Selepas makan Jefri langsung tancap gas mengendarai mobil nya pergi mengantar Alin ke rumah orang tua nya.
Saat itu Han sudah tidak ada di rumah. Han sudah berangkat ke kantor, ia hanya menitipkan bingkisan ke art rumah untuk di berikan kepada Alin dan orang tuanya nanti.
Karena jarak rumah Jefri dan Alin terbilang cukup jauh. Dengan terpaksa setelah 1 jam mengendarai mobil. Jefri baru sampai di kediaman rumah Alin. Ia memarkir mobil di halaman depan rumah Alin yang cukup luas.
Alin beranjak turun lebih dulu setelah menyadari mobil sudah terparkir dengan benar. Yang baru di susul oleh Jefri.'Tidak ku sangka ayah masih memiliki sahabat kalangan menengah',pikir Jefri memilih rumah sederhana di depan.
Jefri sedikit terkejut, di kala ia dan ayah tidak pernah akur. Apa hubungannya?Jefri pikir ayah yang keras kepala dan kaya raya itu tidak akan pernah memiliki teman. Jefri berpikir demikian karena ayah nya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja dari pada santai di rumah. Jadi besar kemungkinan ayahnya tidak memiliki teman satu pun karena terlalu sibuk dengan pekerjaan.
Tapi dugaan nya salah. Ayahnya memiliki teman, dan terkejut temannya adalah seseorang dari kelas menengah.
"Woy!", panggil Alin yang sudah berdiri di belakang jok mobil."Ini gimana bukanya, tidak ada pegangan untuk menarik nya".
'Be**go!',Jefri berjalan mendekati Alin. Ia sedikit membungkuk badannya di depan jok mobil sembaring menjulurkan tangannya di depan lambang mobil. Di saat itulah lampu menyala sekilas dari logo itu dan di susul dengan jok mobil yang terbuka sendiri tanpa ribet.
Sembaring ngedumel Alin mengambil barang bawaan nya,'Mobil seperti tai gini di pakai, cih ruwet sekali idup orang kaya, buang-buang uang',setelah nya ia nyelonong pergi begitu saja meninggalkan Jefri. Yang terpaku mendengar ngedumel nya Alin yang cukup keras tanpa takut sedikit dengan nya tersinggung.
Jefri mengambil beberapa bingkisan besar yang masih di tinggalkan di jok mobil untuk ia bawa menyusul Alin yang sudah pergi duluan.
Melihat ke datang kakaknya,"Loh Pa kenapa kakak masih di rumah?",ujar Liam adik laki-laki Alin yang baru saja akan duduk di kursi dekat meja makan.
Alin menyalami papa nya dan mama nya sebelum akhirnya menyikat kepala adiknya,"Alin",tegur Hendri."Dia adik mu Alin".
Bergeser tempat duduk di samping mama nya,"Dia psikopat pah",timpal Liam menghindari serangan Alin dengan berlindung di dekat mama nya.
"Sini ikut gabung Jefri",ajak Mama Aliyah pada Jefri yang baru terlihat di ambang pintu masuk ruang makan.
Jefri mengangguk ringan, ia berjalan masuk. Tidak lupa ia memberikan bingkisan pemberian ayahnya untuk orang tua Alin setelah ia menyalami punggung tangan keduanya.
Ia di sambut sangat hangat kehadiran nya oleh keluarga Alin. Tapi karena ia dan Alin sudah makan di rumah. Sehingga saat sampai Jefri hanya bisa duduk menemani Hendri dan Liam makan sembaring menikmati secangkir kopi hitam yang mama Aliyah buatkan.
Sementara Alin pergi ke kamar nya bersama Mamanya untuk mengemasi barang-barang yang akan ia bawa nanti.
Alin yang masih merasa sedih harus secepat ini meninggalkan rumah dan kedua orang tua nya hanya bisa terduduk termenung di sandaran bahu Mamanya.
Sementara mama Aliyah yang merasakan bahunya yang mulai basah,"Putri mama bisa nangis juga",canda mama Aliyah.
Tapi tidak mendapatkan respon apapun dari Alin yang teramat benar-benar berat dan sedih harus pergi secepat ini meninggalkan kediaman rumah dan keluarga nya.
Mama Aliyah membenarkan posisi duduk Alin yang kini membuat Alin menghadap dirinya. Mama Aliyah menghapus bui bening yang membasahi pipi putrinya,"Kamu bisa kapanpun ke sini kalau rindu dengan mama ataupun papa",tutur kata Aliyah.
"Sudah jangan nangis, katanya tidak bisa nangis kenapa sekarang nangis seperti ini",ledek Mama Aliyah sembaring mengelus lembut surai rambut Alin yang saat ini sudah tidur berbantalkan paha mamanya.
Next.....
"Jefri",Mama Aliyah memanggil mertuanya.
Jefri menghentikan langkah kaki yang hendak menaiki tangga, berbalik badan menghadap mertuanya yang tengah berjalan mendekati nya.
"Kamu sibuk hari ini?",
Menggeleng ringan,"Tidak bu",
"Kalau tidak sibuk kalian berdua pulang nanti malam-malam saja. Soalnya Alin....", menjeda nada bicara.
Jefri tersenyum kecil,"Iya biarkan Bu, saya juga seneng ada di sini. Ayah Alin sama Ibu baik sekali, saya seneng bisa menjadi bagian dari keluarga kalian".
Berpaling melihat ke sisi ruangan rumah,"Ibu seperti nya juga sangat akrab dengan bunda saya?",iya, Jefri melihat pigura tidak terlalu besar yang di letakan di atas meja. Pigura yang menunjuk foto bahagia Mama Aliyah dan Almarhum Bunda Jefri.
Mama Aliyah tersenyum kecil,"Bunda kamu orang baik Nak Jefri,"Menghapus bui bening yang hendak keluar. Mama Aliyah meraih tangan Jefri dengan kedua tangannya."Ibu titip Alin. Putri ibu masih gadis remaja yang kekanak-kanakan, jadi ibu harap kamu bisa mengerti dengan sikap nya yang seperti anak kecil".
"Alin sangat pemberani tapi aslinya Alin hanya gadis cengeng yang kalau sudah nangis seperti anak kecil",di barengi candaan dan senyuman hangat.
Mendengar itu Jefri hanya membalas dengan anggukan kepala ringan. Mama Aliyah berlalu pergi setelah menyelesaikan obrolan nya dengan Jefri. Sementara Jefri kembali melanjutkan perjalanan untuk pergi ke kamar Alin.
Di sana ia langsung merebahkan tubuh di samping Alin yang masih tertidur pulas. Hingga ia memejamkan kedua kelopak matanya menyusul Alin ke dalam alam mimpi.
Singkat cerita sore hari pun tiba, tapi keduanya belum juga bangun. Alin masih tidur pulas bahkan sampai merangkul pinggang Jefri yang sama-sama masih tertidur pulas.
Hingga suara panggilan telfon dari ponsel Alin lah yang baru membangunkan Jefri dari tidurnya. Sayup-sayup Jefri merambah-rabah meja dekat tempat tidur untuk mencari benda yang mengeluarkan suara berisik itu.
Setelah dapat dengan sebagian mata yang masih terpejam Jefri mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo",
*Loh!! Cowok!Gue salah nomer be***go?".
"Eh!Bener ini nomer nya Alin bang**sat!".
"Tapi suara cowok be***go yang gue dengar".
"Masak sih! Sini-sini ponselnya",
Terjadi perdebatan di seberang sana yang masih dapat di dengar jelas oleh Jefri yang saat ini sudah duduk menunggu balasan dari entah siapa di seberang sana.
*Al",panggil suara perempuan berbeda dari di awal.
"Alin tidur",
"Gue ingat Alin kan punya adik cowok mungkin ini suara adiknya",ujar perempuan ini dengan seseorang di seberang sana yang masih sama, masih bisa Jefri dengar dengan baik.
"Aduh!Biasa aja be**go, jangan dorong-dorong kepala orang",marah perempuan ini.
"Gila lu!Adik Alin kan masih SMP kelas satu!",
"Terus?".
"Masak iya anak SMP kelas satu suaranya sudah berat kayak gitu",
"Bener juga sih!.....tapi smp kan juga sudah pubertas",
"Tetap saja tidak mungkin sebesar ini",
"WADUH ALIN DI CULIK",panik keduanya bersamaan bernada tinggi. Sampai Jefri menjauhkan ponsel dari daun telinga nya.
"Di culik apa?Alin sedang tidur sekarang, dia capek",kata Jefri masih bernada suara berat nang serak khas orang bangun tidur.
"Kalian temannya?".
*Yang ini siapa nya?".
"Gue musuhnya, nanti kalau dia sudah bangun gue kasih tau".
Tutttuuuttt...... panggil telfon di akhir sepihak oleh Jefri di seberang sini.
Jefri meletakkan kembali ponsel itu pada tempat nya semula, ia berpaling ke belakang melihat Alin yang benar-benar masih tidur seperti orang meninggal.'Dia tidur atau mati?',
Selepas bebersih diri. Jefri yang masih melihat Alin tidur pun dengan terpaksa harus membangunkan paksa. Hari sudah malam dan ia harus segera kembali ke apartemen.
Menggoyang-goyangkan bahu Alin,"Al, Al, Alin, bangun Al kita harus segera pulang".
"Al, Alin, bangun Al".
"Alin akan bangun besok pagi Nak",suara Hendri yang membuat Jefri langsung berpaling melihat ke arah pintu masuk kamar."Maaf tidak ketuk pintu dulu".
"Alin kalau sudah tidur emang gini, apalagi kalau habis nangis, susah sekali dibangunin",jelas Hendri."Kamu besok sekolah?",
"Iya yah, hari terakhir sekolah banyak pelajaran yang harus saya kejar untuk persiapan daftar ke universitas",kata Jefri menjelaskan.
Hendri manggut-manggut mengerti,"Kamu gendongan saja Alin. Barang-barang Alin biar Liam yang bawakan",
Sama seperti yang Hendri katakan Jefri mengendong Alin yang benar-benar tidak bangun masuk ke dalam mobil. Dan ia pergi dari kediaman rumah mertuanya dengan keadaan Alin yang masih tidur. Sehingga tidak ada drama kesedihan perpisahan sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments