Berlatih

Beberapa hari kemudian Argeas bertemu dengan ibunya di koridor ruang tengah saat ia memang berencana untuk menemuinya.

"Kau terlihat sibuk melakukan banyak hal belakang ini, Ar?" tanya sang ibu yang tampak tidak keberatan Argeas melakukan hal tersebut.

"Benar, bu. Ar sedang mencoba hal baru." Argeas menjawab.

"Baguslah kalau memang begitu."

"Oh, maaf bu. Apakah Ar boleh meminta sesuatu?" ucap Argeas mengungkap maksud awalnya hendak menemui sang ibu.

"Ya, apa?"

"Bisakah ibu mengembalikan jadwal pelajaran privat Ar yang sebelumnya," ucap bocah 14 tahun itu mengajukan permintaannya.

Karena Argeas masih ingat betul ia sempat menolak mentah-mentah saat diminta untuk melakukan pelajaran privat tentang bidang-bidang umum sebelum ini. Karena merasa hal itu tidak berguna untuknya yang seorang penyihir.

"Maksudmu pelajaran privat di bidang umum itu?" Sang ibu memastikan.

"Benar, bu," jawab Argeas cepat.

Sang ibu terlihat sedikit terkejut mendengar permintaan Argeas tersebut.

"Syukurlah. Akhirnya kau mau juga belajar tentang hal-hal seperti itu," ucapnya kemudian yang kini terlihat sangat gembira.

"Kau tak perlu kuatir, ibu akan segera mengabari tuan Barnes untuk menjadwalkan diri untukmu," lanjut sang ibu dengan sedikit antusias.

"Tapi..." Argeas berucap lagi. Sedikit ragu kali ini.

"Apa? Kau tidak suka dengan tuan Barnes? Kita bisa cari pengajar lainnya," balas sang ibu dengan cepat. Sebelum sang putra mencoba merubah pikirannya.

"Bukan begitu. Tapi kalau memungkinkan bisakah Ar mendapat pengajar yang berbeda untuk setiap bidangnya?" Argeas mengajukan permintaan lain.

"Maksudmu?"

"Bila hanya satu pengajar yang mengajarkan banyak bidang secara sekaligus, pasti pengajar tersebut tidaklah terlalu ahli."

"Maksudmu kau ingin pengajar khusus yang cukup ahli di bidang masing-masing? Yang berarti enam pengajar?" Sang ibu kembali bertanya untuk memastikan.

"Bila tidak terlalu merepotkan," jawab Argeas dengan sedikit ragu.

"Merepotkan? Apa yang sedang kau pikirkan belakangan ini, Ar? Jelas tidak. Ibu akan siapkan ke enam pengajar yang ahli di bidang tersebut dengan segera," sahut sang ibu dengan penuh suka cita.

"Terima kasih bu," balas Argeas kemudian.

"Oh?" Sang ibu kembali terlihat terkejut.

"Kenapa?" Argeas terlihat sedikit bingung.

"Baru kali ini ibu mendengarmu berterima kasih. Ibu bahagia sekali," ucap sang ibu yang nyaris saja menangis haru.

"Kalau memang kata orang-orang itu benar bahwa kau telah berubah, maka ibu bersyukur kau berubah ke arah yang lebih baik." Dan kemudian perempuan bangsawan itu memeluk tubuh Argeas dengan erat.

Sedang Argeas hanya bisa memeluk sang ibu balik tanpa tahu harus menjawab apa.

-

-

"Apa kau benar akan memulai pelajaran privat mu, Ar?" Ayah Argeas bertanya di tengah makan malam mereka.

"Benar, Yah," jawab Argeas seraya mengangguk.

"Bahkan Ar meminta pengajar khusus untuk setiap bidangnya. Ibu senang sekali mendengarnya." Sang ibu segera menimpali dengan wajah berseri-seri.

"Enam pengajar untuk enam bidang umum? Kuharap kau tidak memberi hasil yang mengecewakan, Ar," sahut Maximus menanggapi.

