Jam satu malam. Jam istirahat masih sangat panjang. Alin justru terbangun dari tidurnya, dengan sayup-sayup ia melihat sekeliling nya yang gelap gulita. Namun masih dapat ia perhatian dengan samar jika ruang kamar ini bukanlah kamar tidurnya lagi.
Alin tidak terlalu kaget walau saat itu merasakan ada tangan besar yang menindih perut rata nya. Pemilik tangan itu tak lain tak bukan adalah Jefri, lelaki yang saat ini tengah tertidur pulas seperti bayi polos.
'Sial!Dia tampan sekali',pikir Alin yang cukup lama memperhatikan raut wajah polos yang terlelap tidur itu.
Cukup lama Alin memperhatikan tanpa Jefri sadari. Sebelum perhatian Alin melihat sekeliling ruangan kamar ini untuk mencari jam dinding.
"Pantas gue sangat lapar sudah jam 3",gumam Alin bernada suara rendah.
Alin menyingkirkan tangan Jefri dari atas perut nya berlahan-lahan sebelum tanpa Jefri sadari Alin beranjak dari tempat tidur. Berlalu pergi meninggalkan ruang kamar ini dengan langkah kecil.
Di luar kamar Alin melihat sekeliling ruangan ini yang cukup luas juga elegan. Alin belum tau kalau rumah yang saat ini ia tempati adalah sebuah rumah apartemen. Karena selama perjalanan tadi kalian ingatkan kalau Alin tidur dan baru bangun sekarang.
Setelah beberapa menit berkeliling, langkah kaki Alin berhenti di dapur rumah ini. Alin buka kulkas dua pintu besar di depannya untuk mencari sesuatu yang bisa ia masak tentunya. Di kala ia sudah sangat kelaparan.
Next.....
"Emm.....sial",gumam Jefri dengan suara berat serak khas orang bangun tidur. Ia megercapkan kelopak matanya beberapa kali untuk menghilangkan perhatian buramnya. Jefri yang sudah terduduk di atas tempat tidur. Akhirnya tersadar jika bocil kematian yang tadi malam sangat menyusahkan sudah hilang.
Ia bergegas beranjak turun dari tempat tidurnya, untuk segera mencari keberadaan bocil kematian yang hilang itu.
"Sudah bangun lu",ujar Alin yang sudah duduk di meja makan dengan sepiring nasi goreng di depannya. Dengan seragam sekolah yang sudah rabi ia kenakan.
"Lu mau sekolah?",berjalan mendekat.
"Iya, gue sudah kelamaan libur tidak jelas".
".......",duduk memakan satu piring nasi goreng yang emang sudah Alin siapkan untuk Jefri.
"Antar gue, lu bawa gue pergi sebelum gue minta uang jajan ke nyokap bokap gue. Jadi gue miskin dan lu harus antar jemput gue pulang sekolah",omel Alin.
"Hemm",respon Jefri cuek dingin.
Selang beberapa menit kemudian Jefri dan Alin sudah siap berangkat sekolah. Ke sekolah mereka masing-masing. Iya, Jefri sekolah di sekolahan elit. Sementara Alin di sekolah SMA negeri biasa.
Sehingga saat Jefri sudah rapi mengenakan kemeja Orange dan jas orange tua, dan celana Orange tua. Keren and cool merah. Berbanding terbalik dengan Alin yang hanya mengenakan pakaian batik biru lengan panjang, rok panjang biru tua dan kerudung biru tua yang belakangnya bertuliskan almamater sekolah nya. Ukhti-ukhti mode di sekolahan.
Sebelum membuka pintu rumah yang mengunakan kode angka ini. Jefri terdiam sejenak merogoh kantong celananya. Iya, memberikan Alin kartu hitam,"Ambil ini untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan lu".
"Tidak perlu bokap gue masih mampu kasih gue uang",balas sewot Alin enggan untuk mengambil pemberian Jefri.
Mendorong kening Alin mengunakan kartu hitam yang ia bawa,"Be**go!Lu sudah jadi istri gue. Semua kebutuhan lu sudah menjadi tanggung jawab gue bukan orang tua lu lagi".
"Tapi gue beneran tidak...."
Memotong ucapan Alin,"Lu pegang saja ini, pin nya dan pin pintu rumah nanti gue kirim WhatsApp....,"fokus membuka pintu setelah memberikan kartu tadi pada Alin."..Kalau lu tidak faham nanti lu tanya mama atau papa lu",
Jefri yang sudah berdiri di luar rumah apartemen,"Cepat keluar",suruh nya pada Alin yang masih terdiam,"Simpan baik-baik kartu itu, awas hilang".
"Hemm".
Alin berangkat ke sekolah bersama Jefri, mengendarai motor Jefri yang terparkir di parkiran bawah apartemen.
Jefri pergi menggetarkan Alin terlebih dahulu ke sekolahnya, sebelum ia pergi ke sekolah nya sendiri.
"Alin",panggil Jefri pada Alin yang hendak memasuki gerbang sekolah.
Alin terdiam dengan raut wajah datar berbalik badan."Helm nya mau lu bawa aja atau gue bawain?",tanya Jefri.
Baru menyadari helm yang belum di lepas,"Gue bawa",jawab ketus Alin sebelum berlalu meninggalkan Jefri yang langsung tancap gas pergi meninggalkan pekarangan depan sekolah Alin di kala sudah banyaknya sepasang mata yang memperhatikan kehadiran Jefri dengan seragam sekolah nya yang sangat mencolok berbeda.
"Kayak ketua Dark Demon",tebak salah seorang siswa laki-laki yang memperhatikan kepergian Jefri.
"Dia mengantar cewek yang lu suka, bener enggak sih?Atau mata gue yang rabun tadi pas lihat",timpal siswa laki-laki yang lain.
Yang di abaikan oleh siswa laki-laki yang langsung berlalu pergi meninggalkan rombongan nya. Masuk terlebih dahulu ke dalam pekarangan sekolah.
Ting....Ting.....
Singkat seceria bel istirahat berbunyi. Siswa siswi dari semua kelas mulai berhamburan meninggalkan kelasnya masing-masing tidak terkecuali. Alin dan ketiga temannya. Hima, Lina, dan Linda.
"Gila gue benci hari Senin",ujar Linda.
"Setiap orang benci hari Senin",timpal Hima.
"Lu dari mana Al, hampir satu Minggu lu ambil izin?",tanya Lina.
"Gue ada acara keluarga, dan satu Minggu apaan. Gue hanya izin tiga sampai empat hari ini",
"Acara apaan?Lu selalu menghindar acara keluarga Al, acara apaan?",timpal Hima menambahi.
"Sial kalian, gue baru masuk langsung di keroyok dengan pertanyaan-pertanyaan tidak jelas. Emang benarnya gue tidak masuk sekolah",
Merangkul tangan Alin,"Jangan Al, tidak ada lu tidak ada yang resek di kelas",kata Lina.
Setibanya di kanti dan membawa makanannya masing-masing mereka berempat pun duduk di meja yang masih kosong. Untuk segera menyantap jajanan yang mereka masing-masing beli.
Mereka berempat duduk berhadap-hadapan yang otomatis masih menyisakan sedikit ruang untuk satu seseorang duduk di samping masih sisi kursi kayu panjang ini.
"Hai Al",sapa salah seorang siswa laki-laki yang duduk di samping Alin yang sedang menikmati semangkuk bakso.
Alin mengabaikan kehadiran Dani nama siswa laki-laki ini. Siswa seumuran Alin dengan jurusan berbeda dengan Alin. Dani anak IPS sementara Alin anak Bahasa asing.
"Yang tadi cowok lu?",tanya Dani terfokus melihat Alin yang sama sekali tidak melihat ke arahnya. Dani bertanya demikian karena sudah sejak lama Dani menyukai Alin, namun Alin tidak pernah menganggapnya ada.
Alin sudah menolak Dani di awal pertama Dani mengungkapkan isi hatinya padanya. Tadi Dani tetap saja menaruh harapan pada Alin yang sampai kelas 2 sekarang tetap tidak menganggapnya ada. Alin tetap sama sekali tidak menaruh hati sedikit pada Dani yang menunggu nya sejak lama.
"Siapa Al?",
"Cepat jelas Al gue mau makan dengan tenang",semprot Linda cuek dingin risih.
Alin menghentikan makannya dengan keterpaksaan,"Gue tidak pernah suka sama lu Dan.... Pliss, jangan ganggu gue, jangan siksa diri lu sendiri seperti ini. Karena sampai kapan pun gue tidak pernah menyukai lu",
"Apakah ini karena laki-laki tadi?",
"Tidak ada",
"Lalu siapa dia?".
"Siapa dia buat gue, adalah privasi gue",pertegas Alin.
Dani menghela nafas berat singkat sebelum akhir berlalu pergi meninggalkan meja ini. Meninggalkan Alin dan teman-teman yang melanjutkan menghabiskan makan siangnya masing-masing.
Ketiga teman-teman Alin juga belum ada yang membuat sesi pertanyaan apapun untuk Alin. Mereka bertiga memilih diam untuk sementara waktu agar mood makan Alin tidak semakin berantakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments