Bukan Perawan

“A-ayah? Ka-kau di sini?” Lilia gelagapan. Gadis itu memainkan jemari yang saling bertaut, demi mengurangi rasa gugup. Terlebih, setelah apa yang telah dilakukan bersama Ludwig di lumbung.

“Kau dari mana, Lilia?” tanya Gunther seraya beranjak dari tepian ranjang. Dia berjalan mendekat, lalu berdiri di hadapan putri tunggalnya tersebut. Gunther menatap lekat Lilia, seakan tengah menganalisa bahasa tubuh gadis itu.

“A-aku dari luar … mencari angin. Lagi pula, malam ini bulan purnamanya sangat indah. Aku tidak ingin melewatkan ….” Lilia tak melanjutkan kata-katanya. Dia menatap balik sang ayah. Gadis itu berusaha menyembunyikan rasa gugup yang sedari tadi menggelayuti.

“Beristirahatlah. Tuan Wolfgang Clemens dan putranya Franklin akan datang kemari besok siang. Kau harus terlihat segar dan cantik.” Gunther menyentuh pipi Lilia, yang lagi-lagi tak dapat menghindar dari rasa gugup.

“Ayah, aku ….”

“Selamat malam, Nak.” Belum sempat Lilia melanjutkan kata-katanya, Gunther telah lebih dulu mencium kening gadis itu. Dia langsung berlalu dari kamar, meninggalkan putrinya seorang diri.

Sepeninggal sang ayah, Lilia tampak gelisah dan kebingungan. Gadis cantik berambut cokelat tembaga tersebut duduk di tepian tempat tidur.

Lilia, mere•mas sprei yang menutupi pinggiran ranjang. Kali ini, dia benar-benar dalam masalah. “Astaga, aku harus bagaimana?” gumam Lilia bingung. Dia berkali-kali mengembuskan napas panjang penuh keluhan.

Sementara, Ludwig terpaku menatap bercak darah di kain yang melapisi jerami tempat tidurnya. Dia baru saja mengambil kegadisan Lilia, putri dari sang majikan. Walaupun bagi Ludwig bukan hal aneh lagi saat menikmati tubuh banyak wanita, tapi dirinya tak pernah bermain-main dengan seorang perawan.

Ludwig cukup lama terdiam. Beberapa saat kemudian, pria tampan bermata cokelat madu tersebut menyunggingkan senyuman sinis penuh kemenangan. Dia merebahkan tubuh tegapnya di atas tumpukan jerami, yang menjadi saksi percintaan panas dengan Lilia.

Keesokan harinya, Lilia terlihat tidak berseri sama sekali. Dia masih merasa was-was. Terlebih, saat kedua tamu yang ditunggu telah tiba di kediaman Gunther.

Wolfgang Clemens, pria kaya yang memiliki pengaruh sangat besar. Dia datang ke rumah peternakan milik Gunther, karena putranya yang bernama Franklin telah jatuh cinta dan bermaksud ingin meminang Lilia.

Gunther yang mengetahui hal itu, merasa tak ada masalah. Terlebih, karena pengaruh yang dimiliki Wolfgang sangat besar, sehingga pasti akan memberikan keuntungan tersendiri bagi perkembangan bisnisnya.

“Di mana putri Anda, Tuan Lienhart?” tanya Wolfgang, yang tak melihat keberadaan Lilia.

“Dia akan segera turun, Tuan Clemens,” sahut Gunther, bersamaan dengan hadirnya Lilia di ruang tamu. Gadis itu berjalan dengan wajah tertunduk, lalu duduk di dekat sang ayah.

Sementara, Franklin tersenyum penuh arti saat melihat Lilia. Dia sudah tak sabar untuk memiliki gadis yang telah lama dirinya idamkan. “Bolehkah kuajak Lilia berjalan-jalan di sekitar peternakan, Tuan Lienhart?” tanya Franklin penuh harap.

“Oh, tentu,” sahut Gunther setuju. Dia mengalihkan perhatian kepada sang putri yang masih diam dan menunduk. “Temanilah Franklin berjalan-jalan. Kau sangat mengenal seluk-beluk peternakan kita. Barangkali, ada sesuatu yang bisa membuat dia tertarik,” bisik pria paruh baya tersebut.

Lilia tak berani menolak. Gadis itu mengangguk, lalu mengangkat wajahnya. “Mari,” ajak Lilia seraya berdiri.

Franklin penuh semangat mengikuti langkah gemulai Lilia yang memiliki tubuh indah, meski hanya dilihat dari belakang. “Kau sangat cantik,” sanjung putra Wolfgang Clemens tersebut. Pria berambut pirang itu berjalan dengan menyejajari langkah si gadis.

“Terima kasih,” balas Lilia pelan.

“Kenapa kau sangat pemalu, Sayang?”

