Perjalanan

       "San,Santi!" Johni memanggil Santi yang masih betah duduk di depan meja rias yang ada di kamar Jhoni.

"Ah, sudah setengah jam tidak selesai selesai, Santi berdandan," gerutu Johni.

Lima belas menit kemudian Santi baru keluar kamar itu dengan tersenyum. Sebuah senyum yang membuat Johni menelan rasa kesalnya.

" Lama ya?" tanya Santi menggoda Johni yang duduk cemberut di teras villa.

"Ah, gak lama kok San cuma habis dua gelas kopi saja, aku menunggumu," katanya sambil tersenyum.

"Ah, kamu John," ucap Santi.

Lalu Santi duduk disamping Johni dan menyenderkan kepalanya di pundak Johni yang kekar itu.

 "Apakah kamu sudah benar- benar yakin akan pulang ke rumah orang tuamu, San?" tanya Johni sambil menatap Santi yang bergelanyut di pundaknya itu.

"Mereka pasti punya banyak pertanyaan untukmu," lanjutnya lagi.

"Ah, entahlah Jhon tapi aku tidak punya cara lain untuk menghindari Randi," jawab Santi yang mengeratkan pelukannya ditubuh Jhoni.

"Aku merasa nyaman bila didekatmu, Jhon," ucapnya lirih.

Johni terdiam dengan ucapan Santi itu. Dia masih mempunyai  perasaan bersalah karena dulu meninggalkan Santi. Saat itu dia merasa belum siap untuk menikah karena dia belum mempunyai pekerjaan. Dan juga karena jiwa petualangnya itu membuatnya takut terikat dengan wanita. Apalagi bapaknya Santi adalah seorang polisi yang galak, itu membuatnya menjadi minder dan lebih memilih meninggalkan Santi lalu pergi berkerja ke luar negeri dan hingga saat ini Jhoni masih tidak ingin terikat dengan seorang wanita.

"Oh, ya. Bapakmu masih bertugaskah, San?" tanya Johni untuk mengalihkan pembicaraan.

"Dia baru saja pensiun ,John," jawab Santi yang masih berada di pelukan Johni itu.

"Kamu masih takut  sama bapakku ya, Jhon? Hi.hi.hi.," Santi menatap Jhoni lalu tertawa.

"Kalau boleh jujur, San. Aku sih bukannya takut tapi lebih ke minder, San," jawab Johni.

"Ah, apa bedanya ,Jhon?"  Santi lalu menjadi penasaran dan ingin tahu apa yang menjadi alasan Johni tidak lagi pernah menghubunginya itu.

Saat itu, semua kenangan- kenangan lama diantara mereka kembali hadir, memenuhi hati serta pikiran, Johni dan Santi.

" Yok, kita berangkat , sudah siang ini perutku pun sudah terasa lapar lagi, San." Lagi lagi Johni mencari alasan untuk mengalihkan pembicaraan mereka itu.

"Ah, dasar kamu, Jhon, selalu saja punya alasan," ucap Santi yang sudah paham betul sifat Jhoni.

"He.he..he,"Jhoni hanya tertawa mendengar ucapan Santi.

"Tapi kita memang harus berangkat sekarang, agar kita tidak kemalaman sampai kekotamu itu," jawabnya sambil menengok jam tangannya.

"Benarkah tidak memberatkanmu, mengantarkanku ini, Jhon?" tanya Santi yang merasa tidak enak telah merepotkan Johni

"  Ah, tidak apa apa, San, Aku juga kebetulan ada urusan bisnis di kotamu itu," jawabnya dengan tersenyum.

"Oh, ya tunggu sebentar. Aku akan menghubungi temanku dulu yang ada disana," ujar Johni yang mengambil hape di saku celana jeansnya itu.

Tutt...tuttt...tuttt!

"Ya,halo, John," sapa Temannya dari dalam hape itu.

"Ya, Adit tolong pesankan aku hotel disana ya! hotel murah juga gak apa apa deh. Aku hari ini jadi akan melihat patung temuanmu itu" kata Johni pada temannya yang bernama Adit itu.

Adit adalah seorang pencari harta karun amatir yang memang dari kemarin menghubungi Johni untuk menjual patung kuno yang ditemukannya itu.

" Oh, ok, Bos, siap," jawab Adit dari dalam hape itu. Setelah mematikan hapenya. Johni menatap Santi lalu berkata, "yok berangkat kita, San. Semua sudah aman."

"Ya, baiklah, Jhon," ucapnya tersenyum.

Brummmm..brummm!

Johni beberapa kali menginjak gas mobilnya yang ada di garasi villa itu  agar mesinnya lebih cepat panas dan siap dijalankan lalu membiarkannya menyala.

" Duh, mana si Santi tadi?" gumamnya.

Johni yang tidak sabaran itu lalu turun dari mobilnya untuk menemui Santi yang ternyata masih berada dalam villa.

"Ada apa, San. Kenapa lama sekali ?" tanya Johni pada Santi yang sedang memegang handphonenya itu.

"Ah, tidak apa- apa, Jhon, Aku hanya habis mengabari ibuku. Aku bilang padanya mau kesana hari ini, mereka sangat senang mendengar aku akan pulang, Jhon, jawab Santi pelan.

"Oh, ya lah. Aku pikir kamu ada masalah tadi, San," ucap Jhoni.

"Yok, berangkat," ajak johni yang berdiri didepan Santi.

Santi menganggukkan kepalanya dan bangkit berdiri. Lalu Jhoni menggandeng tangan Santi dan mengunci villanya itu.

"Mana barangmu, San? Sini biar kubawakan. Kamu tunggu disini saja,"  ujar Johni.

"Nih, Jhon," ujar Santi yang memberikan barang-barangnya yang hanya sedikit itu.

Santi memandangi Jhoni dengan yang membawa barangnya itu ke garasi dengan hati yang bersedih. Santi sebenarnya masih menyimpan perasaan yang dalam kepada Johni si pria dari masa lalunya itu.

Brummm!

Mobil Johni pun berjalan meninggalkan villa yang menjadi tempat pelarian Santi dari suaminya yang brengsek itu.

Yang dibutuhkan Santi saat ini hanyalah sebuah ketenangan, yang mungkin akan didapatkannya nanti, saat berkumpul bersama orang tuanya yang penuh kehangatan dan kasih sayang itu.

Awan mendung yang tebal mengiringi perjalanan mereka. Tidak lama kemudian hujan pun mulai turun dengan derasnya yang membuat  mobil yang dikendarai Johni tidak bisa melaju dengan kencang seperti biasanya.

"San, mungkin kita agak kemalaman sampai dikotamu," ujar Johni memecah kebisuan antara mereka.

" Pelan -pelan saja, John," sahut Santi sambil menyentuhkan jari lembutnya ke tangan Johni.

Di sepanjang perjalanan Santi menjadi lebih banyak diam, yang dibenaknya hanyalah ingin menjauh dari Randi dan melupakannya. Sekarang dia sudah bertekad untuk menggugat cerai si Randi suaminya itu setiba di kotanya nanti, Santi masih terus terdiam.

Santi hanyut dalam pikirannya dan akhirnya tertidur di sepanjang perjalanan itu.

Johni memandangi wajah cantik Santi yang tengah tertidur itu dengan rasa iba.

Santi, Santi kenapa kamu harus bertemu dengan Randi brengsek itu katanya dalam hatinya.

Mobil Johni berjalan dengan perlahan. Johni menunggu cuaca menjadi membaik agar bisa menambah kecepatan laju mobilnya untuk mengejar waktu yang sudah sedikit terlambat dari jadwal yang diperkirakannya .

Johni lalu menyalakan radio yang ada di mobil itu dan menikmati musik yang sedang hits saat ini untuk mengusir sepi, karena Santi sudah lelap tertidur.

Tidak terasa mobil Johni sudah sampai di batas Kota ketika hari menjelang magrib.Banyak kenangan yang terlintas kembali dalam pikiran Johni saat mulai memasuki kota kecil tempat kelahiran Santi itu.

Pegunungan yang tampak dari kejauhan itu melatari kota yang dulu pernah dia singgahi untuk menemui Santi yang dulu adalah kekasih hatinya itu.

"Mmmm ,"Johni pun menghela napas panjangnya saat memasuki kota itu.

Sudah banyak perubahan kota ini pikir Johni. yang tidak banyak berubah hanyalah alun alun Kabupaten itu, masih terlihat bangku kecil yang sering menjadi tempat duduk mereka berdua bermesraan sambil menikmati jagung bakar menghabiskan waktu di senja hari.

Begitu banyak kenangan indah yang terjadi di kota kecil itu.

Tak kuat menahan harunya Johni sampai sampai meneteskan air matanya sambil menggenggam erat tangan Santi yang masih saja tertidur pulas itu.

.

Terpopuler

Comments

calliga

calliga

Up

2023-07-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!