Rainbow Girl

Rainbow Girl

Chapter One - A Canvas

 

      Dear diary

...Kami berdua hanya terpaku. Menunggu dengan rasa gelisah. “Semoga kabar baik.” Kalimat itu memenuhi kepalaku sedari tadi....

...Masih jelas terlintas kilasan kecil di pelupuk mata, tirai malam perlahan terangkat, memperlihatkan langit gelap tanpa rembulan yang bersinar. ...

...Adikku tertidur pulas dipangkuan, dirinya terlelap begitu dalam, sehingga bunyi sayup televisi tidak bisa mengusik dirinya nya....

...Lintasan air menetes sesekali dari kelopak mata, membasahi kertas yang masih kupegang dengan kuat....

...Gadis kecil ini seharusnya bisa bersenang-senang tanpa harus mengetahui sesuatu yang pahit mengenai kewarasan nya. ...

...Rambut tipis panjang nya ku elus pelan-pelan, sembari memikirkan apa yang harus aku lakukan....

...Genggaman ku semakin kuat, membuat ujung-ujung kertas itu lecek dan nyaris robek. Namun aku tidak akan merobeknya, aku melipatnya dan memasukannya kedalam saku....

...Bagaimanapun dia adalah adiku, aku tidak bisa memberitahu dirinya tentang ini, tetapi aku juga tidak bisa menyembunyikan nya selamanya....

...Aku berjanji, suatu hari nanti akan aku beri tahu tapi tidak sekarang tidak saat ini. Meskipun fakta itu akan membuatnya hancur. Aku harus memberitahu dirinya!...

     

Selasa, 10 maret 2005

Serena

...****************...

...Chapter One - A Canvas...

Secercah senyuman menemani Arumi berkelana mengarungi rentetan gunung berapi yang besar, atau itulah yang dia lihat.

Gadis itu meraup banyak oksigen bersih sembari merangkul kumpulan angin yang berjalan menyapa dirinya.

Hamparan gedung yang berbaris didampingi pepohonan rindang yang menjejer terlihat seperti lukisan berjalan di matanya, gadis dengan rambut hitam agak kemerahan sepanjang pundak itu sangat gembira berdiri menatap kumpulan orang yang lewat.

"Aku udah punya barisan tema buat dilukis hari ini, hewan di ujung pelangi, pria gagah yang berdiri didepan gedung besar, dan yang pastinya arsiran burung biru terang dibelakangku."

Arumi mengibas rambut nya sebelum melangkahkan kakinya bergerak menelusuri lorong kampus Minggu Lalu atau yang biasa disebut MILA.

Gadis itu berjalan ditemani kilauan mentari yang menembus atap kaca diatas kepalanya, sepatu sport dengan paduan warna merah muda dan putih, lengkap dengan rok hijau dan baju bergambar superhero kesukaan nya.

Sederet bangku kosong menghadap Arumi dengan tatapan mata yang lumayan tajam, gadis itu berdiri di tengah-tengah ruangan kelas kosong didepan nya.

"Hey, kamu lagi ngapain disitu, badan kamu segede gaban gitu maksain masuk kelas sih hihihi.." Arumi tertawa girang sembari memegangi perutnya.

Gadis itu terlihat sangat bahagia,dia berbicara dengan tembok kosong dihadapan nya. Namun Arumi tetap gembira, senyuman manisnya tidak mau lepas dari wajahnya yang terlihat begitu imut

Arumi berjalan menghampiri kursi di bagian tengah kelas. Gadis itu duduk sembari melambaikan tangannya tinggi. Mengucapkan selamat tinggal kepada kelinci besar yang kini menjadi butiran kristal.

Arumi menggigit bibir bawahnya, nafasnya tertahan membayangkan dia akan bertemu teman-teman baru nanti. Buku catatan kecil kuning terang dia keluarkan dari balik tas mungil yang tersangkut di meja.

Dirinya begitu periang semenjak bangku SD, tetapi entah kenapa teman sekelas nya menjauhi dirinya saat hari ke 4 sekolah, karena teman nya selalu bilang kalau Arumi selali berbicara sendiri di ujung kelas. Begitu juga saat SMP dan SMK.

Arumi hanya mempunyai beberapa teman dekat yang bisa dia ajak bicara. Walaupun gadis itu selalu ada di top 5 peringkat, namun tidak seperti wanita lain dikelas yang sangat di idam-idamkan oleh lelaki. Arumi justru menjelma seperti mahkluk tak kasat mata. Tidak ada orang yang menganggap kehadiran nya.

Tidak ada orang di kelasnya yang mendekati dirinya atau bahkan meminta contekan saat masa SMK. Gadis itu hanya bisa tertunduk di meja kelas sembari berbicara dan tersenyum lebar dibalik lengan nya yang menutupi wajah.

Setiap orang mulai memasuki kelas, jemarinya semakin cepat mencatat rangkaian kata puitis didalam notebook diatas meja miliknya.

Berbagai jenis manusia pelan-pelan memenuhi kelas yang tadinya kosong dan sunyi, dengan berbagai macam gaya pakaian tentunya, Arumi sedikit gugup saat dia melihat semua orang di kelas memakai kombinasi gaya pakaian yang terlihat elegan.

Sementara dirinya hanya memakai baju putih bergambar superhero favorit nya yang baru saja dia tonton kemarin malam.

Dirinya sibuk memperhatikan orang lain sampai Arumi tidak melihat ada pria jangkung yang berjalan mendekati dirinya. BRUKK..Hentakan suara yang cukup keras membuat Arumi memalingkan wajahnya dengan cepat.

Pria itu berdiri disamping dirinya, melempar tas hitam nya yang kini tergeletak rapih di lantai kelas, kedua bola mata Arumi masih menatap pria jangkung itu lebih dari 10 detik.

"Kenapa?" ujar pria itu yang kini duduk sembari menyilangkan kaki kanan nya, pria dengan rambut shaggy cut menutupi kepalanya. "Engg-enggak papa, tadi ak-aku kaget, abisnya kamu ngelempar tas nya kenceng banget." Arumi membuka kelopak matanya lebar. Dirinya memperhatikan lelaki itu dengan tatapan tajam bak seorang polisi yang akan mengintrogasi penjahat.

Pria tadi hanya membuang pandangan nya kembali ke pintu kelas yang terbuka lebar. Tidak menghiraukan tatapan Arumi yang masih melihat dirinya. Arumi berusaha tidak acuh.

Sesosok lelaki dengan perawakan agak muda masuk kedalam kelas, kemeja putih dan kacamata yang menempel di depan kedua matanya.

Gaya berjalan sedikit bungkuk dan pundak nya yang nyaris menyentuh pipinya. Pandangan orang dikelas terpusat kedepan, orang yang tadinya terlihat malas-malasan langsung duduk tegak dan membuka mata.

Dosen itu tidak banyak bicara, dia membuka map snelhecter dihadapan nya dengan ekpresi datar, sayupan angin perlahan memasuki kelas.

Derau nya semakin kuat saat dosen yang kini mengajar berjalan membagikan lembaran kertas putih kosong yang bisa ditembus oleh cahaya matahari.

Arumi memasang wajahnya kembali, "Kita langsung gambar nih?" gumam nya dalam hati. Jurusan Seni Rupa memang suka dianggap remeh oleh kalangan orang.

Kalimat looping yang selalu terulang terucap dari mulut mereka tidaklah lain. "Kuliah kok nggambar?, Mau jadi apa nanti kalau udah lulus?" dan lain nya.

Namun Arumi tetap menyukai pilihannya. Bakat melukis yang dia miliki ditambah imajinasi nya yang cukup liar, semua jalan terbuka untuk Arumi.

Lembaran kertas sudah rata di meja semua orang, dosen itu menatap mata seluruh siswa dengan kesunyian total.

"Kalian pastinya sudah mengetahui apa itu menggambar bentuk."

"Macam-macam bentuk, kubistis, silindris dan bebas. Jadi saya rasa tidak perlu dijelaskan lagi, kita akan langsung memulai praktek."

