"Gila lukisan kamu keren banget!"
Teriakan lantang seorang gadis melihat selembar kertas hvs yang ditempel di papan jalar kaca transparan. Mata gadis itu terang kayak diisi puluhan bintang segilima.
Kedua tangan nya memutar-mutar papan jalar dengan cepat, kepalanya naik turun terlihat seperti anak kecil yang meloncat.
Arumi memandangi gadis didepan nya, kedua lengan nya menopang pipi sedikit gembul yang sedikit tertarik kebelakang. Gigi mungil putih nya yang terlihat seperti gigi kelinci di bagian depan nya melahap sederet mie panjang.
Kelas hari ini sudah selesai, tugas gambar bentuk memang dikumpulkan hari ini, Arumi sangat ingat dosen tadi sedikit mengomel saat awal jam pelajaran. Beberapa orang di kelas tidak mengerjakan tugas mereka.
Kelupaan, tidak sempat dan berbagai alasan lain membangung dinding pertahanan yang kokoh. Tapi sayangnya dinding itu roboh dengan satu kalimat dari dosen pagi tadi. "Keluar!"
Arumi sedikit tidak yakin dengan gambar yang dia buat, apalagi jika melihat tugas milik Alby. Pria itu menggambar bentuk guci antik, arsiran pensil nya terpadu dangat rapih. Bagian yang diarsir tebal dan tipis terlihat saling melengkapi. Dengan gambar Alby begitu sempurna membuat rasa percaya diri Arumi hilang dicerna lambung.
Namun semua sekarang berbeda, penilaian dosen tadi membuat Arumi keluar kelas dengan senyuman lebar di wajah nya. Meskipun gambar nya tidak dapat mengalahkan Alby, namun dosen tadi cukup memuji karya miliknya, ditambah Arumi disandingkan dengan beberapa orang yang tidak mengerjakan tugas mereka. Perasaan bangga itu masih mengikuti Arumi sampai di kantin, bersama teman yang baru dikenal nya tadi pagi, Flora.
"HAHH??...SEMALEMAN DOANG BUATNYA?" Flora berteriak kencang hingga suara nyaring nya berkeliaran di area kantin. "Flora, jangan kenceng kenceng diliatin yang lain tuh." Arumi segera mengoreksi, Flora langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan nya.
Matanya menyipit perlahan, gadis itu terlalu bersemangat melihat gambar Arumi. "Maaf hihi..abisnya gambar kamu cakep banget Arumi! Bikin behind the scene dong, nanti kamu slowmotion gitu." Flora antusias berbicara, membuat Arumi semakin senang berlama-lama di kantin. Ditambah Flora yang memang punya banyak waktu luang.
Pukul jarum jam menunjukan empatbelas lewat empatpuluh lima. Arumi sedikit mengerutkan kening nya sedikit saat menatap jam tangan digital yang dia pegang.
Flora yang masih menyantap nasi uduk dengan tempe bacem hitam yang disiram kecap memperhatikan Arumi sembari mengunyah butiran nasi.
"Kamu mau ada acara lain Arumi?" tanya Flora.
"Iyah, aku harus pulang nih. Kakak aku bisa ngomel panjang kalau aku pulang lewat jam tiga sore." Arumi memasukan potongan daging ayam dengan sederet mie kuning kedalam mulutnya.
Diikuti dengan lengan nya yang membawa papan jalar dan membuka alarm ponsel miliknya. Flora masih santai memperhatikan Arumi, gadis dengan rambut long mullet atau yang biasa disebut poni samping.
"Aku pulang duluan Flora, besok kita ketemu lagi yah. Dadah." Arumi meninggalkan kantin sekaligus meninggalkan senyuman nya disana, lengan nya melambai tinggi dengan Flora yang ikut melayangkan lengan nya.
Arumi dengan cepat berjalan menuju parkiran, suasana kampus MILA tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang yang masih duduk dan tiduran santai dibawah rindang pohon besar yang tersebar diseluruh penjuru kampus.
Tapak jalan dari susunan batu dengan beragam bentuk membuat alur jalanan dengan gelombang samar lurus kedepan, ada beberapa bangku bulat empuk dengan atap mini di atasnya untuk melindungi dari sergapan matahari. Bermain game online, membaca buku, scroll instagram, atau ghibah bersama sirkel mereka masing masing.
Arumi mengeluar rentetan kunci gantung dari balik saku celana, kemeja biru pucat nya sedikit lecek akibat terlalu aktif saat membersihkan ruang kelas.
Arumi hendak memasukan kunci mobilnya disaat kedua bola matanya kembali melihat sesosok pria yang tengah duduk diam di ujung tembok taman kampus. Dirinya terpaku kembali di bangku kecil dengan kanvas besar didepan nya.
Pria itu menyenderkan kanvas nya di tembok belakang gedung kantin yang memang jarang dilalui oleh mahasiswa lain, hanya mereka yang mau mengambil motor atau mobil yang bisa melihat bagian belakang itu.
Arumi mempertajam pandangan nya, berbeda dari kemarin, kali ini kanvas pria itu dipenuhi coretan alfabet random. Letak nya tidak beraturan. Huruf A, F, K, Z dan X ditulis berulang kali dengan posisi yang jauh satu sama lain. Campuran dua warna yaitu hitam dan abu-abu memenuhi seisi kanvas.
Arumi hendak menghampiri pria itu namun jam digital nya kembali mengeluarkan bunyi. PUKUL TIGA LEWAT! Arumi memupuskan niatnya untuk kedua kali.
Gadis itu langsung bersender di kursi mobil dan memacu mobilnya keluar dengan kakinya yang menepel pada pedal gas.
***
Arumi menghentikan mobil nya didepan rumah tidak bertingkat namun memiliki daerah teras yang cukup luas. Arumi memutar kemudi ke arah kiri perlahan sembari menekan pelan pedal gas diisi oleh rem yang sesaat.
KREKK...Rem tangan berbunyi. Arumi keluar dari mobil nya dan melihat Serena sudah menunggu dirinya duduk di bangku teras. Bangku yang terbuat dari kayu dengan cat merah terang. Disamping nya sudah tersedia secangkir teh yang sudah dingin.
Arumi berjalan perlahan mendekati Serena yang kini menatap dirinya dengan pandangan aneh. "Maaf kak, tadi ada tugas tambahan jadinya pulang telat." Ujar Arumi sayup.
Serena menggandeng adiknya masuk ke ruang tamu, menarik sofa putih dan mengisi gelas kosong dengan air bening hingga penuh. "Kalau bisa jangan sampai lewat jam tiga. Kakak udah bilang berkali-kali kan. Kamu harus minum obat."
Serena menawarkan segelas air dengan tiga butir pil obat berwarna orange dengan corak biru kecil. Kemudian mengambil posisi duduk didepan Arumi dan menatap nya dengan tajam.
Arumi memasukan ketiga pil tadi kedalam mulut nya, disusul oleh dorongan air dari gelas membuat ketika pil itu terperosok masuk kedalam tenggorokan. Arumi menghela nafas.
"Sekarang kamu masuk kamar ya, istirahat besok kamu masih ada kuliah kan."
Arumi mengangguk, dirinya berdirinya dan balik kanan membelakangi Serena yang terlihat mengusap batang hidung nya yang kemudian mengeluarkan helaan nafas berat yang keluar dari dada.
Arumi menutup pintu kamarnya, ruangan yang tidak terlalu luas dihiasi oleh satu kasur tidur tanpa motif dan rak dengan barisan buku yang di tempel di tembok. Laptop kecil yang terbuka memperlihatkan foto dirinya yang masih kecil bersama Serena.
Arumi memandangi keluar jendela. Jalanan kecil dan rentetan rumah berbaris rapih dengan aneka warna. Komplek perumahan yang tidak terlalu ramai.
Arumi mulai tersenyum kecil, kelima jarinya menempel erat di jendela, nafasnya meninggalkan bercak berair buram di area jendela.
Kedua matanya kembali bersinar antusias. "Ayo sini masuk, kamu pasti kesesat lagi kan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments