Mr. Stegen : A Man With Hidden Identity

Mr. Stegen : A Man With Hidden Identity

Pelarian Ludwig Stegen

Tirol Utara, Austria.

Bau kotoran sapi tak lagi membuat Ludwig Stegen merasa mual. Hampir dua bulan, dirinya menjalani hari-hari dengan bekerja di sebuah peternakan dalam masa pelariannya. Di sana, sang pemilik peternakan dan rekan kerja Ludwig mengenal pria itu dengan nama Heinz Lainer.

“Bersihkan dirimu setelah menyelesaikan pekerjaan ini. Tuan Gunther ingin agar kau menghadapnya,” titah seorang pria, yang merupakan mandor di peternakan itu.

Ludwig yang tengah membersihkan kandang, menghentikan sejenak pekerjaannya. Dia menoleh, lalu mengangguk. Seperti biasa, pria tampan dengan warna rambut ash grey tersebut tak banyak bicara. Dia kembali pada pekerjaan yang sedang dilakukan, meski sang mandor masih di sana seakan menunggu jawaban darinya.

“Jangan lupa,” pesan mandor itu lagi, sebelum akhirnya memilih pergi

Sekitar pukul enam sore, Ludwig sudah membersihkan diri. Dengan penampilan seadanya, yaitu kaos singlet putih yang dilapisi kemeja lengan pendek, pria itu masuk ke bangunan utama tempat tinggal sang majikan. Di sana, Gunther Lienhart sudah menunggu kedatangannya.

“Heinz Lainer?” Gunther menyebutkan nama samaran Ludwig, saat pria tampan asal Jerman tersebut sudah berdiri di hadapannya.

“Ya, Tuan,” sahut Ludwig dengan ekspresi yang terlihat biasa saja.

“Ada sesuatu yang ingin kubahas denganmu,” ucap Gunther, yang berbalas anggukan samar dari Ludwig. “Kau tercatat sudah dua bulan bekerja di sini. Namun, aku belum menerima data-data lengkapmu. Aku hanya mendengar bahwa kau berasal dari Jerman. Selebihnya, tak ada yang kuketahui. Menurut Roland, kau selalu menunda-nunda saat dimintai data diri lengkap. Entah bagaimana dirimu bisa langsung bekerja di sini?”

“Aku masuk kemari atas rekomendasi Markus Scalberg,” jawab Ludwig.

“Siapa dia? Aku tidak mengenalnya,” sanggah Gunther.

“Apa yang Anda butuhkan, Tuan?” tanya Ludwig datar, setelah terdiam beberapa saat.

“Semuanya. Kuharap, kau bukan seorang buronan,” jawab Gunther dengan nada dan tatapan penuh selidik.

Sebisa mungkin, Ludwig menyembunyikan ekspresi tak nyaman atas ucapan sang pemilik peternakan itu. Raut wajahnya yang dingin berubah tegang. Namun, tak berselang lama kembali terlihat biasa. “Jangan khawatir, Tuan. Aku bukan seorang buronan. Aku akan segera menyerahkan data diri lengkap kepada Roland.” Ludwig kembali mengangguk, kemudian berbalik dengan diiringi tatapan penuh curiga dari Gunther.

Ludwig melangkah gagah menyusuri koridor cukup luas, yang menghubungkan ruang kerja Gunther dengan ruangan lain. Di sepanjang koridor itu, terdapat taman yang rindang.

Tepat saat Ludwig melintas di bagian lain taman, dia melihat seorang gadis yang tengah kesulitan mengaitkan tali pot gantung.

Tanpa berpikir panjang, Ludwig segera mendekat. “Biar kubantu,” ucap pria itu seraya meraih tali pot. Postur Ludwig yang tinggi tegap, memudahkannya meraih paku untuk mengaitkan tali tadi.

“Terima kasih,” ucap gadis cantik berambut cokelat tembaga, dengan mata abu-abu yang bersinar. Dia menatap Ludwig dengan sorot teduh penuh kekaguman.

Gadis itu adalah Lilia Lienhart, putri semata wayang Gunther. Lilia memang sudah menaruh perhatian lebih terhadap Ludwig, dari pertama mereka bertemu. Terlebih, karena Lilia kerap memeriksa ke peternakan.

Ludwig mengangguk samar. Dia langsung membalikkan badan. Namun, baru satu langkah dirinya berjalan, pria tampan tersebut kembali berbalik. “Apa kau tahu bahwa malam ini adalah malam bulan purnama?” tanya Ludwig. Kata-kata serta tatapannya menyiratkan banyak hal, yang terlihat lain di mata Lilia.

“Iyakah?” Lilia balik bertanya.

“Ya,” jawab Ludwig. Walaupun tanpa senyuman atau kata-kata rayuan, tetapi bahasa tubuh pria itu sudah berhasil memikat Lilia. Sehingga saat malam telah datang, gadis itu keluar diam-diam. Dia pergi ke dekat lumbung, di mana Ludwig biasa berada. Di sana, pria tampan tersebut sudah berdiri gagah seakan tengah menunggu kehadirannya.

