Pelarian

        Malam semakin larut. Cuaca pun menjadi lebih dingin daripada sebelumnya.

"Masuk yuk,John!" ajak Santi.

Malam itu menjadi sangat romantis bagi mereka berdua, semua kejadian buruk siang tadi sudah sedikit terlupakan.

"Ayolah!" ujar Jhoni sambil merangkul Santi yang menggigil kedinginan itu.

Santi merasa sangat nyaman bersama jhoni hatinya yang tersakiti itu sedikit terobati dengan hadirnya Jhoni yang menemaninya di malam yang dingin itu.

Entah nafsu ataukah cinta yang terpendam, perasaan yang hadir di hati Johni dan Santi saat itu menjadi bercampur aduk dalam hati mereka berdua.

" Tutup pintunya, Jhon," bisik Santi.

"Sreeeeetttt !"

Pintu villa itu ditutup Jhoni dengan perlahan. degup jantung Jhoni makin bertambah kencang setelah menutup pintu villa itu. Nafsu itu memburunya.

Johni membawa Santi ke kamarnya dengan perasaan yang tidak karuan. Kerinduan yang lama terpendam itu kini hadir di depan matanya.

"Kamu istirahatlah dulu ,San," ujar Johni yang membiarkan santi membaringkan tubuhnya di kasur besar di villa jhoni itu.

"Kamu mau kemana, jhon?" tanya Santi saat melihat Johni hendak keluar kamarnya itu.

"Aku ada kejutan untukmu. Kuambil sebentar," jawab Johni yang lalu pergi ke ruang tamu lalu kembali lagi ke kamar itu sambil membawa sebuah gaun malam untuk dipakai Santi tidur di malam itu.

"Pakailah gaun ini, San. Biar nyenyak tidurmu malam ini," ujar Johni sambil memberikan gaun malam itu kepada Santi.

Santi pun mengganti pakaiannya dengan gaun malam yang di berikan Johni kepadanya itu.

"Jangan ngintip kamu ya ,Jhon," goda Santi kepada Johni saat akan mengganti pakaiannya itu.

Santi terlihat begitu seksi setelah memakai gaun malam itu, badanya yang tinggi dan berisi itu, membuat Johni sangat menginginkan Santi di malam yang dingin itu.

"Kamu cantik sekali, San," ucap Jhoni sambil berjalan mendekati Santi.

"Sudah dari dulu ,Jhon," jawab Santi menggoda Jhoni.

Santi lalu membaringkan tubuhnya ke atas kasur besar villa itu sambil menatap Johni dengan tatapan menggoda.

Di dalam hati Jhoni saat itu sebenarnya ingin langsung memeluk Santi dan mengajaknya bercinta namun ada perasaan bersalah di hatinya yang membuatnya menahan keinginan itu.

"Aku keluar sebentar ya, San," ucap Jhoni yang hanya mencari alasan untuk menahan hasratnya itu, lalu teringat dengan gelas kopinya yang masih ada di teras villa itu.

"Johni lanjutin dong pijatannya tadi, please," ucap Santi memohon pada Johni yang  terdiam di depan pintu kamar itu  sambil membawa gelas kopi yang hanya tinggal ampasnya itu.

"Mmm, ya, sebentar. Aku kebelakang dulu ya," ucap Johni yang masih saja bingung menentukan sikap karena status Santi yang masih menjadi istri orang itu.

Setelah Jhoni  kedapur untuk meletakan gelas kopinya itu. Diapun segera pergi ke kamar itu.

"Ayo cepatlah, Jhon.Badanku rasanya sudah pegal semua," goda Santi lagi.

Johni pun mendekati Santi dan mulai memijat tubuh Santi yang seksi itu.

Sudah lama Santi tidak dimanjakan oleh seorang pria karena Randi suaminya tidak pernah ada waktu untuknya. Randi menjadi terlalu sibuk mengurusi wanita-wanita lainnya. Itu yang membuatnya begitu rapuh saat ini.

" Mmmmm, enak sekali,Johni," desah Santi yang menikmati jemari Johni di tubuhnya itu.

" Teruskan ke bawah, Jhon," desahnya lagi.

"Ya, San," bisik Jhoni lirih di belakang telinga Santi.

Bisikan itu membuat Santi melayang dan berdebar debar, hatinya menginginkan lebih dan lebih.

Nafsu itu begitu kuat merasukinya hingga menghilangkan keraguan di hati Santi, membuat Santi memutar badannya dan memeluk Johni lalu berbisik padanya,

"Aku menginginkanmu, Jhon"

Jhoni mencium dengan lembut bibir Santi yang hangat lalu mencumbui lehernya sambil membelai rambutnya dengan lembut.

"Mmmmm..Jhoni," gumam Santi.

" Aku sayang kamu, San," bisik Johni.

Malam terus meninggi, hanya dua insan itu saja yang masih terjaga memadu cinta menghabiskan malam hingga fajar menjelang.

" San, sarapan yuk," bisik Johni membangunkan Santi yang masih tampak pulas tertidur berselimut tebal itu.

" Mmm, Jhoni jam berapa ini? Aku masih mengantuk Jhon," ucap Santi yang merasa enggan beranjak dari tempat tidurnya itu.

"Sudah jam sembilan, bangunlah, kita sarapan yuk," ucap Jhoni lagi sambil mengecup kening Santi dan mengelus pundaknya.

Ketika Jhoni akan beranjak dari tempat tidur itu. Santi menarik tangannya seolah tidak rela Johni pergi meninggalkannya dan berkata dengan pelan

" Jhon, kamu hebat sekali semalam," ucap Santi pelan.

Jhoni hanya tersenyum sambil menatap lembut Santi yang memegang erat tangannya itu.

"Mmmm aku malas keluar, kita sarapan disini saja ya, Jhon" ucap Santi memelas sambil memegangi selimutnya untuk menutupi tubuhnya yang tanpa pakaian itu. 

"Ok, baiklah kalau begitu kubawakan sarapanmu kesini ya, sebentar, San," jawab Johni yang lalu keluar kamar itu.

Tidak lama kemudian Jhoni membawakan sarapannya dan sarapan Santi kedalam kamar itu.

" Ini kupesankan kamu tadi bubur ayam. Ni makanlah, San," ucap Johni.

Santi pun memakannya dengan lahap.

" Uff kenyang perutku, John. Terimakasih buat sarapan paginya, ya," ujar santi tersenyum manja.

"Badanku rasanya gerah, Jhon. Aku pengen mandi, Jhon," ucap Santi sambil berdiri meninggalkan selimut tebal itu.

Johni terpaksa kembali menahan napasnya melihat lekuk tubuh Santi yang aduhai itu.

"Mm, San," gumam Jhoni, hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya saat itu. Lalu memeluk Santi yang akan beranjak dari kasur itu dan membaringkannya kembali di kasur empuk itu.

Dengan buas Johni melahap tubuh Santi yang hanya pasrah dan menikmati setiap kecupan bibir Johni di tubuh indahnya itu.

Riiiiiingg...riiiiing..riiiiing..riiiingg!

"Aduh kutaruh dimana hape ku tadi ya?" gumam Jhoni yang kebingungan itu.

riiiiiingg...riiiiiing....riiiiiinng!"

Hape itu berjerit lagi memanggil majikannnya yang bingung mencarinya.

"Hape mu di ruang tamu, John," ucap Santi yang sedang berpakaian dan mengeringkan rambutnya itu.

"Oh iya, lupa aku tadi, makasih San," ujar Johni sambil berjalan ke ruang tamu untuk mengambil hape nya itu.

" Brengsek kamu, Johni..sialan lu..gila lu!" makian itu yang terdengar saat Johni mengangkat hapenya.

"Johni,dimana istriku kamu bawa hah!" 

Johni masih diam saja tidak menjawabnya.

"Aku tahu. Kamu yang membawa kabur istriku aksimu itu terekam di cctv ku jadi mengaku sajalah, john. Dasar brengsek kamu!".

  "Akan kulaporkan polisi kamu, John!".

Sialan si Randi ini bawa-bawa polisi segala, Johni mengumpat dalam hatinya.

Karena merasa kesal karena diancam si Randi, Johni pun mulai bicara,"Laporkan saja, Ran!".

"Kamu pun akan kulaporkan balik karena kasus kdrt pada istrimu yang diancam akan kamu bunuh," tantang Johni.

"Sialan kamu ,Johni. Kamu tidak ada hak mencampuri urusannku!" Bentak Randi .

"Kalau urusan rumah tanggamu aku tidak punya hak, Ran! Tapi ini adalah masalah kemanusiaan, kamu ingin membunuh Santi saat itu. Aku punya rekaman suaramu saat mengancam Santi," jawab Johni dengan tenang.

"Jadi adukanlah ke polisi. Aku tidak takut ancamanmu, aku menyelamatkan orang yang terancam kehilangan nyawanya, justru kamu yang akan ditangkap," ucap Jhoni lagi.

Perkataan Johni itu membuat kecut nyali Randi sehingga dia tidak bisa berbicara lagi dan mematikan handphonenya itu.

Santi yang mendengar keributan di hape itu lalu mendekat dan bertanya pada Jhoni," itu Randi ya Jhon?".

" Ya San. Dia tahu bahwa aku yang membawamu kabur, dan mengancam akan melaporkan aku ke polisi," jelas Johni.

"Kamu tenanglah dia tidak akan berani melakukan itu, San, " ucap Johni yang berusaha mengurangi kepanikan Santi.

"Maafkan aku, John. Telah menyusahkanmu dan menjadi pelarianku dalam permasalahanku,"ucap Santi dengan wajah yang menahan air mata itu.

"Aku sudah tidak tahan lagi hidup dengannya Jhon," lalu air mata Santi pun sudah tidak terbendung lagi dan menetes di pipinya.

Johni pun segera memeluknya, "sudahlah San tenanglah," ucap johni.

"Aku ingin minta bantuanmu sekali lagi,John," ucapnya lirih.

"Ya, apapun yang kamu butuhkan. Aku pasti bantu kamu sebisaku," jawab Johni.

"Bicaralah, San. Aku pasti membantumu," Johni mengulangi ucapannya agar Santi benar benar yakin padanya.

Lalu Santi berkata," Tolong antarkan Aku pulang ke kampungku, mungkin lebih baik untuk sekarang ini Aku hidup bersama orang tuaku saja dahulu John,".

" Yang kuinginkan hanya ketenangan Jhon," lanjutnya lagi.

" Mmmm, baiklah Santi kalau itu memang maumu kita akan berangkat siang ini," ujar Johni sambil melepaskan pelukannya yang tidak ingin dilepaskan Santi itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!