Berjalan sendiri menyusuri jalan malam yang sunyi dia sangat bingung harus kemana melangkahkan kaki untuk pergi setelah beberapa tempat menolaknya untuk bermalam karena uang yang dimiliki tidak mencukupi.
"Maaf nona disini hanya menerima uang sewa langsung bayar tidak bisa di cicil" kata salah seorang pemilik penginapan menolak permohonan Emily yang malang.
"Tapi mbak…" Emily.
"Pintu keluar ada di sebelah sana anda bisa kembali lagi setelah memiliki cukup uang untuk bermalam" jawab petugas dengan tegas mengusir Emily.
Dengan perasaan sedih Emily berjalan keluar melihat sekeliling yang sudah nampak sepi karena hari sudah semakin larut. Semilir angin malam mulai terasa dingin menusuk tulangnya meski dia memakai jaket sekalipun. Rasa lelah dan kantuk yang mulai dirasakan membuatnya ingin segera merebahkan tubuhnya untuk beristirahat tapi dimana?
"Harus kemana lagi aku mencari tempat tinggal disini? Oh tuhan tolonglah aku" ucap Emily dengan seribu kegelisahan hati dan pikirannya dia kembali melihat sisa uang yang dimilikinya tapi tiba-tiba.
"Hahaha lumayan ada buat minum kita malam ini bos" Kata seorang preman yang berhasil merebut uang di tangan Emily.
Emily begitu terkejut kala dua orang preman bertubuh kekar dengan tato memenuhi tubuh mereka datang mengambil uang di tangannya. Dan ternyata sedari tadi preman itu memang sudah mengintai Emily dengan uang ditangannya.
"Kembalikan itu uangku" kata Emily coba merebut kembali haknya.
"Coba saja jika kamu berani" jawab preman dengan pandangan licik menyeringai melihat lekuk tubuh dan wajah cantik Emily yang baru mereka sadari.
Pikiran dan tatapan mereka mulai membuat Emily merasa takut kala keduanya berbisik tentang niatnya yang ingin menculik Emily terdengar.
"Dia cukup cantik juga bos bagaimana jika kita culik saja gadis itu? Kita bisa menjualnya haha" Bisik si preman pada rekannya.
Mendengar semua itu dengan pelan Emily berjalan mundur untuk melarikan diri, dengan sekuat tenaga dia berlari bersamaan dengan air mata yang menetes karena takut dan menyesali keputusannya datang mencari sang ayah ternyata hanya mengundang nasib buruk untuknya. Dia berlari dan bersembunyi di balik tembok yang ada berharap mereka tidak bisa menemukannya.
"Kejar dia… cari dia jangan sampai dia lolos" perintahnya.
"Ibu tolong aku" ucapnya sedih teringat akan sang ibu.
Di dalam persembunyianya dia terus menangis teringat akan ibunya dia ingin cepat pulang kembali ke Jakarta dan tekad kuat itulah yang membuatnya kembali bangkit, Setelah beberapa saat dia merasa jika preman itu sudah tidak ada di sekitarnya Emily coba berdiri untuk keluar dari persembunyiannya, setelah dirasa aman dia pun mulai melangkahkan kakinya dan
"Mau kemana kamu hahaha kau tidak akan bisa lari dariku cantik" preman itu berhasil menemukannya dan langsung menarik tangan Emily.
"Lepaskan aku lepaskan… tolong" teriak Emily coba berontak dan melawan dengan semua kekuatan yang dimiliki namun tenaga kecilnya kalah jauh dengan tenaga mereka yang kuat hingga disaat matanya hampir tertutup karena sudah tidak sanggup melawan, tiba-tiba saja sebuah pukulan mendarat di tubuh salah seorang preman dan berhasil melepaskan tangan Emily.
"Lepaskan wanita itu" ujar seorang pria yang datang menolong Emily.
Pria itu akhirnya melawan kedua preman tersebut dan menempatkan Emily di belakangnya untuk melindungi agar mereka tidak menculik dan melukainya. Baku hantam pun tidak terelakan lagi hingga akhirnya kedua preman itu kalah dan memilih untuk lari.
Emily coba melihat pria yang telah menyelamatkannya namun belum sempat dia melihat dengan jelas dan mengucapkan terima kasih tubuhnya seketika jatuh pingsan.
"Wanita ini bukankah dia! …" ucap sang pria yang ternyata adalah Aditya yang saat itu tidak sengaja lewat di jalan tersebut dan melihat Emily yang hendak diculik dan dianiaya.
"Hei bangunlah … " Aditya coba membangunkan Emily.
Namun semua percuma sekeras apapun usaha Aditya membangunkan Emily dia tetap masih tidak sadarkan diri akhirnya Aditya membawa Emily ke rumah sakit terdekat untuk diberikan pertolongan pertama.
"Tolong sus dia pingsan" Aditya.
"Baiklah tuan bisa mengisi formulir pendaftaran terlebih dahulu pasien akan segera kami periksa" jawab suster dengan sopan.
Saat mengisi formulir pendaftaran seorang staf bertanya akan hubungan Aditya dengan pasien (Emily).
"Apakah anda saudara pasien?"
"Ya saya suaminya" jawab Aditya dengan singkat dan tanpa berpikir panjang karena yang dia pikirkan saat itu dia tidak mau ambil pusing akan Emily yang tidak dia kenal itu, dia tidak mau merepotkan dirinya hanya untuk Emily jadi agar lebih cepat proses pendaftaran diapun mengaku sebagai suaminya.
…
Setelah beberapa saat dokter keluar dari ruangan Emily, Aditya coba menanyakan keadaannya dan ternyata dokter mengatakan jika keadaan Emily tidak terlalu buruk.
"Istri anda hanya kelelahan saja, disarankan agar dia cukup istirahat dan jangan bekerja terlalu berat" jawab dokter yang memeriksa Emily.
Mendengar keadaannya yang tidak mengkhawatirkan Aditya memutuskan untuk kembali pulang namum saat kakinya mulai melangkah pergi perasaanya terus mengatakan jika dia tidak boleh meninggalkan wanita itu.
Sejenak Aditya terdiam dan berpikir untuk melihat Emily sebentar. Pintu kamar dia buka dan melihatnya sedang menangis. Emily terkejut saat Aditya masuk kedalam kamarnya.
"Siapa kamu?" Emily segera menyeka air matanya.
Sesaat dia terdiam dan mengingat sepintas bayangan pria yang telah menyelamatkannya dari kedua preman tadi.
"Apa kamu pria yang telah menyelamatkan aku?" Tanyanya lagi.
Aditya berjalan pelan dengan wajahnya yang datar menghampiri Emily dia berkata jika Emily sudah bisa pulang dia tidak usah dirawat karena keadaannya tidak terlalu buruk.
"Tapi… sebelumnya aku ingin mengucapkan terima kasih banyak kepadamu? Aku juga minta maaf karena telah salah paham padamu di hari itu? Aku salah aku minta maaf?" Kata Emily meminta maaf pada Aditya dengan mata yang berkaca-kaca menahan air mata yang hendak tumpah.
Meski Aditya dikenal angkuh dan cuek namun jika dihadapkan dengan air mata seorang perempuan sikap arogannya seketika hilang.
"Sudahlah tidak usah menangis aku sudah memaafkan mu, lebih baik sekarang kamu pulang ini sudah larut malam bahaya juga buat kamu jika pulang sendiri aku akan menghubungi keluargamu untuk menjemputmu disini?" Ucap Aditya.
"Aku tidak memiliki keluarga" jawab Emily lirih.
Mendengar jawaban itu Aditya pun terdiam dan melihat ke arah Emily yang sedang sedih.
Meski wajahnya masih terlihat angkuh Aditya coba bertanya apa yang Emily katakan kenapa dia bisa mengatakan semua itu? sementara Aditya hanya menjadi pendengar yang bisa masuk dan merasakan cerita sedih Emily.
"Jadi kamu baru datang kesini dan itu pun ingin mencari ayahmu? Aku bisa saja membantumu untuk kembali tapi… " Aditya
Sejenak keduanya terdiam, namun tiba-tiba saja Emily meminta tolong pada Aditya meminjam ponselnya untuk menghubungi sahabatnya yang ada di jakarta.
"Bisakah aku meminjam ponselmu?" Emily.
Karena kasihan Aditya memberikan ponselnya pada Emily kemudian dia coba menghubungi Doni namun dia tidak ingat berapa nomor ponsel sahabatnya itu.
"Aku tidak ingat dengan jelas berapa nomornya?" Emily mulai kesal dan putus asa namun sebuah ide muncul untuk masuk ke akun media sosialnya di ponsel Aditya agar bisa menghubungi Doni.
Emily meminta ijin Aditya terlebih dahulu.
"Terserah kamu… " jawab Aditya.
Senyum Emily pun mulai kembali terpancar karena akhirnya dia bisa menghubungi Doni meski akunnya sedang tidak aktif tapi setidaknya Doni pasti akan membuka pesan darinya.
"Don, saat ini aku sedang berada di Batam untuk mencari ayahku tapi ternyata dia sudah lama meninggal aku juga tidak bisa pulang kembali ke Jakarta karena tas, uang dan hp ku dicuri bisakah aku meminta bantuanmu? aku pinjam uang kamu untuk aku kembali ke Jakarta, setelah aku kembali bekerja aku akan segera ganti"
Pesan chat Emily pada Doni berharap dia bisa segera membacanya.
Seperti diketahui Doni adalah sahabat Emily di tempat dia bekerja, Doni pria yang baik dia juga sangat perhatian pada Emily jadi perkara mudah baginya jika Emily meminta bantuannya.
"Terimakasih ini ponselmu tapi jika nanti ada balasan tolong kasih tahu aku ya" ucap Emily pada Aditya dengan senyum manisnya berhasil menusuk hati Aditya yang kesepian.
Aditya pun tersadar dari sihir senyum Emily yang berhasil mencuri perhatiannya kemudian dia mengajak Emily untuk ikut bersamanya.
"Kamu sudah bisa berjalan kan? Ikut denganku sekarang?" Pinta Aditya.
"Kemana?" Emily
"Ikut saja denganku" Aditya berlalu dengan angkuhnya meninggalkan Emily yang masih duduk di pembaringan.
"Tu… tu tunggu … " Emily menguatkan dirinya untuk menyusul Aditya.
Dan ternyata Aditya hendak membawa Emily pergi ke rumah meski sebelumnya dia menolak namun Emily tidak mempunyai pilihan lain karena dia melihat jika pria yang ada bersamanya saat ini adalah pria baik meski tampangnya dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments