Masuk Kedokteran

Beroleh kemenagan karena bertambah seorang sahabat, lebih berharga dari pada kemenagan mendapatkan cinta seorang perempuan.

___Bima Mahendra

**********

Seorang gadis cantik sedang bersiap untuk pergi kekampus nya, ia memperhatikan penampilan di kaca kamarnya.

Setelah merasa cukup puas dengan tampilan dirinya ia turun ke bawah menemui Daddy-Nya.

"Morning Dad, bagaimana tidur Daddy apakah nyenyak?". Sapa Jovanca dengam mencium pipi Daddy nya.

"Morning too sayang. Sangat nyenyak sekali".

"Dad bagaimana dengan kuliah ku, Dad sudah mengurusnya kan?" Tanya Jovanca seraya mengoleskan selai ke roti ditangannya.

"Tentu saja sayang".

"Ok. Thanks Dad. Sepertinya Jovanca harus segera berangkat ke kampus".

"Maafkan Dad sayang, hari ini Dad ada meeting, jadi tak bisa mengantarkan mu".

"Tidak apa Dad, Daddy kekantor saja.

Jovanca berangkat dulu ya". Pamit Jovanca lalu mencium pipi Deddy nya sebelum kekampus.

********

Jovanca memarkirkan mobil nya di parkiran kampus milik keluarga nya. ia keluar dari mobil dengan kacamata bertengger indah di wajah cantiknya. Ia mengedarkan pandangannya dan melihat semua mata memandang ke arahnya takjub akan kecantikan yang ia miliki. Mereka seperti melihat bidadari di alam nyata.

Jovanca melangkahkan kaki menyusuri koridor kampus milik, kata Daddy nya ia harus menemui pamannya yaitu Dosen Rizal untuk mengantarkan kekelas barunya.

"Dimana lagi ruang Dosen, kenapa dari tadi aku tak menemukan nya". Gumamnya kesal.

Ia melihat ada seorang lelaki yang sedang membaca mading, dengan segera ia menghampirinya.

"Dimana ruang Dosen?". Tanya Jovanca tanpa basa-basi.

Lelaki itu menoleh ke arahnya, mulut lelaki itu menganga ketika melihat wajah cantik Jovanca. Wajah cantik gadis itu memang bisa menghipnotis kaum pria.

"Dimana ruang Dosen?". Tanya Jovanca sekali lagi, karena lelaki yang ia tanya tak kunjung menjawab malah menatapnya tanpa berkedip.

"Gue akan nunjukin dimana ruang Dosen, asal lo mau jadi cewe gue".

Jovanca memandang lelaki di depan nya, memperhatikan penampilan lelaki itu, lelaki itu memang tanpan tapi sama sekali bukan tipenya dan lelaki itu sama sekali tak menarik perhatiannya.

"Kalau gue gak mau?". Tantang Jovanca.

"Lo gak bisa nolak gue, karena gue lelaki tertanpan di kampus ini, dan semua wanita berlomba-lomba untuk bisa jalan berdua sama gue. Lo harus nya merasa beruntung. Dan satu lagi, gue kaya!". Kata lelaki itu sombong.

Jovanca tersenyum sinis.

"Sayang nya gue gak tertarik sama cowok kaya lo gini, sama sekali bukan tipe gue, tidak ada menarik-menarik nya sama sekali. Dan satu lagi, lo harusnya ngaca dulu kalau mau jadiin gue pacar lo, lo kira gue cewek gampangan yang kekurangan uang, bahkan untuk membuat lo gak punya apa-apa lagi aja gue sanggup".

"Sombong banget lo, sekaya apa lo ini, lo bakal menyesal karena telah nolak gue".

"Silahkan saja. Tapi sebelum itu lo akan menyesal karen telah mengancam gue, kalau sampai lo buat macem-macem sama gue, gue akan buat lo tidak punya apa-apa lagi, paham lo!"

"Silahkan saja".

"Lo nantang gue, wow! Boleh juga".

Kata Jovanca, lalu meninggalkan lelaki itu yang menatapnya marah.

Jovanca berjalan menghampiri seorang gadis yang sedang duduk di bangku lorong kampus, gadis itu terlihat sedang fokus membaca Novel dengan minuman di tangannya.

"Bisa kamu tunjukkan dimana Ruang dosen!". Kata Jovanca setelah berada di depan gadis itu.

Gadis itu mendongakkan wajah dan menatapnya heran.

"kamu tanya sama aku?". Tanya gadis itu menunjuk dirinya sendiri.