"Maxim! Jangan jatuhkan niatan adikmu seperti itu. Harusnya kau senang Ar mau belajar tentang hal-hal tersebut," potong sang ibu dengan cepat. Yang tidak terlalu diperdulikan oleh si putra sulung.

"Ar hanya ingin mencari tahu dan mempelajari hal baru saja, kak," jawab Argeas.

"Bagus buatmu, Ar, bersiap sebelum memasuki Akademi nanti." Kali ini kakak perempuannya yang berucap.

'Oh, benar. Aku harus memasuki Akademi di usia 16 tahun nanti. Dan pertemuan dengan Alexa, juga tokoh utama hanya tinggal hitungan hari saja,' batin Argeas kemudian.

"Setidaknya tidak seperti Ray yang harus mati-matian hanya untuk lolos seleksi masuk saja," lanjut si kakak perempuan Argeas, Regina, menggoda adiknya yang lain.

"Berhenti membahas tentang hal itu, kak!" teriak Raynold tidak terima.

"Sudah-sudah, kalian semua tenang. Jangan bertengkar di meja makan." Sang ibu segera merelai.

"Bicara tentang akademi, apa kau sudah bersiap, Gi? Lusa kau harus kembali ke asrama, bukan? Liburan musim panas tinggal seminggu lagi," tanya sang ibu kepada putri pertamanya.

"Ya, bu. Regina sudah berkemas. Hanya tinggal barang sehari-hari saja yang belum," balas Regina menjawab.

"Apa kau juga sudah berkemas, Ray? Seminggu lagi giliranmu berangkat ke Akademi," lanjut sang ibu bertanya pada Raynold.

"Masih seminggu lagi, bu. Ray akan berkemas di akhir pekan nanti." Raynold terlihat sedikit kesal sang ibu harus mengingatkannya tentang hal tersebut.

Dan setelah hening sesaat sang ayah kembali berucap.

"Kuperhatikan akhir-akhir ini kau sering berada di tempat latihan, Ar?"

"Benar, Yah."

"Apa kau juga tertarik berlatih pedang atau mempelajari Combat Moves dan sejenisnya?" lanjut sang ayah dengan pertanyaan.

"Ya, kurang lebih," jawab Argeas.

"Bukankah kau diberkahi dengan Magic Point tinggi dan beberapa Magic Spell? Kenapa tidak kau optimalkan saja bidang itu. Kenapa harus kau bagi dengan melatih fisik?" Maximus bertanya.

"Benar. Penyihir-penyihir, Kesaria-kesatria. Seperti pada umumnya saja," lanjut Regina membenarkan ucapan kakaknya.

"Apa karena kau pikir sudah ada 2 Kesatria dan 2 Penyihir dalam penerus keluarga ini, sehingga kau ingin menjadi Kesatria sekaligus Penyihir untuk melengkapi?" Kali ini Raynold yang berucap menanggapi.

Rata-rata class dari keturunan keluarga Danae memang adalah seorang [Mage] untuk perempuan dan [Vigor] untuk laki-laki. Kecuali Argeas.

"Itu karena rencananya Ar akan mengambil pekerjaan sebagai [Battlemage] di Kerajaan ketika sudah lulus akademi nanti. Jadi Ar juga harus memperkuat fisik dan mempelajari Combat Moves," jawab Argeas setengah jujur.

"Wah, kau berambisi sekali ternyata," sahut Raynold.

"Harusnya kau juga seperti itu, Ray. Tentukan apa yang kau inginkan di kedepannya nanti." Sang ibu menimpali.

"Menjadi [Battlemage]? Mengapa kau bersusah payah memilih pekerjaan seperti itu?" Maximus kembali bertanya. Ia tidak mengerti dengan jalan pikiran adik ke tiganya itu.

"Jadilah seorang penyihir secara penuh. Dan serahkan masalah fisik itu kepada para kesatria," lanjut sang kakak lagi.

