Bab 4
Kerongkongan Xavia terasa kering, bibirnya tertutup rapat, keringat dingin membanjir dahi. Setelah bersusah payah, mencoba membuka mata, kini netra bermanik coklat sebening kristal itu terbuka sempurna.
Ia ternyata berada di atas ranjang ukuran raja, dalam kamar luas yang sama sekali tak asing baginya. Alas tempat tidur berwarna ungu, warna favoritnya, sangat lembut.
Meja rias yang dilengkapi oleh peralatan make up dan parfum koleksinya. Barang-barang dalam kamar Xavia masih tersusun rapi, tak ada sedikit pun ada perubahan. Masih sama seperti pada saat ia tinggal di rumah ini bersama sang ayah dulu.
“Ini pasti salah. Mana mungkin seseorang menyusun apa yang sudah hancur, kembali seperti semula?” gumamnya.
Rumah yang dulu dia tinggali bersama papa, sudah dibakar habis oleh Richard. Bahkan para anak buah pria itu telah menghancurkan tak tersisa.
Xavia Linn masih tidak percaya dengan keadaannya sekarang. Bahkan ia menelusuri setiap inci tubuhnya, untuk mencari goresan luka yang tertinggal. Tetapi tidak ada sama sekali.
Xavia mengingat, terakhir kali ia melaju dengan sangat kencang menggunakan motor.
Ia menghindar dari kejaran para anak buah Richard yang akan membunuhnya. Ia yang biasa tak bisa mengendarai motor, harus memaksakan diri naik kendaraan roda dua tersebut.
Hingga di tengah keadaan jalanan yang licin, ia terjatuh ke jurang berikut dengan motor yang ia kendarai, karena kehilangan keseimbangan.
Sangat tidak mungkin, orang yang terjatuh seperti itu akan selamat. Bahkan tidak memiliki luka sama sekali seperti dirinya kini.
Beberapa kali, bahkan Xavia mengusap usap permukaan kulitnya, mencari luka, atau mungkin rasa sakit.
Xavia sekali lagi melirik ke sekelilingnya. Semua tampak tenang, kemudian ia melihat ponsel miliknya di atas meja samping tempat tidur.
Dengan cepat ia mengambil ponsel layar sentuh miliknya itu. Melihat tampilan depan waktu dan tanggal. Ternyata masih di tanggal 15 Juni 2011. Padahal seharusnya ia sudah melewati satu tahun sesudahnya.
Xavia bingung, meremas rambutnya sendiri. Kemungkinan cepat-cepat keluar dari kamar setelah mengingat sang papa.
Membuka pintu melihat disekelilingnya. Semua masih baik-baik saja!
Kaki telanjangnya berlari menuruni tangga yang melingkar. Para anak buah Papa Dominic pun masih di sana. Mereka menunduk menyapanya ramah.
“Selamat pagi, Nona Xavia.”
“Billy, kau masih hidup?” Xavia sampai memegang kedua tangan lelaki di hadapannya karena terkejut.
Lelaki merupakan anak buah Dominic itu justru mengernyitkan dahi. Bukan Billy saja, tapi di sana juga masih ada beberapa anak buah papa Dominic yang sebelumnya tewas ditangan geng Blue Sky.
“Kalian juga masih ada di sini?!” tanya Xavia kegirangan.
“Xavia, ada apa ini? Apa yang terjadi padamu, Sayang?” Suara papa membuat Xavia membalik tubuh seketika.
“Papa?!” panggilannya antara bingung, senang bercampur jadi satu.
Ia melihat Dominic dalam keadaan sehat. Bahkan seperti pada saat masih bersamanya dulu, sebelum kejadian pertarungan.
Sedangkan Dominic bersikap santai. Justru merasa heran melihat tingkah putrinya yang seperti orang kehilangan ingatan.
Kini memeluk dengan brutal, seolah-olah tidak mau lepas.
“Papa, ini benar-benar kau? Papa kau tidak apa? Oh, aku tidak menyangka bisa melihatmu sehat seperti ini!” Xavia melompat lompat kegirangan melihat papa.
“Kau ke mana saja, Papa. Mereka semua mengatakan kau telah tewas karena ulah geng Eagle Eye dan Blue Sky. Sekarang syukurlah, aku bisa melihatmu baik-baik saja, aku sangat senang melihat ini.” Xavia memeluk sangat erat sambil mengusap air matanya karena menangis.
Dominic menangkup kedua pipi Xavia. Menatap matanya yang indah. “Sebenarnya apa yang terjadi, Xavia? Tidak biasa-biasanya kau seperti ini?” tanyanya.
Namun Xavia memilih menggeleng, kembali menyusupkan wajah ke dada sang papa lagi. Ia masih ingin berlama-lama memeluk sang papa.
Setelah terlepas dari putrinya, Dominic pergi menemui Billy. Sebab laki-laki itulah yang tau apa yang terjadi pada Xavia selama ini.
“Billy, ke mari.”
Billy mendekati ketua dari geng motor black horses itu.
“Selama kepergianku kemarin, sebenarnya apa yang terjadi pada Xavia, kenapa dia ketakutan seperti ini?” Dominic menatap pengawalnya itu curiga.
Billy pun tak kalah bingungnya seperti Dominic. Pria muda berperawakan tinggi itu menggeleng tidak tahu.
“Saya tidak mengerti, Tuan. Kemarin semua terjadi cukup baik-baik saja, tidak ada yang salah,” ucapnya.
Xavia menghampiri Daminic yang masih penasaran dengan apa yang terjadi. Ia duduk di samping pria bertubuh besar dan berewok itu di sofa ruangan lantai dua.
“Aku ingin bicara denganmu, tidak ada seorang pun mendengar pembicaraan kita, Papa,” ucap Xavia sambil menuntun sang papa duduk.
Sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan Xavia. Maka Dominic memutuskan mengajak putrinya untuk pindah ke ruang kerja, di sana lebih aman, tidak akan ada yang bisa mendengar.
“Kau tetap di sini, Billy, jangan ada sampai seorang pun menggangguku. Sebelum aku keluar, suruh mereka menunggu,” ucap Dominic.
“Mengerti, Bos.” Billy mengangguk kemudian berdiri di atas tangga menghadap ke bawah, mengikuti instruksi Dominic.
“Duduklah dengan tenang, Xavia. Ceritakan apa yang sebenarnya yang telah terjadi?”
“Papa, beberapa waktu lalu kau telah meninggal, karena ulah Blue Sky, mereka bersikap sangat keji ingin menghabisiku juga, lalu dengan bodohnya, untuk melindungi diri aku menjalin aliansi dengan ketua geng Eagle eye. Kami menikah dan kami ada pada kendali Richard, tapi... apa yang dia lakukan? Dia ternyata penghianat, Papa. Dia adalah orang yang menyusun penyerangan terhadapmu, dan dia juga ingin membunuhku. Beruntung ada Kenard yang melindungi ku, tapi nasib naas menimpanya, dia meninggal pada saat itu juga. Aku berlari menghindari Richard untuk menyelamatkan nyawa, naik motor kesayangan papa, tapi karena belum terlalu bisa mengendarai aku terjatuh ke jurang, Papa. Aku berpikir bahwa hidupku sudah berakhir malam itu, tapi... ternyata ketika bangun dan membuka mata, aku ada di dalam kamarku sendiri. Papa ada di hadapanku lagi,” tuturnya senang.
Dominic manggut-manggut setelah mendengar cerita Xavia. Ia melihat mimik wajah anaknya itu yang begitu serius, seperti benar-benar seperti setelah lolos dari cengkraman maut yang berbahaya.
“Jangan pernah tinggalkan aku lagi, Papa. Dengan tidak adanya kau, semua jadi kacau, mereka berlomba-lomba ingin menghancurkan black horses.” Xavia menyandarkan kepalanya di pundak Dominic.
“Jadi kamu melewati masa-masa yang begitu sulit, saat papa tidak ada?” tanyanya.
“Benar papa, setelah kejadian itu, aku jadi tahu, siapa yang sebenarnya jahat dan siapa yang baik. Orang yang membantu kita, bisa jadi orang itu adalah orang yang terdepan menikam kita,” ucap Xavia.
“Papa kagum padamu, tentang perjuanganmu bertahan hidup. Kau banyak mengalami kesulitan,” ucap Dominic.
Namun menatap ke depan, di bibirnya ia mengatakan demikian. Tetapi di dalam hatinya ia sulit untuk mempercayai Xavia. Menurutnya semua cerita anaknya itu mustahil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
lorenzo_me
bukan kasih tahu aja 😑
2023-12-08
0
Daniela Whu
matix gimna kok sdh mengulang waktu sj..
2023-07-16
3