Jovanca memutar bola matanya. "Siapa nama mu? ".

"Nanda Amelia Mahendra". Kata gadis itu ragu.

"Hmm. Baiklah Nanda bisa kamu tunjukan ruang Dosen padaku? ".

"Tentu saja, mari ku antar". Kata gadis itu tersenyum manis.

Jovanca mengikuti langkah Nanda menuju ke ruang Dosen.

"Kita sudah sampai"

"Thanks.....". Kata Jovanca dan memasuki ruang Dosen.

"Paman....Rizal". Panggil Jovanca kepada pamannya yang sedang sibuk menatap layar laptop.

"Ini Jovanca? Kamu ternyata sudah besar dan tumbah cantik". Kata Rizal menghampiri Jovanca dan memeluk nya.

"Iya lah paman, anak Deddy Bram pasti cantik". Kata Jovanca angkuh, seraya membanggakan diri sendiri dan melepas pelukan pamannya.

"Tetap saja sikap angkuh mu tak pernah hilang". Kata Rizal menggelengkan kepala.

"Tapi aku tetap kesayangan paman kan?".

"Nah itu dia, jika paman punya keponakan selain kamu, paman tak akan sayang pada mu"

"Coba saja kalau paman bisa" Tantang Jovanca.

"Dan sayang nya paman tidak bisa melakukan itu, nanti kamu rindu lagi kalau paman tak sayang padamu".

"Ternyata kepedean paman tinggi sekali sekali".

"Nanti kita lanjutkan lagi berbincang nya, paman akan mengantarkan ke kelas mu".

"Kenapa buru-buru sekali paman, ini kan kampus milik Daddy". Kata Jovanca malas.

"Iya paman tau ini kampus Daddy mu,

Tapi apa kamu tak ingin melihat kelas mu, dan berteman dengan kawan baru mu? ". Tanya Rizal.

"Jovanca tak butuh teman Paman, karna mereka itu berteman denganku hanya karena aku kaya dan cantik, aku benci orang seperti itu".

"Ok baiklah, tapi tetap saja sekarang kita harus ke kelas mu".

"Baiklah paman pemaksa!". Kata Jovanca kesal dan membuat paman nya senyum penuh kemenagan.

"Kamu tampak cantik jika menurut seperti ini".

"Paman sudahlah".

Jovanca mengikuti langkah paman nya yang akan menunjukkan di mana kelas nya. Kampus milik Daddy-ya nya ini memang sangat megah dengan fasilitas memadai. Tak heran jika kampus ini menjadi kampus favorit di kotanya.

Jovanca dan Rizal berhenti di depan ruang kelas kedokteran. Jurusan yang di ambil Jovanca saat kuliah.

Tok! tok!

"Boleh saya masuk. Mr.Hendra?". Tanya Rizal kepada dosen yang mengajar di jurusan kedokteran.

"Silah kan Mr.Rizal".

"Saya ingin mengantarkan anak baru di jurusan kedokteran ini, tolong Mr.

Bimbing dia dengan baik".

"Baik. Akan saya laksanakan".

"Kalau begitu saya permisi".

Rizal melangkah kan kakinya keluar ruang kedokteran.

"Baiklah, sekarang kita kedatangan mahasiswi baru di jurusan kedokteran. Silahkan perkenalkan dirimu" Kata Mr. Hendra pada kepada Jovanca.

Semua mata tertuju pada Jovanca tanpa berkedip, gadis itu maju satu langkah untuk memperkenalkan diri nya.

"Perkenalkan Nama gue Jovanca gue pindahan dari Belanda. Trimakasih".

"Baiklah Jovanca silahkan kamu duduk"

Jovanca mengedarkan pandangannya

Mencari kursi yang kosong, setelah matanya menatap salah satu kursi yang kosong. Ia pun berjalan menuju kursi kosong di pojok belakang.

"Hay Jovanca, kamu masih ingat aku kan?".

Jovanca menoleh ke arah salah seorang yang memanggilnya. Ia memincingkan mata dan mencoba mengingat siapa gadis itu. Setelah ingat dengan gadis itu, Jovanca mengangguk kan kepalanya.

"Syukurlah.". Kata gadis itu yang Jovanca ketahui bernama Nanda. Gadis itu tersenyum manis kepadanya.

Jovanca mengeryitkan dahi bingung dengam sifat teman di sampingnya ini, namun ia tak mempedulikan semua itu dan lebih memilih mendengarkan Dosen menjelaskan materi. Karena Ia tak ingin berurusan dengan gadis di samping nya ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!