"Kau tahu kan Max, Argeas memang orangnya seperti itu dari dulu. Keras kepala," ucap sang ibu mencoba membela Argeas.

"Kalau kau memang ingin berlatih seni berpedang atau Combat Moves, aku akan memberi tahu Carl untuk menjadwalkanmu dengan para pelatih di tempat itu," ucap sang ayah kemudian.

"Oh, benarkah? Terima kasih, yah." Argeas terlihat sangat gembira.

Namun dengan cepat semua orang yang berada di meja makan itu menatap ke arah Argeas dengan tatapan terkejut dan tidak percaya.

"Aku sudah berubah sekarang. Jadi biasakanlah kalian," jawab Argeas dengan senyum canggungnya ke semua orang.

-

-

"Baiklah, setelah ini kita akan buat jadwal untuk mewujudkannya!" Argeas sudah kembali di depan meja belajarnya seusai makan malam.

"Ayo, kita mulai berlatih dan mempersiapkan diri sebelum memasuki akademi!" serunya yang lagi-lagi mengejutkan para pelayan yang mendengarnya dari luar kamar.

Dan setelah itu Argeas pun memulai jadwal latihan rutinnya dalam seminggu :

• Senin

• 04.00 - Latihan fisik (2 jam)

• 09.00 - Pelajaran Politik (3 jam)

• 14.00 - Latihan memanah (2 jam)

• 20.00 - Latihan Aura dan sihir (Sampai sebelum Tidur)

• Selasa

• 04.00 - Latihan fisik (2 jam)

• 09.00 - Pelajaran Budaya (3 jam)

• 14.00 - Latihan berkuda (2 jam)

• 20.00 - Latihan Aura dan sihir (Sampai sebelum Tidur)

• Rabu

• 04.00 - Latihan fisik (2 jam)

• 09.00 - Pelajaran Ekonomi (3 jam)

• 14.00 - Latihan berpedang (2 jam)

• 20.00 - Latihan Aura dan sihir (Sampai sebelum Tidur)

• Kamis

• 04.00 - Latihan fisik (2 jam)

• 09.00 - Pelajaran Sejarah (3 jam)

• 14.00 - Latihan memanah (2 jam)

• 20.00 - Latihan Aura dan sihir (Sampai sebelum Tidur)

• Jumat

• 04.00 - Latihan fisik (2 jam)

• 09.00 - Pelajaran Aritmatika (3 jam)

• 14.00 - Latihan berkuda (2 jam)

• 20.00 - Latihan Aura dan sihir (Sampai sebelum Tidur)

• Sabtu

• 04.00 - Latihan fisik (2 jam)

• 09.00 - Pelajaran Militer (3 jam)

• 14.00 - Latihan berpedang (2 jam)

• 20.00 - Latihan Aura dan sihir (Sampai sebelum Tidur)

• Minggu

• 04.00 - Latihan fisik (2 jam)

• 20.00 - Latihan Aura dan sihir (Sampai sebelum Tidur)

-

Dan semenjak hari itu, Argeas menjalankan jadwal latihannya dengan rutin dan tanpa terlewat sama sekali.

Kendati mengejutkan banyak orang dalam kediaman keluarga Danae, namun mereka tetap bersyukur karena perubahan Argeas kini membuatnya menjadi pribadi yang jauh lebih baik.

- - -

Dan 2 bulan pun berlalu.

.

"Status," ucap Argeas.

Dan Jendela Status pun muncul di hadapannya.

.

-----------------------------------------------

[Argeas Danae] [14] [Laki-laki]

[ArcMage] [Lv 10]

HP 15.800

MP 21.500

Stamina [Fresh]

Title [Putra ke 4 Keluarga Danae]

.

---------------------------------------------

[Skill Status]

---------------------------------------------

[Combat Skills]

Sword Stance [B]

Archer Stance [B+]

Spear Stance [B-]

Horse Ride [A]

. ++++++++++++++++++++++ .

[Magic Skills]

Incarnation Magic [AAA]

Accuration Magic [AA]

Speed Cast [A+]

-

[Attribute Magic]

Fire [A+]

Water [A+]

Wind [A]

Earth [A+]

Mind [B+]

.

---------------------------------------------

[Ability Status]

--------------------------------------------

[Combat Moves]

-Active-

Slashing [A-]

Trusting [B]

Mark Shooting [A+]

-Pasive-

|Dash| [A+]

|Parry| [D]

|Dodge| [B]

|Evade| [B+]

|Horse Riding| [AA]

. ++++++++++++++++++++++ .

[Magic Spells]

-Active-

Fire Ball [AA]

Earth Wall [AA]

Ice Shard [AA]

Mental Focus [A]

-Pasive-

|Mental Resistance| [A]

. ++++++++++++++++++++++ .

[Non-Combat Ability]

Conjuration [A]

••Aura Detection

••Rune Write

Search [B]

••Aura Searching

. ++++++++++++++++++++++ .

[Special Ability]

None

----------------------------------------------

----------------------------------------------

[Ultimate Skills]

None

----------------------------------------------

[Unique Skills]

• Divine Fate • World Perception

----------------------------------------------

----------------------------------------------

.

"Cukup banyak juga perkembangan HP dan MP yang ku dapat selama 2 bulan ini," ucap Argeas menatap Jendela Statusnya dengan kurang bersemangat.

"Tapi masih terhitung lambat. Naik 2 level dalam 2 bulan? Sepertinya cara ini sudah bukan pilihan lagi," lanjutnya kemudian.

"Aku harus buru-buru jadi kuat. Karena di dalam Game keberadaanku baru diceritakan setelah berada di akademi. Bahkan latar belakangku juga hanya di tulis secara singkat dan garis besarnya saja. Jadi akan sulit mengantisipasi apa yang akan terjadi di saat ini."

Argeas menutup Jendela Statusnya, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Tapi harusnya sih tidak akan ada kejadian besar selama satu setengah tahun sebelum aku masuk akademi. Jadi aku akan mengandalkan ingatan dan informasi dari diriku yang sekarang untuk dasar pembuatan rencana," ucap Argeas seraya menatap langit-langit kamarnya.

Kemudian terdengar pintu kamar Argeas diketuk dari luar.

"Tuan Muda Ar, Viscont memanggil anda untuk makan malam." Suara pria setengah baya terdengar dari balik pintu.

"Ya, Will. Katakan aku akan kesana sebentar lagi," jawab Argeas dengan sedikit lantang agar terdengar dari luar.

"Baik, Tuan Muda."

-

Hanya terlihat 5 orang saja di depan meja makan kali ini. Karena sejak dari 2 bulan sebelumnya, anggota keluarga yang mengikuti makan malam telah berkurang dua orang. Yaitu Regina dan Raynold yang sekarang berada di asrama akademi.

"Ar, tiga bulan lagi kau akan genap berusia 15 tahun," ucap sang ayah dari ujung meja makan membuka perbincangan.

'Oh benar, sebentar lagi ulang tahun ke 15 ku,' batin Argeas.

"Berarti sudah saatnya untuk memperkenalkanmu secara resmi ke lingkungan bangsawan," lanjut sang ayah kemudian.

'Oh, ini juga. Semacam penampilan pertama dalam lingkungan masyarakat. Aku sampai lupa,' batin Argeas lagi.

'Padahal sebelum kecelakaan pemikiranku hanya dipenuhi dengan hal ini. Aku benar-benar tidak sabar untuk muncul ke masyarakat dengan keberadaan class bawaanku yang tergolong langka itu.' Argeas masih membatin.

"Ada gala yang digelar tahunan oleh kerajaan sebagai ajang perkenalan putra-putri keluarga bangsawan untuk pertama kalinya," tambah sang ayah menjelaskan.

"Jadi dari sekarang mulailah mempersiapkan diri dengan mempelajari segala aturan dan etika yang diperlukan untuk itu," perintahnya kemudian.

"Ar mengerti, Yah." Argeas menjawab dengan cepat.

