Identitas Tersembunyi

“Apa-apaan ini?” Gunther langsung berdiri, melihat Lilia diperlakukan secara kasar oleh Franklin. “Kau tidak berhak bersikap seperti ini kepada putriku!” protesnya tegas.

“Tanyakan sendiri kepada putrimu!” balas Franklin tak kalah tegas, seraya menunjuk Lilia yang sudah dibantu berdiri oleh Gunther. “Wanita ja•lang yang akan kau nikahkan denganku ini telah mengakui, bahwa dirinya sudah tidak perawan! Dia ditiduri pria lain sebelum kunikahi! Jika tahu akan akan seperti ini, untuk apa aku menunggu hingga waktu pernikahan tiba?”

“Kau!” tunjuk Gunther tak terima. “Jadi, kau ingin menikahi putriku hanya untuk dijadikan sebagai pemuas? Kurang ajar!” Amarah Gunther tak terelakkan lagi. Dia hampir menampar Franklin, andai Wolfgang tak segera menghalangi.

“Sedikit saja kau menyentuh kulit putraku, akan kuhancurkan seluruh peternakanmu!” gertak Wolfgang penuh penekanan.

“Aku tidak takut!” balas Gunther. Nada bicaranya tak jauh berbeda dari Wolfgang. “Aku tidak akan pernah menolerir, siapa pun yang berani berlaku kasar kepada Lilia! Tidak juga putramu, Tuan Clemens! Aku tak takut meski kau adalah orang yang sangat berpengaruh, dan memiliki kuasa besar di daerah ini!”

Gunther mengalihkan tatapannya kepada Franklin. “Kau! Aku juga tak sudi memiliki menantu sepertimu! Pergi kalian dari sini!” usir pemilik peternakan sapi tersebut kasar.

Wolfgang menatap Gunther beberapa saat. Sorot matanya terlihat aneh. Setelah itu, dia mengalihkan perhatian kepada Franklin yang terlihat menahan amarah. “Mari kita pergi dari sini, Nak,” ajaknya. Wolfgang langsung berbalik tanpa menunggu jawaban Franklin. Dia juga tak berpamitan kepada sang tuan rumah.

“Gadis murahan tak tahu diri!” umpat Franklin, sebelum berbalik mengikuti Wolfgang yang sudah lebih dulu berlalu dari ruangan itu.

Sepeninggal Wolfgang dan Franklin, Gunther langsung mengajak Lilia duduk. Pria paruh baya tersebut mengembuskan napas dalam-dalam. Dia sadar atas apa yang dilakukannya. Gunther telah menempatkan diri dalam masalah besar, dengan menantang Wolfgang Clemens.

“Kau tidak apa-apa? Kuharap, dia tidak menyakitimu saat di luar.” Gunther memperhatikan Lilia yang hanya menggeleng.

“Dengar, Nak,” ucap Gunther seraya meraih, lalu menggenggam tangan sang putri. “Jika memang kau tidak menyukai rencana pernikahanmu dengan Franklin, kenapa tidak bersikap jujur sejak awal?”

“Aku tidak ingin mengecewakanmu, Ayah,” sahut Lilia pelan.

“Bukan begini caranya, Nak. Aku tidak akan merasa bahagia jika kau tersiksa. Apa yang harus kukatakan kepada mendiang ibumu, sebagai tanda pertanggungjawaban padanya? Dia sudah menitipkanmu padaku. Aku akan sangat berdosa, jika sampai membuat kau merasa sengsara.” Gunther berbicara dengan lebih lembut kepada Lilia. Pria itu kembali mengembuskan napas dalam-dalam.

“Lagi pula, kau tak seharusnya membuat alasan yang dapat merendahkan martabatmu sebagai wanita. Kenapa kau mengatakan bahwa dirimu sudah tidak perawan lagi? Bukankah kau bisa mencari alasan lain?” Gunther menaikkan sebelah alisnya.

Lilia tidak segera menjawab. Dia menatap sang ayah dengan sorot mata yang tampak sayu. Sesaat kemudian, gadis cantik berambut cokelat tembaga itu menyunggingkan senyuman kecil. “Aku mengatakan demikian, karena memang begitulah kenyataannya. Maafkan aku, Ayah,” ucap gadis cantik tersebut lirih.

“Lilia?” Gunther menatap tak percaya.

Sementara, Lilia kembali menunduk. “Siapa pria itu?” tanya Gunther penuh penekanan. “Katakan siapa pria itu?” Nada bicara sang pemilik peternakan sapi perah tersebut tiba-tiba meninggi. Membuat Lilia beringsut menjauh dari Gunther. “Katakan siapa nama pria yang telah menodaimu?” desak pria paruh baya itu lagi kian tegas.

“Heinz. Heinz Lainer, Ayah,” jawab Lilia seraya mengarahkan pandangan kepada pria di sebelahnya.