“Kau ingin aku seperti apa?” Lilia menghentikan langkah, ketika dia melihat lumbung tempat semalam dirinya bercinta dengan Ludwig alias Heinz Lainer

“Bersikap biasa saja. Lagi pula, tak lama lagi kau akan menjadi istriku,” jawab Franklin seraya menghadapkan tubuh sepenuhnya kepada Lilia, yang tidak pernah tertarik untuk dipersunting pria itu. “Tidak apa-apa. Aku suka wanita yang agresif,” ucap Franklin lagi mulai menggoda.

“Apa maksudmu?” Lilia melayangkan tatapan protes atas ucapan Franklin.

“Seharusnya, kau mengerti kenapa aku mengajakmu keluar,” ucap Franklin seraya berjalan semakin mendekat. Tanpa canggung, dia menyentuh pipi kemerahan Lilia. “Aku ingin sekali menciummu. Namun, pasti tak akan leluasa jika dilakukan di hadapan Tuan Lienhart.” Franklin semakin mendekatkan wajahnya. Dia sudah bersiap mencium bibir gadis itu.

Akan tetapi, dengan segera Lilia memalingkan wajah. Dia menolak perlakuan Franklin. Gadis cantik itu bahkan langsung berlalu dari hadapan si pria yang terlihat kecewa. Terlebih, karena putri tunggal Gunther tersebut meninggalkannya begitu saja.

“Hey, Lilia! Tunggu!” seru Franklin. Pria yang memiliki postur sama dengan Ludwig itu bergegas menyusul Lilia. “Kau kenapa? Aku hanya meminta ciuman darimu. Apakah terlalu berdosa? Lagi pula, kita akan segera menikah.” Franklin meraih lengan Lilia, sehingga membuat gadis itu menghentikan langkah. “Kenapa kau selalu jual mahal di hadapanku?” protesnya tak suka.

“Aku minta maaf, Franklin. Aku tidak akan menikah denganmu,” ujar Lilia tegas.

“Apa? Coba kau ulangi!” Raut wajah Franklin yang tegas dan cukup sangar, seketika menegang. Dia menatap tajam gadis cantik di hadapannya.

“Kau ingin mendengarnya lebih jelas? Aku tidak akan menikah denganmu!” ulang Lilia tegas.

“Jangan bermain-main, Lilia!” sentak Franklin, yang seketika membuat Lilia bergerak mundur. Gadis itu sadar, bahwa dia telah membuat si pria marah dan mungkin akan berakibat buruk bagi dirinya.

Apa yang Lilia pikirkan memang benar. Franklin langsung mencekal kencang kedua lengan gadis tersebut. “Berani sekali kau mengatakan hal itu padaku!” bentaknya dengan nada tinggi.

“Itu kenyataannya. Aku memang tidak menyetujui rencana pernikahan ini! Aku tidak pernah menyukai apalagi jatuh cinta padamu!” tegas Lilia.

“Kau!” Franklin tak kuasa lagi menahan amarah karena penolakan Lilia. Dia merasa terhina. “Kau sudah merendahkan harga diriku! Beruntung karena aku sangat menyukaimu, sehingga kau tidak langsung kuhabisi!” Ucapan pria itu terdengar semakin menakutkan.

Lilia meringis. Dia berusaha melepaskan cengkraman tangan Franklin dari lengannya. “Tinggalkan aku, Franklin!”

“Meninggalkanmu?” cibir Franklin sinis. “Tidak mungkin, Sayang. Apa yang kuinginkan harus kudapatkan. Begitu juga dengan dirimu. Kita akan tetap menikah. Entah dirimu setuju atau tidak,” tegas pria itu.

“Aku tidak mau!” balas Lilia. “Aku tidak bersedia menikah denganmu, karena ….”

“Karena apa?” Tatapan tajam Franklin kian menjadi, seakan hendak membunuh lalu menguliti Lilia.

“Kau akan kecewa saat mengetahui yang sebenarnya,” ucap Lilia dengan intonasi yang mulai rendah dan melunak. “Kau tidak akan menyukai, jika mengetahui bahwa aku bukan perawan lagi. Aku sudah bercinta dengan pria lain,” ungkap Lilia terdengar sangat puas.

“Apa?” Nada pertanyaan Franklin penuh penekanan.

“Ya. Aku sudah bercinta dengan pria lain,” tegas Lilia diiringi senyum puas. Dia tak tahu apa yang akan diterimanya setelah mengungkapkan hal itu.

Franklin tak menanggapi. Dia menatap tajam Lilia. Napas pria itu pun kian memburu, seiring dengan amarah yang semakin memuncak dan menguasai akal sehat.

Franklin tak memedulikan apapun lagi. Dia menyeret kasar Lilia, kembali ke rumah. “Wanita tidak tahu malu!” umpatnya. Cengkraman tangan Franklin bertambah kencang, saat menarik tubuh ramping Lilia ke dalam.

Setibanya di sana, Franklin mengempaskan tubuh Lilia ke hadapan Gunther yang tengah berbincang santai dengan Wolfgang. “Putrimu sudah ditiduri pria lain. Aku tak sudi menikahinya!”

Terpopuler

Comments

Esther Nelwan

Esther Nelwan

s franklin kasar bgt y...

2023-07-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!