Arumi terkesiap menatap sekitar, kantuk mendatangi orang satu persatu dikelas, bulu matanya mulai melorot turun. Beberapa bahkan sudah menaruh kepala mereka diatas tangan.

"Kalian silakan membuat gambar bentuk bebas. Benda yang bentuknya tidak beraturan atau yang tidak termasuk kubistis dan silindris, seperi sayur,buah dan yang lain."

"Gunakan teknik-teknik menggambar bentuk dengan cara yang lazim dipergunakan."

Ujar dosen dengan tegas, tatapan matanya seolah menarik kembali masuk roh orang yang tertidur didalam kelas.

"Pakai aquarel apa dusel?" Arumi berbisik perlahan, lembaran kertas di meja nya masih kosong, putih bersih tanpa ceceran noda. Lengan mungil Arumi mengambil pena hitam tebal dari balik bukunya.

Tangan nya hendak menggores kertas bersih diatas mejanya sebelum pria disamping nya memegang lengan nya halus. "Seriusan udah nemu ide? Mau gambar apa, pakai teknik apa?"

"Kalau teknik nya udah, lagi mikirin bentuk nya nih." Arumi semangat, dirinya hampir melompat kegirangan di tempat duduknya.

"Alby...pstt...dosen lg ngeliatin kamu tuh." Alby memutar kepalanya cepat saat teman didepan nya memberi kode. Genggaman tangan nya terlepas.

"Pakai kreativitas kalian, jangan mencontek." Seru dosen sembari mengarahkan pandangan nya menyusup Alby yang duduk di bangku bagian tengah.

Bel tanda berakhirnya kelas berbunyi nyaring mengelema ke seluruh fakultas. Arumi masih terpaku didalam kursi milik nya. Kedua bola matanya masih menatap selembar kertas putih kosong diatas meja miliknya. Jam kuliah hari ini hanya dihabiskannya untuk menatap lembaran kertas sembari memutar-mutar pena miliknya.

"Udah gk usah sampe segitunya, masih dikasih waktu sampe minggu depan. Lagian gambar bentuk emang enggak sebentar bikin nya." Alby memasukan semua peralatan miliknya kedalam tas hitam lalu membopong nya keluar. Arumi tidak menjawab perkataan Alby, namun dirinya juga reflek memasukan semua lembaran dan pena miliknya kedalam tas.

Lautan manusia terpampang didepan wajah. Orang orang sedang berkumpul di kantin, ada juga yang membentu kelompok dan menguasai koridor fakultas. Arumi berjalan menghampiri parkiran dan beranjak pulang disaat terik matahari dan angin panas yang membasuh kulit nya.

Arumi kembali melihat kumpulan burung berwarna biru terang yang berkeliaran bebas di angkasa, seekor kucing besar yang berjalan disamping nya membuat gadis itu tersenyum tidak karuan.

Badan nya berputar seperti gasing yang baru dilepas, bola matanya tidak bisa berhenti bergerak memutari matanya. "Jalan pulang aku gk sepi hari ini, mereka semua bakalan ngawal aku!" Arumi cekikikan dan menyembunyikan senyuman manisnya dibalik lengan nya.

Pintu gerbang, Arumi hendak melangkahkan kedua kakinya keluar namun sesuatu membuat langkah nya terhenti.

Seorang pria yang tengah duduk dengan easel besar dihadapannya. Garis absrtak, coretan warna tidak karuan dan tidak menyatu sama sekali. Dirinya diam membisu menatap kanvas, coretan yang dia buat tidaklah jelas. Paduan warna hitam, kuning, cyan, dan tosca berkumpul di tengah kanvas menghasilkan perpaduan warna yang aneh.

Arumi hendak menghampiri pria yang dia pandangi sedari tadi, langkah patah nya menyeret kedua sepatu sport dengan kasar menggerus batuan yang tersusun di gerbang kampus.

Visual nya semakin jelas, kemeja polo hitam dengan kulit sawo matang, kacamata pria itu cukup tebal, jari-jemarinya terlihat bergetar menahan kuas nya didepan kanvas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!