Meskipun sekarang pemikiran Argeas sudah jauh lebih dewasa, namun ketertarikannya tentang acara tersebut masih tetap besar mempengaruhi.

"Kau juga harus belajar berdansa dan bersosialisasi dengan orang lain. Jangan hanya berlatihan dan belajar saja. Meski ibu senang kau seperti itu," ucap sang ibu menambahi.

"Baik, bu. Ar akan mengusahakannya."

"Perubahan sifatmu itu benar-benar seperti keajaiban, Ar." Maximus berucap. "Apa pengalaman di ambang kematian itu begitu kuatnya sampai bisa merubah seseorang secara total seperti ini?" tambahnya kemudian.

"Bukan hanya sifat. Dalam 2 bulan ini semua pengajar memuji kemampuan Ar dalam menyerap dan memahami pelajaran. Terutama Aritmatika," ucap sang ibu yang terlihat sangat bangga dengan hal tersebut.

'Ya, pada dasarnya aritmatika sama dengan matematika dan fisika dasar, sih. Jadi bukan hal yang luar biasa juga,' ujar Argeas dalam hati.

"Aku tidak tahu kau juga diberkati kemampuan seorang [Erudite]?" Maximus baru pertama mendengar hal tersebut. Ia terlihat sedikit terkesan dengan kemampuan adiknya itu.

"Argeasku memang luar biasa." Sang ibu kembali membanggakan Argeas dengan wajah berseri-seri.

Sedang Argeas hanya tersenyum tanpa menjawab.

-

-

-

Argeas menatap Jendela Statusnya saat berada di dalam kamar beberapa hari kemudian.

"Karena sudah tidak ada pergerakan level sama sekali, ku rasa sudah saatnya untuk melakukan leveling di luar," ucapnya seraya kembali duduk di meja belajar.

"Latihan saja sudah tidak lagi memberikan <exp> yang cukup untuk menaikan level sekarang," lanjut bocah 14 tahun itu seraya mengambil buku dan penanya.

"Berarti aku harus segera mencari perlengkapan."

Dan kemudian Argeas mulai menulis sesuatu di atas bukunya.

.

List persiapan leveling :

- Elixir ^8 Perak

- Potion ^1 Perak

- Scroll berisi Skill Trap Search ^120 Perak

- Spatial Map ^100 Perak

- Spatial Storage ^8.000 Perak

- Grimore Alchemy ^5.000 Perak

.

"Kurasa Storage nya lah yang paling mahal. Lebih dari 3 keping Platinum Emas," ujar Argeas setelah mengamati kembali catatan kecil yang baru saja ia buat itu.

Pemuda itu mengetahui harga peralatan-peralatan tersebut dari bertanya ke beberapa pelayan dan pekerja di waktu senggangnya selama beberapa minggu terakhir.

Sebelum ini Argeas bahkan tidak pernah memikirkan untuk memiliki peralatan sihir sama sekali. Karena disamping ia hanyalah seorang bocah berusia 14 tahun, juga karena ia merasa terlalu percaya diri.

Namun sekarang dengan kelebihan dan pengalamannya dalam meningkatkan level dari Game sebelumnya, Argeas mulai mempersiapkan segala keperluannya dengan efektif dan efisien.

"Untungnya uang tabungan ku selama 8 bulan ini cukup untuk membelinya. Aku punya 240 keping Emas yang berarti setara dengan 12.000 keping Perak, atau sekitar 4 keping lebih Platinum Emas." Argeas melakukan penghitungan bayangan.

"Ditambah uang saku ku bulan ini. Jadi kurasa cukup." Pemuda itu terlihat puas.

"Untuk [Grimore] Alchemy, lebih baik aku minta sebagai hadiah ulang tahunku pada Ayah atau Ibu," rencananya kemudian.

"Dan juga aku perlu membeli tambahan beberapa botol Potion dan Elixir untuk berjaga-jaga."

