2235
Markas Pusat Benteng Selatan
Jumlah Populasi 3.536.756
Di tengah situasi rapat, suara tiba-tiba meluncur dari ruang kontrol, merambat melalui pengeras suara dan mencapai setiap sudut markas pusat Benteng Selatan. Suara itu lemah, gemetar, mencerminkan keadaan genting yang terjadi di luar sana.
"Perhatian, ini markas pusat benteng selatan!" suara seorang wanita melaporkan dengan getaran tak terkendali. "Ada serangan besar-besaran Morsus yang sedang berusaha menuju tembok baja di distrik utara, Guardian dimohon bergerak menuju lokasi." Suara wanita dari ruang kontrol melaporkan dengan gemetar. "Saya ulangi, Ada serangan besar-besaran Morsus yang sedang berusaha menuju tembok baja di distrik utara, Guardian dimohon bergerak menuju lokasi."
Kata-kata itu menembus keheningan dengan kekuatan yang mendalam, menggetarkan hati para prajurit yang hadir. Suara wanita tersebut membawa kecemasan dan ketakutan yang menggema di dalam ruangan.
Kapten Rachel mengunci pandangannya dengan tegas ke para prajurit yang hadir. Matanya memancarkan semangat dan ketegasan di tengah kekacauan.
"Ini saatnya kita menunjukkan keberanian dan kekuatan sejati kita!" serunya dengan suara yang penuh semangat. "Morsus akan menyerang tembok kita, mengancam kehidupan kita. Kita adalah Guardian, penjaga terakhir harapan ini. Kita tidak akan membiarkan mereka menghancurkan apa yang telah kita bangun dengan susah payah!"
Suara Kapten Rachel menggetarkan hati dan jiwa para prajurit. Mereka merasakan panggilan tak terbantahkan untuk melindungi, mempertahankan, dan memerangi kegelapan yang mengepung. Adrenalin mereka memuncak, dan semangat perlawanan menyala di dalam setiap pikiran dan tubuh mereka.
"Bergeraklah, Guardian!" seru Kapten Rachel dengan suara yang menjiwai. "Bersiaplah untuk pertempuran yang akan menguji kita hingga batas terakhir! Bersama, kita akan menembus gelapnya malam dan menghadapi ancaman ini. Jangan ragu, jangan mundur! Kita adalah harapan terakhir, dan kita akan melindungi apa yang berharga bagi kita semua!"
Dalam keheningan yang berubah menjadi semangat perang yang membara, satu persatu prajurit meninggalkan ruang rapat. Mereka berlari menuju gudang senjata, mengambil peralatan tempur mereka.
Sementara itu di waktu yang bersamaan, Kapten Rachel berlari menuju ruang kontrol yang menjadi pusat strategis di dalam markas. Meninggalkan hanya Profesor Aster dan Timnya yang akan membahas rencana untuk pengungsi.
Kapten Rachel memasuki ruangan yang dipenuhi oleh prajurit teknisi yang sedang bekerja dengan penuh konsentrasi. Cahaya redup memantul di sekitar mereka, menciptakan bayangan yang memperlihatkan kekhawatiran di wajah Kapten Rachel. Suara langkahnya terdengar seperti dentuman yang memecah keheningan ruangan.
"Bagaimana keadaannya, Lily?" tanya Kapten Rachel kepada sumber suara yang sebelumnya, sambil menatap layar monitor dengan kekhawatiran yang terpancar dari wajahnya.
"Ini gawat, Kapten," jawab Lily dengan nada khawatir sambil tetap fokus pada monitornya. "Ada sekitar 50 morsus yang menuju bagian utara tembok kita. Jaraknya masih sekitar lima kilometer. Mereka semakin mendekat dengan cepat."
Kapten Rachel merasakan ketegangan memenuhi atmosfir di sekitarnya. Dia memandangi gambaran peta yang ditampilkan di layar, di mana tanda-tanda bahaya semakin mendekati markas mereka.
"50, ya?" gumam Kapten dengan suara yang penuh pertimbangan. Dia merapatkan bibirnya. "Baiklah, aku akan menunjukkan kekuatan sejati umat manusia. Persiapkan pasukan dan aktifkan pertahanan terakhir kita. Kita tidak akan menyerah begitu saja."
Dalam keadaan yang membara, Kapten Rachel dengan cepat mengambil alih kendali. Tangannya menari-nari di atas konsol kontrol, menekan tombol dengan kecepatan yang luar biasa. Matanya terfokus dengan seksama pada layar yang memantulkan pergerakan Morsus di sekitar tembok.
...****************...
Sementara itu di ruang rapat, Profesor Aster duduk di ruang rapat bersama tim R&D Benteng Selatan. Mereka berkumpul untuk membahas rencana pengembangan dan peningkatan kapasitas Benteng Selatan dalam menyambut para pengungsi. Sebuah peta benteng terbentang di atas meja, menampilkan distrik-distrik yang membentuk struktur oktagon.
"Tim," kata Profesor Aster dengan serius, "Kita perlu mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi tantangan dalam menampung para pengungsi. Saya memiliki rencana yang bisa kita pertimbangkan."
Semua anggota tim R&D mendengarkan dengan perhatian, siap untuk menerima arahan Profesor Aster.
"Saya telah mempertimbangkan untuk membuka area hutan yang ada di distrik barat daya dan tenggara sebagai lahan pertanian dan perumahan," lanjut Profesor Aster. "Dengan melibatkan pengungsi dalam kegiatan pertanian, kita bisa menciptakan sumber daya makanan yang lebih berkelanjutan dan memperluas kapasitas tempat tinggal."
"Selain itu," tambahnya, "Kita dapat memanfaatkan sungai di distrik selatan untuk sumber air pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam pengelolaan lahan pertanian tersebut. Ini akan membantu kita dalam memenuhi kebutuhan pangan para pengungsi."
Seorang anggota tim R&D angkat bicara, "Profesor Aster, apakah membangun perumahan di daerah hutan tersebut tidak akan merusak ekosistem alaminya?"
Profesor Aster mengangguk mengakui kekhawatiran tersebut. "Kita akan bekerja sama dengan ahli lingkungan untuk melakukan penilaian dampak lingkungan dan merancang rencana pembangunan yang berkelanjutan. Perencanaan tata ruang yang baik akan memastikan bahwa ekosistem alam tetap terjaga sejalan dengan kebutuhan kita."
"Bagaimana dengan infrastruktur yang diperlukan untuk menghubungkan distrik dengan lahan pertanian dan perumahan baru?" tanya seorang anggota tim.
Profesor Aster menjawab, "Kita harus mempertimbangkan pengembangan infrastruktur yang mendukung, seperti jaringan transportasi yang efisien dan aksesibilitas yang baik antara distrik dan lokasi baru ini. Kita juga harus memperhatikan penyediaan air bersih, sistem drainase yang baik, dan fasilitas umum lainnya yang dibutuhkan oleh penduduk di area tersebut."
Dia menambahkan, "Saya akan menginstruksikan tim R&D untuk melakukan studi kelayakan yang lebih mendalam mengenai rencana ini, termasuk analisis risiko dan manfaat jangka panjang. Selain itu, kita harus melibatkan para pengungsi dalam pengambilan keputusan dan mendengarkan perspektif mereka untuk memastikan bahwa rencana ini memenuhi kebutuhan mereka."
Dengan rencana yang Profesor Aster berikan, Para tim R&D setuju dengan rancangan tersebut. Profesor Aster melanjutkan diskusi dengan tim R&D Benteng Selatan tentang pengembangan energi dan fasilitas medis dalam rencana mereka.
"Mengingat pentingnya pasokan energi yang handal dan berkelanjutan, kita perlu mempertimbangkan solusi yang inovatif," kata Profesor Aster. "Salah satu pendekatan yang dapat kita ambil adalah memanfaatkan sumber energi terbarukan, seperti panel surya atau turbin angin, untuk memenuhi kebutuhan energi di Benteng Selatan. Kita dapat merancang sistem energi terbarukan yang terintegrasi dengan infrastruktur yang ada. Misalnya, setiap rumah penduduk dapat dipasang panel surya sebagai sumber energi listrik yang ramah lingkungan."
Anggota tim R&D menyambut gagasan tersebut dan mulai memperdebatkan keuntungan dan tantangan yang mungkin terkait dengan penerapan energi terbarukan di benteng.
Emily, yang telah menyoroti pentingnya solusi energi terbarukan, memulai percakapan tersebut. "Saya percaya penerapan energi terbarukan dapat memberikan banyak manfaat bagi benteng kita. Selain mengurangi ketergantungan kita pada sumber energi fosil, ini juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang merugikan lingkungan."
Daniel menganggukkan kepala. "Saya setuju. Penggunaan energi terbarukan akan membantu menjaga kualitas udara di sekitar benteng kita. Selain itu, ini juga memberikan peluang untuk menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan."
Namun, Anderson tampak skeptis. "Tapi apa tantangan yang akan kita hadapi dalam mengimplementasikan energi terbarukan? Apakah kita memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi di benteng?"
Profesor Aster, yang telah mengkaji rencana tersebut secara mendalam, memberikan tanggapannya. "Tentu, ada beberapa tantangan yang harus kita hadapi. Salah satunya adalah kapasitas energi yang tersedia dari sumber terbarukan. Kita perlu memastikan bahwa kita memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energi di benteng. Ini akan melibatkan penilaian kapasitas panel surya dan turbin angin yang diperlukan."
Olivia menambahkan, "Selain itu, kita perlu memikirkan penyimpanan energi. Sumber energi terbarukan seperti panel surya dan turbin angin tidak selalu menghasilkan energi secara konsisten. Oleh karena itu, kita perlu merancang sistem penyimpanan energi yang efisien untuk mengatasi fluktuasi pasokan energi."
Dr. Sarah juga ikut berpartisipasi dalam diskusi tersebut. "Saya pikir kita juga perlu mempertimbangkan aspek ekonomi dalam penerapan energi terbarukan. Mungkin ada biaya awal yang signifikan terkait dengan infrastruktur energi terbarukan. Namun, dalam jangka panjang, ini dapat menghasilkan penghematan biaya energi yang signifikan dan mengurangi ketergantungan kita pada energi konvensional."
Emily menyimpulkan, "Penerapan energi terbarukan di benteng kita memang menantang, tetapi kita memiliki tim yang ahli dan berbakat di sini. Dengan penelitian yang cermat dan perencanaan yang baik, saya percaya kita dapat mengatasi tantangan ini dan menciptakan sistem energi yang berkelanjutan dan efisien di benteng."
Setelah diskusi yang komprehensif, tim R&D Benteng Selatan mulai merancang rencana yang mempertimbangkan semua aspek yang telah dibahas. Mereka berkomitmen untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam dan mengatasi tantangan yang mungkin timbul dalam penerapan energi terbarukan di benteng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Muhamad Saefulloh
panel surya dan turbin angin itu apa? aku gak tahu.
2023-09-03
0
vall
lanjut
2023-08-19
0