Menolong Nanda

*********Happy Reading***********

Sebuah mobil mewah berhenti di depan gerbang kampus "Global Wijaya" Dan keluarlah seorang gadis cantik dan lelaki tanpan dari dalam mobil itu.

"Kak Nanda masuk dulu ya" Pamit Nanda kepada kakaknya.

Orang yang di panggil kakak itu mengacak acak tatanan rambut adik nya gemas.

"Iya. Hati-hati ya, kalau ada apa-apa jangan lupa kasih tau kakak".

Kata Bima.

"Siap capten" Kata Nanda membungkuk kan badannya hormat.

"Bagus gadis kecil, lekaslah masuk dan dengarkan Dosen mu saat menjelaskan materi".

"Iya kakak ku sayang".

"Ya sudah kakak pulang ya".

"Hati hati kak".

Bima melajukan mobil nya meninggal kan kampus tempat Nanda menimba ilmu.

Nanda melangkahkan kakinya masuk ke area kampus nya. Ia menyusuri koridor kampus menuju kelasnya.

"Nanda tunggu".

Panggilan seseorang menghentikan langkah nya. Ia membalikan badan nya dan melihat Aldi yang berjalan cepat menghampiri nya.

"Aldi, ada apa?". Tanya Nanda.

"Mau kekelas kan, aku anter ya". Kata Aldi merangkul bahu Nanda dan mengajaknya jalan menuju kelasnya.

Nanda menghentikan langkah nya dan melepaskan tangan Aldi yang berada di bahunya.

"Maaf Al, gak enak kalau di lihat orang" Kata Nanda. Karena jantung nya berdetak cepat saat Aldi merangkul nya. Tak mau mati percuma akibat jantung nya yang berdetak tak normal.

"Eh sorry, kamu gak nyaman nya? ".

Kata Aldi merasa bersalah.

"Bukan gitu Al, tapi gak enak aja di liatin sama mahasiswa lain". Nanda menjelaskan.

"Iya aku mengerti, ayo aku antar". Kata Aldi dan di jawab anggukan oleh Nanda.

Aldi mengantarkan Nanda menuju kelas nya, tanpa mereka sadari tidak jauh dari tempat mereka, seseorang mengepal kan tangannya marah. ia tak terima jika Aldi dekat dengan seorang gadis manapun.

"Rupa nya anak pendiam itu sama sekali tak mendengarkan ucapan ku. Dia masih saja mendekati Aldi, lihat saja dia akan menyesal karena tak menuruti permintaan ku". Geram nya marah.

*******

Nanda memasuki kelasnya setelah Aldi pergi, Nanda mengedarkan pandangan nya mencari Jovanca, orang yang akan ia jadikan teman nya, karena ia merasa jika Jovanca cocok jika menjadi teman nya.

Walaupun sepertinya gadis itu memiliki sifat yang kasar dan sombong.

Setelah matanya mendapati Jovanca yang tengah memainkan Iphone nya, Nanda pun berjalan menghampiri nya.

"Pagi Jovanca" Sapa Nanda kepada ramah.

Sedangkan Jovanca mendengus kesal saat melihat Nanda yang duduk di samping nya. Ia menatap gadis itu sinis tapi gadis itu malah tersenyum manis kepadanya.

"Pindah deh sana, gue mau sendiri". Usir Jovanca kepada Nanda.

Nanda menggelengkan kepala.

"Aku tidak mau, aku mau duduk di samping mu"

"Dasar keras kepala". Guman Jovanca.

Namun gadis itu malah tersenyum ke arahnya.

"Aku boleh menjadi teman mu?". Tanya Nanda.

Jovanca menaikan alis kirinya, apa perempuan ini tidak waras, ia sudah bersikap tak baik dengan nya, tapi malah ia mintanya menjadi teman. Jovanca menggeleng tak percaya.

"Aku tak suka memiliki teman, jadi lebih baik kamu pergilah".

"Aku tidak akan pergi". Kata Nanda kekeh pada pendiriannya.

"Kalau kamu gak mau pergi, aku yang akan pergi".

"Kalau kamu pergi, aku akan selalu mengukuti mu".

"Apa kamu ini gila, kamu itu menggangu ku" Erang Jovanca frustasi.

"Jika begitu aku ingin jadi teman mu. Maka aku tidak akan menganggu".

"Tidak. Tidak. Dan Tidak".Kata Jovanca membuang muka.

Tak lama Dosen masuk ke kelasnya dan menjelaskan materi tentang ilmu kedokteran.

Jovanca terus saja mendumel tak jelas di ruangan Paman nya, ia tak menyangka jika akan bertemu dengan orang seperti Nanda yang keras kepala, ia melihat Nanda malah seperti melihat cerminan dirinya sendiri.

"Keponakan Paman ini kenapa, kok paman perhatikan dari tadi mendumel tak jelas".

"Aku sedang kesal paman, jangan lah mengganggu ku". Jawabnya kesal.

Rizal terkekek mendengar jawaban ketus Jovanca.

"Manis sekali ucapan mu kepada paman mu ini".

"Paman......". Geram Jovanca.

"Oh. Baiklah. Tapi kenapa kamu kesal, dan siapa yang berani beraninya membuat mu kesal seperti ini. Biar paman beri dia pelajaran ".

Jovanca memutar bola mata nya malas.

"Paman kira Jovanca gak bisa mengurusi diri sendiri, melawan mereka terlalau mudah untuk ku paman, tapi hanya saja ini seorang gadia lemas, mana mau Nabila melawan orang yang lemah".

Rizal menatap Nabila bingung.

"Maksud mu?".

"Ya ini seorang gadis kecil yang sedang menggaanggu ku, dia selalu mengikuti ku hari ini, untung saja aku beehasil kabur dari nya". Kata Jovanca kesal.

"Oh.begitu, memangnya kenapa dia mengganggu mu".

"Dia mau aku jadi teman nya, dan paman tau kan jika aku tak suka memiliki teman, bagiku mereka hanya mau menemaniku karena aku kaya raya".

"Tapi kan kekayaan Daddy mu tak akan habis jika kamu mau mentraktir seluruh mahasiswa di sini pun".

"Iya aku tau itu paman, sudahlah bicara pada paman hanya akan bertengkar, lebih baik Jovanca mau pulang saja".

"Cepat sekali marah, ya sudah hati hati ya".

Jovanca melangkahkan kakinya menyusuri koridor kampus yang hanya tampak beberapa mahasiswa yang masih berada di kampus.

Ia semakin mempercepat langkahnya

karena ingin cepat sampai di rumah.

Seharian berada di kampus membuat tenaga nya habis terkuras.

"Aw..... Ampun kak".

Jovanca menghentika langkahnya saat mendenger seseorang meminta yang ampun dan meringis kesakitan. Karena penasaran ia mencari di mana asal suara tersebut.

"Sekarang kau merasakan akibat nya karena berani melawan perintah gue.

Berapa kali gue bilang jauhi Aldi, kenapa lo keras kepala banget sih, lo mau mati di tangan gue hah!".

Jovanca menghentikan langkahnya saat ia menemukan dimana asal keributan ini terjadi. Ia melihat ke arah sudut ruangan terlihat gadis itu meringis kesakitan saat orang yang membentaknya menjambak rambut nya. Jovanca mengamati seksama gadis malang yang menjadi bahan bully itu. Matanya melebar saat ia tau siapa yang sedang di bully, dia adalah gadis yang selalu mengikutinya seharian ini, Nanda.

"Maafkan aku Kak, tapi Aldi yang mendekati ku, aku ingin menolak tapi aku tak bisa, aku gak sama dia karena selalu menolak".

"Kalau begitu lo ingin mati di tangan gue? " Gadis itu melepas jambakan nya dari rambut Nanda, sehingga beberapa helai rambut Nanda ikut tertarik di tangannya.

Nanda meringis merasa kesakitan saat rambut nya tercabut, ia berdoa semoga ada seseorang yang mau menolongnya.

"Kampungan sekali kau Nona".

Semua orang yang ada di ruangan itu menoleh ke arah nya, begitu juga dengan Nanda.

"Ngapain lo kesini, mau gue siksa kaya dia juga?!".

"Kau ingin menyiksa ku? Silahkan saja kalau kau bisa, dari pada kau menyiksa orang yang sama sekali tak bisa melawan mu, menjijikan sekali beraninya melawan gadis yang lemah". Kata Jovanca tersenyum sinis ke arah wanita di depannya.

"Kau.....". Wanita itu menggeram marah. "Rupa nya lo juga sudah bosan hidup, apa urusan lo sampai lo membela dia, selama ini gak ada yang berani melawan gue".

"Itu karena mereka pengecut, sama seperti lo".

"Lo siapa sih sebenernya".

"Lo gak perlu tau siapa gue, lo akan merasa malu sendiri jika tau siapa gue". Kata Jovanca menyombongkan diri.

"Hah. iya gue tau, lo anak baru yang lagi di bicarakan anak seluruh kampus karena kecantikannya kan. wow! Hebat sekali, sebenarnya wajah lo tidak lebih cantik dari gue".

"Apakah anda punya cermin nona, jika tidak punya akan gue belikan untuk lo, itupun kalau lo gak sanggup untuk membelinya".

"Udah deh anak baru, gue gak mau cari masalah sama lo, lebih baik lo pergi dan pulang saja sana kerumah".

Jovanca terkeh dan menatap sinis ke arah orang di depannya.

"Gue gak akan pulang sebelum lo mau melepas Nanda".

"Rupa nya lo harus di beri pelajaran..."

Jovanca menghempaskan tangan gadis itu kasar saat wanita itu akan menampar nya.

Jovanca mencengram rahang wanita itu kuat, emosinya telah meledak ketika menghadapi wanita di depan nya ini.

"Lo jangan macam macam sama gue,

apalagi sampai mau menampar gue, gue pastiin hidup lo gak akan nyaman ada di kampus ini, sekarang lo pergi dari sini sebelum gue habisin lo".

Perintah Jovanca lalu melepas cengkramannya kasar.

"Liat aja, gue akan bales lo".

Wanita itu pergi meninggalkannya dan Nanda.

"Trima kasih...."

Jovanca menoleh kearah Nanda sekilas lalu mengalihkan pandangan nya lagi.

"Lain kali jika di bully orang jangan diam aja".

Kata Jovanca datar dan melangkah meninggalkan Nanda yang menatap nya.

"Baik sekali dia, dia mau menolongku.

Padahal selama ini tidak ada yang berani menolongku jika kak Celsea atau Kak Desi mengganggu ku". Gumam Nanda.

Nanda melangkah kan kaki nya keluar dari ruangan yang selalu di jadilan tempat penyiksaan nya.

Nanda melangkah dengan kaki tertatih tatih akibat perbuatan Kakak senior nya. Ya selalu begitu jika Ia ketahuan berdekatan dengan Aldi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!