Gairah Terlarang

     "Johni, tolong ambilkan handukku," pinta Santi dari kamar mandi itu yang meminta Jhoni agar membawakan handuk untuknya.

Setelah kejadian yang menyiksa dirinya tadi. Santi menjadi begitu tertekan dan kehilangan arah, begitu banyak perasaan kecewa yang didapatnya dari suaminya Randi.

Lima tahun usia pernikahan mereka dan selama lima tahun itu suaminya seringkali membohonginya dan selingkuh dengan wanita lain.

Bahkan ada yang pernah dibawanya pulang kerumah, berulang kali Randi menyakiti hatinya. Namun dia selalu bertahan tapi kali ini begitu menyakitkan yang membuatnya serasa ingin mengakhiri hidupnya saja.

Lima tahun pernikahan mereka yang hampa, tanpa tangis bayi dan lari kecil buah hati membuat Santi menjadi depresi.

Dia merasa hanyalah seperti perhiasan bagi suaminya itu.

"Johni, mana handukku?" Dia mengulangi lagi ucapannya.

Johni yang sedang berada di teras vilanya bergegas masuk dan mengambil handuk yang selalu disiapkannya di villa itu.

Johni memang sering mengunjungi villa ini dalam sebulan paling tidak tiga kali dia datang kesini untuk menyegarkan pikirannya.

Villa yang menghadap pantai itu memang sangat cocok untuk me-refresh pikiran.

Johni pun lalu dengan cepat cepat membawakan handuk itu ke kamar tamu dari villa itu.

Terlihat Santi masih berendam dalam bathtub di kamar mandi yang ada dalam kamar tamu itu.

Langkahnya tertahan, saat Santi mulai berdiri menuju shower dan lalu menghidupkannya "curr...curr...currr" suara air dari shower itu mengalir di kamar mandi yang dibuat sengaja tanpa pintu itu hanya mengunakan gorden plastik sebagai pembatas tempat tidur dan tempat mandi.

Terlihat samar samar bentuk tubuh Santi yang sangat aduhai itu dari balik gorden plastik itu yang membuat Johni menahan napasnya.

"Johni, cepatlah mana handuknya nanti aku kedinginan!" ucap Santi yang menggoda Johni sambil berusaha menutupi bagian atasnya yang sedikit terlihat itu.

"Ini, San," kata Johni salah tingkah sambil tidak melepaskan pandangannya pada tubuh Santi.

"Terimakasih, kamu masih baik seperti dulu, John," ucap Santi.

"Kamu juga tidak berubah, masih sama seperti dulu" balas Johni sambil memandangi tubuh Santi yang kini sudah terbalut handuk putih itu.

Santi yang tahu jalan pikiran Johni pun menjawab "Aku tidak sama lagi,John. Aku sudah tua sekarang tubuhku tidaklah seindah dulu lagi,"

Lalu Santi duduk di meja rias yang ada di samping jendela kamar tamu itu sambil memainkan rambut pirangnya yang panjang itu.

Johni berjalan mendekatinya dan memegang pundaknya dengan lembut berkata, " lihat didalam cermin itu, San! Wajah dan tubuh itu tetaplah sama di mataku, hanya saja wajah itu dulu ceria dan penuh dengan semangat hidup."

" Mmmm, Jhoni kamu..." Santi tidak meneruskan kalimatnya karena merasa sangat tersentuh dengan apa yang dikatakan Jhoni barusan.

Memang beberapa bulan terakhir ini, kekuatan yang dibangunnya untuk terus bertahan berumah tangga bersama Randi sudah mulai runtuh.

Rasa cinta itu perlahan sirna karena kelakuan suaminya yang tidak pernah berubah, selalu menyakiti hatinya.

Santi menggengam tangan Jhoni yang ada di pundaknya itu. Santi begitu rapuh saat ini. Tiba-tiba Jhoni si pria masa lalu itu muncul bak pahlawan ditengah badai rumah tangganya ini membuatnya terhanyut dalam banyak kegalauan di hatinya. Dirinya sudah merasa sangat lelah.

" Jhon pijitin aku dong, pundakku yang kamu pegang itu, aku sangat lelah Jhon, dulu kan kamu ahli dalam memijat" ujar Santi setelah mereka berdua lama terdiam. 

"Aku tidak hanya ahli dalam memijat, San," bisik Jhoni pelan. 

 " Mmmmm, enak sekali Jhon," desah Santi. Santi menjadi teringat kembali kenangan kenangan indah saat masih berpacaran dengan Jhoni dulu.

Salah satu kenangan yang tidak bisa dilupakannya adalah ketika mereka mendaki gunung bersama, dikarenakan cuaca hujan badai saat itu dirinya terkena Hipotermia, suatu keaadaan yang ditakuti oleh para pendaki gunung saat itu hampir saja dirinya kehilangan nyawanya tetapi  Johni menyelamatkannya dengan terus memeluknya untuk memberi kehangatan tanpa memperdulikan air hujan yang terus mengguyur dan membuatnya kedinginan sampai matahari terbit dan Tim mereka datang memberikan pertolongan.

Ting tong.....ting tong.....ting tong!

Suara bel dari villa itu berbunyi beberapa kali.

" Mmmm sebentar, San. Sepertinya pesananku sudah datang aku ke depan dulu sebentar, ya," ujar Johni yang  menghentikan pijatannya itu. Namun sepertinya Santi merasa enggan untuk mengizinkan Johni pergi meninggalkan dirinya. Dia masih ingin menikmati jemari Johni di tubuhnya itu. 

Santi lalu berdiri dan memeluk Johni dari belakang dan berbisik lirih ditelinga Johni, bisiknya" Jangan lama lama ,John,"

Johni membalasnya hanya dengan senyuman dan menganggukan kepala.

Tak lama Johni pun muncul dikamar itu dengan  membawa makanan dan pakaian baru agar bisa dipakai oleh Santi.

"Mmmm, pakailah, San! Pakaian itu untukmu, mudah mudahan pakaian yang kubeli itu pas ukurannya denganmu, setelah itu kita makan diteras ya, disana enak udaranya,"  ujar Johni dengan tersenyum.

Byuurrr...byuurrrrr...byuurrrrr!

Gemuruh ombak terdengar dari teras villa itu, udara pantai di malam itu cukup dingin. Sehingga membuat Johni memakai jaketnya dan menunggu Santi datang untuk makan malam bersamanya.

Santi tampak begitu memukau malam itu. Dengan memakai sweater coklat dan celana jeans yang dibelinya lewat kurir tadi.

"Cantik sekali kamu, San. Aku jadi teringat masa lalu, San" ucap Johni saat Santi sudah duduk bersamanya di teras villanya itu.

"Makasih ya, John. Buat makanannya juga rayuannya" ucapnya sambil tersenyum. 

"Makanlah,San. Kamu masih suka makanan seafood kan?" tanya Johni.

"Aku sengaja pesankan itu untukmu," ucap Johni yang sudah terlebih dahulu memakan ayam bakar kesukaanya itu.

" Kamu masih hapal saja seleraku, Johni"  ucap Santi lalu membuka pembungkus makanan itu.

Dalam hati Johni berkata, "Aku masih hapal semua tentangmu, San."

"Terima kasih, John. Telah menyelamatkanku dari amukan Randi hari ini, kalau kamu tidak ada, mungkin aku sudah tewas di tangannya siang tadi" ucapnya sambil menggenggam tangan Johni.

"Ah, Itu hanya kebetulan, San," ucap Johni lalu masuk kedalam villa mengambil satu gelas kopi panas untuknya dan satu gelas teh panas untuk Santi

"Minumlah,San," ujar Johni sambil memberikan segelas teh hangat kepada Santi.

"Kamu masih suka minum kopi ya, John? " Santi bertanya kepada Johni sambil meminum teh hangat bikinan Johni.

" Ya, San. Sangat cocok di udara yang dingin ini," lanjut Johni lagi.

Santi lalu mendekati Jhoni yang sedang duduk di ayunan sambil menikmati kopi sendirian yang letaknya tidak jauh dari teras itu.

" Disini dingin, Jhon" ucapnya sambil melingkarkan tangannya di tubuh Johni.

Jantung Johni tiba tiba berdegup sangat kencang, pelukan Santi itu membawa kenangannya akan masa lalu tapi dia kan istri temanku yang gila itu dan pikiran Johni pun menjadi campur aduk saat itu.

" Oh, my God," gumam Johni.

       

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!