“Lihatlah,” tunjuk Ludwig ke langit.

“Indah sekali,” ucap Lilia diiringi tatapan kagum. Dia memandang bulan purnama sesaat, sebelum dirinya menoleh kepada Ludwig yang tentu saja jauh lebih menyenangkan untuk dilihat.

“Padahal, kami sudah menyediakan mess untuk para pekerja. Kenapa kau lebih memilih tidur di sini? Di dalam sana tak ada apapun selain jerami.” Lilia yang selama ini tak pernah bercakap-cakap secara langsung dengan Ludwig, seakan ingin menuntaskan segala rasa penasarannya.

“Di sini jauh lebih tenang. Aku tidak suka suasana yang terlalu berisik,” jawab Ludwig. Dia menoleh kepada Lilia yang masih menatap ke arahnya.

“Walaupun di sana hanya ada tumpukan jerami, tapi rasanya sangat nyaman. Kau yang terbiasa berada di rumah megah dengan segala fasilitas memadai, pasti tak akan percaya jika aku mengatakan hal itu.” Tatapan Ludwig kembali terlihat tak biasa.

“Aku memang tidak tahu, karena hampir tak pernah masuk ke sana,” ujar Lilia. Gadis itu mengembuskan napas pelan, lalu menunduk malu karena Ludwig terus memandangnya.

Ludwig tak langsung menanggapi. Beberapa saat, kebisuan menggelayuti mereka. “Aku bersedia menunjukkannya padamu,” ucap Ludwig kemudian.

Lilia mengangkat wajah, lalu tersenyum manis. Tak ada kata-kata penolakan dari gadis cantik yang selalu berpenampilan anggun dan berkelas itu. Dia mengikuti Ludwig masuk ke lumbung dengan ukuran cukup luas.

Di dalam sana, memang hanya ada tumpukan jerami yang sudah dibentuk kotak dan disusun rapi. Namun, ada juga yang sengaja ditata di bawah membentuk matras berlapis selembar kain. Itulah yang menjadi tempat tidur Ludwig. Mungkin juga akan menjadi tempat di mana kedua sejoli tadi menuntaskan hasrat mereka, setelah keduanya berciuman dengan sangat mesra.

Lilia tak pernah menyangka bahwa pria yang dikenal dengan nama Heinz tersebut, akan menjawab segala kekaguman yang selama ini dirinya tunjukkan tapi tak pernah diungkapkan. Rasanya seperti mimpi, ketika dia mendapat perlakuan tak biasa dari pria tampan tersebut.

Lilia tidak sedang berbaring di tempat tidurnya yang mewah. Namun, di atas jerami berlapis kain itu, dia justru merasakan kenyamanan luar biasa yang tak pernah gadis itu dapatkan sebelumnya

“Aku akan mengantarmu pulang,” ucap Ludwig membantu Lilia bangkit.

“Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri,” tolak Lilia sambil merapikan bagian bawah roknya. Dia juga mengancingkan bagian atas dress yang terbuka.

“Kau yakin tidak apa-apa?” tanya Ludwig, dengan tatapan lekat kepada gadis berambut panjang tadi

“Iya,” jawab Lilia. Dia berdiri sesaat sambil memandang Ludwig. “Apa yang sudah kita lakukan?” tanyanya tak percaya. Namun, keresahan yang terpancar dari sorot gadis itu perlahan memudar, ketika Ludwig kembali menciumnya.

“Aku harus pulang, sebelum ayah menyadari bahwa diriku tidak ada di kamar pada jam seperti ini.” Lilia bergegas keluar dari lumbung.

“Kau yakin tidak ingin kuantar?” tanya Ludwig lagi.

Lilia tertegun, lalu menoleh. Gadis cantik tersebut menggeleng pelan diiringi senyuman manis. Setelah itu, dia bergegas pergi dari sana. Lilia tak menghiraukan rasa tidak nyaman pada bagian inti tubuhnya. Dia hanya memikirkan harus segera berada di kamar, sebelum sang ayah mengetahui ketidakberadaannya di sana.

Setelah berada di dalam rumah, Lilia langsung melangkah cepat menuju kamar. Dia melepas sepatu, agar suara derap kakinya tak terdengar. Lilia dapat bernapas lega, karena suasana rumah sudah sangat sepi. Sebagian besar lampu-lampu utama telah dimatikan.

“Terima kasih, Tuhan,” gumam gadis itu teramat pelan. Dia mengembuskan napas lega sambil memutar gagang pintu perlahan. Lilia masuk, lalu menyalakan lampu. Sontak, gadis itu terkejut saat melihat Gunther yang tengah duduk tenang di tepian ranjang.

Terpopuler

Comments

Yuyun Yuningsih Yuni

Yuyun Yuningsih Yuni

mampiir niih...siap marathoon...

2023-08-10

1

Sena Fiana

Sena Fiana

😃😃

2023-07-24

1

Esther Nelwan

Esther Nelwan

karyamu sll kreen thor...aku ksih kopi biar gk ngntuk ngetiknya...

2023-07-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!