Tanpa banyak bicara, Gunther beranjak dari tempat duduknya. Dia berlalu meninggalkan Lilia yang langsung dilanda rasa was-was. Lilia pun bergegas mengikuti langkah ayahnya yang terlihat penuh amarah. Gunther terus berjalan gagah menuju ke peternakan, di mana Ludwig biasa berada.

Saat itu, Ludwig baru selesai memberi makan sapi. Dia seakan sudah tahu dengan apa yang akan dihadapinya, ketika menatap raut wajah tak bersahabat dari sang pemilik peternakan. Terlebih, karena dia juga melihat Lilia yang menyusul dengan ekspresi cemas. Ludwig yang hanya mengenakan singlet putih dan celana jeans berlapis sepatu boots, tetap terlihat tenang hingga Gunther berdiri tepat di hadapannya.

Tanpa diduga, Gunther langsung mengangkat tangan. Ayahanda Lilia tersebut bermaksud hendak menampar Ludwig. Akan tetapi, sang pemilik peternakan tersebut tak mengenal siapa Ludwig Stegen yang sebenarnya.

Secepat kilat, Ludwig menahan tangan Gunther yang terarah ke wajahnya. Dia mencengkram erat pergelangan pria paruh baya tersebut. Ludwig adalah seorang yang terlalu tangguh, untuk menghadapi satu tamparan tak berarti dari pria tua yang bukan lawannya. “Apa masalah Anda, Tuan?” tanya pria itu dingin. Sorot matanya tajam tertuju kepada Gunther.

“Berani-beraninya kau menodai putriku!” desis Gunther penuh penekanan.

Tersungging senyuman sinis di sudut bibir Ludwig. “Menodai? Kami melakukannya atas dasar suka sama suka. Bukankah begitu, Lilia?” Tatapan Ludwig beralih kepada gadis cantik bermata abu-abu, yang tengah memandang ke arahnya. Namun, Lilia tidak menjawab. Dia langsung menunduk, karena tak kuasa melawan tatapan Ludwig yang seakan menguliti seluruh keberaniannya.

“Aku bisa mempertanggungjawabkan apa yang telah diriku lakukan. Itu juga jika Anda tidak keberatan,” ujar Ludwig enteng.

“Kau mengambil kesempatan dalam hal ini!” desis Gunther dengan tatapan penuh kemarahan kepada Ludwig.

“Mengambil kesempatan atau tidak, keputusan ada di tangan Anda.” Ludwig sempat mengarahkan tatapan lagi kepada Lilia, yang mencuri-curi pandang terhadapnya.

“Kutunggu kau di ruang kerjaku!” Gunther yang masih diliputi kemarahan, segera membalikkan badan. Dia berlalu dari hadapan Ludwig sambil meraih tangan Lilia. Pria paruh baya tersebut menuntun putrinya pergi dari sana, meski dengan sedikit memaksa.

Sementara, Ludwig hanya tersenyum simpul. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, dia segera menghadap kepada Gunther yang sudah menunggu di ruang kerja.

“Katakan apa yang kau inginkan?” tanya Gunther. Dia beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan ke hadapan Ludwig. “Aku tahu bahwa kau pasti bukan orang sembarangan. Siapa kau sebenarnya, Heinz Lainer?”

Ludwig tak segera menjawab. Dia menatap lekat pria di hadapannya. “Siapa aku? Aku adalah Heinz Lainer. Aku akan menikahi putrimu, bukan karena ingin kedudukan atau harta. Diriku hanya membutuhkan suaka di sini,” jelas Ludwig penuh penekanan.

“Kau mencari suaka padaku? Kenapa?” tanya Gunther seraya memicingkan mata. “Kau pasti orang yang bermasalah. Aku tak akan menikahkan Lilia dengan pria tidak jelas sepertimu!” tolaknya tegas.

“Begitukah?” Ludwig menaikkan sebelah alisnya. “Anda yakin, Tuan Lienhart?” tanya pria tampan asal Jerman tersebut seakan menantang Gunther. “Tanyakan kepada putrimu, seberapa hangat sikapnya padaku malam itu. Sebagai seorang pria, aku tahu jika dia ….

“Tutup mulutmu!” sergah Gunther. Telunjuknya lurus tertuju ke wajah Ludwig. “Cukup berbasa-basi! Katakan siapa kau sebenarnya!” sentak pria paruh baya itu.

“Aku hanya seorang miskin yang mencari suaka ke Austria, Tuan. Sudah tak tersisa apapun di Jerman. Bisnisku bangkrut dan pihak bank tak lagi memberikan kepercayaan untuk memberikan pinjaman,” dalih Ludwig. “Austria adalah satu-satunya tempat yang ada dalam pikiranku."

Gunther memperhatikan raut wajah Ludwig. Dia seakan mencari kebohongan di sana. Namun, Gunther hanya dapat menarik napas panjang. Ayahanda Lilia tersebut, berpikir bahawa Ludwig berkata jujur. “Baiklah. Jika memang benar kalian berdua saling jatuh cinta, aku akan menikahkan putriku denganmu tiga hari dari sekarang,” putus Gunther.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!