Setiap bulannya, anak-anak dari keluarga Danae mendapat uang saku dari ayah mereka, yang tidak sama jumlahnya satu dengan yang lain.

Untuk Argeas sendiri, ia mendapat 30 keping Emas tiap bulannya. Yang tidak pernah ia gunakan karena ia tidak terlalu perduli. Argeas selalu meminta apapun yang ia inginkan kepada kedua orang tuanya. Dan terutama sang ibu pasti akan memberikannya. Apapun itu.

Sudah menjadi hal umum mengetahui sang ibu sangat memanjakan Argeas lebih dari anak-anaknya yang lain.

Semua itu karena Argeas yang terlahir dengan class dasar [Arcmage], yang kemudian mengangkat martabat serta harga diri Keluarga Danae, telah dianggap sebagai penyelamat keluarga oleh sang ibu.

Dan itulah alasan kenapa ibu Argeas sangat memperdulikannya melebihi anak-anaknya yang lain.

Sedang kali ini Argeas tidak ingin meminta langsung dan alih-alih menggunakan tabungannya karena ia memang tidak ingin orang tuanya tahu ia membeli peralatan tersebut.

Orang tuanya pasti akan melarangnya bila ia memberi tahu akan melakukan leveling di luar kediaman.

-

-

-

Beberapa hari kemudian, Argeas pun ikut keluar dari kediamaannya bersama sang ayah dan kakak pertamanya yang hendak menuju tempat kerja mereka di pusat kota.

"Tumben sekali kau mau ikut bersama kami, Ar?" Sang ayah bertanya saat mereka berada di dalam kereta kuda menuju pusat kota.

"Setelah belajar tentang struktur pemerintahan dalam kerajaan pusat ini, Ar jadi ingin melihat seperti apa tempat kerja ayah dan kak Max," jawab Argeas jujur. "Sekalian ada yang ingin Ar beli juga di pusat kota."

"Kau mau membeli sesuatu sendiri? Dari uang tabunganmu?" Sang ayah bertanya. Terlihat wajahnya sedikit terkejut sedikit bangga.

Argeas hanya tersenyum kecil. "Ar hanya ingin mencoba untuk mandiri."

"Perkataanmu itu selalu saja mengejutkanku setiap harinya, Ar." Maximus berucap seraya menggeleng pelan.

"Itu hal yang bagus, Ar. Tapi tak perlu memaksakan diri. Kau masih bisa meminta sesuatu kepada kami seperti sebelum-sebelumnya." Sang ayah berucap. Terdengar sedikit senang dan sedikit kuatir.

"Baik, Yah. Ar mengerti." Dan kemudian dengan ragu-ragu bocah 14 tahun itu kembali berucap. "Bagaimana kalau hadiah ulang tahun Ar nanti adalah [Grimore] Alchemy?"

"Oh, sekarang kau tertarik dengan hal itu?" Sang ayah kembali dibuat terkejut dengan ucapan anak laki-laki termudanya itu.

"Kurang lebih," jawab Argeas dengan senyum lebarnya.

"Kau benar-benar ingin belajar segala hal tentang [Erudite] sekarang?" Maximus bertanya lagi.

Sedang Argeas hanya tersenyum tidak menjawab.

Tak lama kemudian kereta kuda mereka pun berhenti di sebuah gedung tak jauh dari alun-alun kota. Itu adalah gedung Pemerintahan Kota. Tempat ayah dan kakak sulung Argeas bekerja.

-

Terpopuler

Comments

Reksa Nanta

Reksa Nanta

Debutnya di usia 15 tahun.

2023-07-20

0

Reksa Nanta

Reksa Nanta

Cangkangnya Argaes, Jiwanya Arga. Fisik 14 tahun, tapi psikisnya 25 tahun, bahkan 3 tahun lebih tua dari Maximus. 😂

2023-07-20

0

Reksa Nanta

Reksa Nanta

Hitungan hari ??

Bukankah usia Argaes masih 14 tahun ? Berarti masih ada jeda waktu 2 tahun ?

2023-07-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!