran. Lengan nya menggulingkan sebotol minuman berukuran sedang tanpa bicara. "Makasih Alby."

Lelaki itu hanya memberikan tatapan angin yang kosong. Setelah beberapa teguk membasahi tenggorokan dan mengisi perut Arumi seperti air terjun yang jatuh dari ketinggian.

Dosen didepan menyeret kursi empuk yang ada dibelakang hingga berada tepat di tengah kelas, dikelilingi oleh mahasiswa lain yang duduk memutari dosen itu. "Kita masuk ke komposisi abstrak, atau mungkin kalian lebih engeh sama yang namanya image tekstur." Dosen yang kerap dipanggil Arus oleh mahasiswa lain itu memang terlihat berbeda.

Layaknya guru olahraga di smk atau sma, gaya berpakaian dosen ini bisa dibilang lebih kasual. Dia membalut kemeja putih nya dengan jaket model parka hitam yang besar. Sepatunya juga bukan modelan kulit seperti dosen kebanyakan.

Cara mengajarnya yang terbilang friendly membuat mahasiswa lain terkadang menyapa nya tanpa sebutan "pak". Melainkan hanya memanggil nama panggilan miliknya, Arus. Arusanda Soedirja nama lengkap nya, usianya yang tidak begitu jauh dari mahasiswa kebanyakan membuat Arus mendapat banyak perhatian.

Termasuk Arumi, gadis itu menopang wajah dengan pipi gembu nya dengan edua tangan sembari memperhatikan Arus yang sedang seru memperlihatkan isi kertas yang dikaitkan kedalam map snelhecter hijau yang sedang dia angkat tinggi.

"Kalau kalian ngebuat komposisi bentuk abstrak yang dipadukan bentuk organis atau geometris kayaknya menarik. Dari pada kalian cuman membuat color wheel kan? Anak smk jurusan multimedia juga sudah bisa kalau hanya color wheel."

Cetus Arus tertawa keras diikuti seisi kelas yang juga melebarkan senyuman nya, kecuali satu orang yang hanya memandangi seisi kelas diam, Alby.

"Kelompok udah jelas, tugas nya udah jelas. Buat komposisi bentuk abstrak. Dalam kelompok harus ada kerja sama, kalau ada yang seenaknya lapor ke saya, biar saya bogem kepalanya, paham?"

Alby terkesiap saat menoleh ke kanan. Selembar kertas hvs kecil sudah berada didepan Arumi, lengan Alby yang hendak membuka buku catatan nya terhenti disaat goresan tangan Arumi mengisi lembar kertas kosong yang kini penuh strip kasar.

Gadis itu memutar pena besar di antara jemari sesaat, sebelum kembali mengisi ruas bentuk segitiga yang panjang dengan duri di pinggir nya. Lidah merahnya digigit keluar, derasan angin mencoba mengeringkan paruh bibir bawahnya sebelum Arumi menyapu dan membasahi nya kembali.

Alby mendekatkan wajahnya, pandangan menatap raut wajah Arumi yang serius, kedua matanya nyaris tidak berkedip disaat lengan kanan nya masih membentuk sketsa objek. "Kamu udah tau mau bikin apa?" pertanyaan yang sama dilontarkan Alby disaat keduanya menerima tugas gambar bentuk.

Alby dibuat kagum sekali lagi dengan kecekatan Arumi dalam mengeksekusi ide, kumpulan ide sudah memenuhi kepala Arumi semenjak Arus menjelaskan tentang materi tadi. "Iyah, dibantuin temen aku." Arumi menatap lantai kosong sembari tersenyum dan melambaikan tangan perlahan.

"Hah?" Alby keheranan melihat tingkah Arumi, gadis itu tertawa sendiri dan melambai kepada lantai kosong bersih dibawah meja miliknya. Tidak ada apapun disana, bahkan hewan kecil seperti semut tidak terlihat, hanya lantai biasa yang ditutupi debu samar samar.

Flora melihat Alby sesaat sebelum kembali memperhatikan Arumi yang masih sibuk dengan kertas hvs didepan nya. "Bisa aja Arumi." Flora mencoba memecah keheningan. Namun Arumi yang masih tersenyum lebar kembali memalingkan pandangan nya ke lantai. "Serius Flora, aku enggak lagi bercanda."

Arumi menarik perlahan senyum miliknya, memberitahu kalau gadis itu serius dengan ucapan miliknya. Kedua teman baru Arumi itu kembali bertatapan, kini Flora hanya terkekeh kecil kepada Alby yang menatap nya dengan alis mengerut kebawah.

Alby masih mencoba melihat lantai kosong yang di tunjuk Arumi, serius enggak ada apa apa. Berbeda dengan Flora yang membuka aplikasi desain di handphone miliknya, Alby masih memperhatikan Arumi, gadis itu terlihat sangat serius saat memberitahu tentang teman nya.

Keseriusan itu buyar ketika Flora mengebrak meja sembari menyodorkan layar handphone canggih miliknya yang menunjukan desain abstrak dengan pola mirip dedaunan yang tertumpuk acak.

"Gimana kalian berdua, bikin kayak gini bisa nih, pola nya juga mirip sama yang digambar Arumi."

Gambar dengan resolusi 512x800 itu memiliki perpaduan warna hijau tua gelap dengan beberapa lembaran daun yang berwarna old tosca.

Kerangka daun nya terlihat berantakan tetapi juga sangat rapih. "Kita pakai itu aja, aku juga sedari tadi udah kepikiran itu. Gimana Alby?" Arumi memutar kepalanya kuat sembari mengangguk beberapa kali.

"Pakai aja, desain nya juga bagus, agak gampang bikin nya dari pada kita ngebuat pola warna acak." Alby santai menjelaskan dengan wajah tanpa ekpresi.

"Gila..enteng banget bilang gampang, kita bukan bikin di aplikasi desain lho, di kertas." Ujar Flora kembali menyodorkan layar handphone nya didepan wajah Alby. "Iya aku tau, aku juga bisa bikin sendiri kalau cuman itu, lebih cepet malah kalau tanpa kalian." Alby menyisir rambut nya dengan ruas jari sembari memundurkan wajah nya dari sinar handphone.

"Fine, kamu yang buat semuanya." Flora memasukan buku nya kedalam tas dengan wajah cemberut. Sedangkan Alby hanya memasang wajah biasa tanpa ekpresi apapun, membuat Flora mengerutkan kening nya ketika menatap cowok itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!