Lukisan Tak Berharga

        "Sudahlah, Mas! Aku sudah capek denganmu! Akui sajalah siapa wanita itu! hiks.hiks.hiks.," teriakkan histeris dan tangis wanita terdengar dari dalam handphone Johni.

Lalu braakkk! kembali terdengar suara keras dari dalam handphone Johni yang habis bercakap cakap dengan Randi yang  menjadi salah satu koleganya dan juga sahabat baiknya itu dalam bisnis perburuan harta karun yang mereka kerjakan.

Randi adalah seorang kolektor lukisan yang kaya raya.

Mmmm, sepertinya Randi terlupa mematikan handphonenya pikir Jhoni sambil meminum kopi yang sudah dingin itu.

Lalu Jhoni pun menutup saluran handphonenya.

" Ah, pusing amat, itu urusan mereka ngapain aku mikirinnya," gumamnya.

Lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa empuknya itu sambil mengelus kepalanya yang masih saja terasa sakit karena terkena lemparan sepatu Anita dua hari yang lalu itu.

"Tapi kupikir-pikir aneh juga dengan si Randi ini. Kurangnya apa dengan istrinya itu. Cantik iya,bohai iya ,pintar pula, ah, bodohnya Randi itu masih saja selingkuh," gumam Jhoni sambil meminum kembali kopi dingin itu.

"Memang susah kalau sudah beristri mendingan seperti aku sekarang, bebas, he..he..he," gumamnya lagi sambil tersenyum sendiri.

Ah, mandi dulu deh terus manasin mobil aku kan ada janji sama Randi tadi pikir Johni.

"Semoga saja pelelangan lukisan itu berjalan lancar nanti," gumam Johni sambil berjalan menuju kamar mandinya.

Setelah Jhoni rapi berpakaian segera dia mengambil kunci mobilnya, dan memanasinya tiba tiba handphone yang ada di genggamannya berdering ini pasti Randi pikirnya.

"Uff ,Sudah tidak sabar lagi kayaknya mau pergi ke pelelangan itu si Randi ini," gumamnya.

"Halo Ran, halo," ujar Johni saat mencoba menghubungi Randi

tut..tut.tut..tut..tut..tut hanya itu yang terdengar dari handphonenya.

Sepertinya ada yang tidak beres ini sebaiknya aku segera pergi kerumahnya saja pikir si Jhoni.

citttttttt .....brummmm!

Mobil Johni sudah tiba di jalan raya yang menuju arah rumah Randi yang berada di perumahan elit itu.

Tampak dari luar mobil Randi masih terparkir di garasinya. Rumahnya pun sepi.

Lalu Jhoni mencoba menelpon Randi lagi didepan rumahnya namun  sudah beberapa kali menelpon tidaklah diangkat angkat oleh Randi.

Dorrrr, pyarrrrr!

Kaca jendela lantai atas rumah Randi pecah berhamburan terkena tembakan pistol yang dilepaskan dari jarak dekat itu.

Menyusul suara teriakan keras wanita dari kamar itu," awwwwww!".

Itu kan suara Santi pikir Johni.

"Matilah saja  kamu, perempuan cerewet!" bentakan keras Randi yang kembali terdengar oleh Jhoni.

Suara itu menjadi jelas terdengar karena kaca  jendela besar itu sudah hancur.

Bagi Johni, Santi bukanlah orang asing lagi. Johni memang sudah lama mengenal Santi. bahkan mereka  pernah menjalin hubungan yang dekat semasa  masih satu kampus dulu, itu sudah lama sekali.

Karena melihat dan mendengar kejadian seperti itu spontan saja  Johni berlari memasuki halaman rumah Randi dan langsung mendobrak pintunya yang memang tidak terkunci itu.

Dia pun langsung menuju lantai atas yang menjadi kamarnya Randi. Sesampainya di lantai atas terlihat olehnya pintu kamar Randi  yang sudah terbuka.

"Sudah kubilang aku tidak selingkuh, kamu masih saja tidak percaya!, Dia itu hanya teman biasa Ma!" terdengar suara Randi yang masih saja tidak mau mengakui perselingkuhannya dengan Gadis pemandu karaoke itu dari dalam kamar itu.

Lalu Johni pun merasa ragu akan ikut masuk ke kamar itu karena itu adalah urusan pribadi mereka yang dikhawatirkan Johni adalah pistol yang ada di tangan Randi yang sedang sangat emosi itu.

"Sudahlah Mas. Aku bukanlah orang bodoh yang bisa kamu bohongi terus terusan.

Hiks.hiks..hiks. Aku sudah tidak tahan lagi Mas rasanya mau mati saja.

"Hikss..hikss..hikss."  Santi bicara dengan suara terbata bata yang disertai isak tangis itu.

"Kalau itu maumu matilah saja kamu!"  bentak Randi yang sudah lupa diri karena telah merasakan kenikmatan birahi dengan pemandu karaoke yang seksi itu.

Jantung Johni berdegup kencang mendengar ucapan randi yang emosi itu. Dia paham betul sifat Randi itu.

Karena telah lama mereka  berbisnis bersama, Randi tidak segan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan sekalipun harus membunuh seseorang.

"Bunuh saja aku ,Mas, bunuhlah saja! Aku ini seperti lukisan yang tidak berharga di matamu, Mas! "Santi berjerit jerit penuh emosi sambil memukul mukulkan tangannya  kearah Randi.

Merasa dipojokkan seperti itu Randi pun bertambah kalap dan mendorong Santi hingga terjatuh di lantai kearah pintu yang terbuka itu.

Randi menjadi begitu tertekan dan frustrasi mengahadapi istrinya itu, kepalanya terasa mau pecah mendengar jeritan dan umpatan istrinya itu.

Dia pun mengambil kembali pistol yang jatuh terlempar dibawah tempat tidur long size itu saat Santi memukul mukul dirinya tadi.

Kesempatan itu segera digunakan Johni untuk menarik tangan Santi yang jatuh didekat pintu yang terbuka tadi dan mengajaknya pergi ke lantai bawah.

Santi yang masih terkejut dengan kehadiran Johni di rumahnya bicara padanya,

" Apa yang kamu lakukan disini ,Johni?"

" Ssst sudahlah cepat kita tinggalkan Randi. Sementara dia sedang sibuk mencari pistolnya itu, nyawamu taruhannya. Aku tadi mendengar semua keributan ini. Aku tahu siapa Randi," ucapnya pada Santi.Mereka bergegas keluar rumah.

Brumm!

Mobil Johny melaju kencang, meninggalkan perumahan elit itu bersama Santi yang masih dalam keadaan kacau itu.

Tak lama Randi pun mendapatkan pistolnya. Namun betapa terkagetnya dia saat melihat Santi istrinya sudah tidak ada lagi di kamar itu.

"Lha kemana perginya Santi tadi?",

"sial!" umpatnya.

"Ah , sudahlah biarlah pusing aku dibuatnya" gumamnya lalu melemparkan pistolnya ke lantai dan menghempaskan dirinya ke tempat tidurnya, lalu menenggak lagi minuman keras yang memang selalu ada disamping tempat tidurnya itu.

"Mmm mungkin ini yang bisa membuatku tenang sekarang," gumamnya lagi

         Brummmmmmm!

Laju mobil Johni terus menderu kearah jalan yang mulai menanjak dan menurun lagi. Mobil itu berjalan melewati perbukitan dan akhirnya menuju pantai dimana Johni mempunyai vila pribadi miliknya itu.

Di sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya terdiam hanyut dalam pikiran mereka masing masing, ditemani musik band yang sedang populer saat ini.

Tak terasa sudah hampir satu jam perjalanan yang mereka tempuh dan sekarang sudah hampir sampai di pantai itu dan Johni pun membawa mobilnya langsung ke vila pribadinya yang terletak tidak jauh dari pantai yang indah itu.

"Kamu bawa aku kemana John?" tanya Santi sedikit agak marah memecah keheningan itu.

"Mmm ,maafkan aku Santi, aku tidak meminta izinmu tadi,  hanya tempat ini yang terpikirkan olehku untuk menghindari Randi," jawab Johni memberi alasan.

Dan memang suatu kebetulan Santi yang saat itu sedang galau dan kacau tidak terlalu banyak memikirkan hal lainnya dia hanya ingin pergi menjauh dari Randi.

" Ya, Johni tidak apa apa," jawabnya singkat.

"Ok baiklah kalau begitu Santi kamu bisa beristirahat dulu untuk menenangkan dirimu malam ini di vilaku itu," kata Johni menunjuk vilanya dari dalam mobilnya. 

Terpopuler

Comments

calliga

calliga

Cemangat ya thor, semoga sukses

2023-07-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!