"Apa kau sudah benar-benar sehat, Ar?" Tanya seorang pria setengah baya dari ujung meja makan panjang sehari setelahnya.
Pria itu memiliki pupil mata berwarna biru cerah, dan kumis serta rambut berwarna pirang platinum serupa yang dimiliki Argaes. Wajahnya tegas memancarkan karisma seorang kepala keluarga.
"Sudah yah." Argeas menjawab dari tempat duduknya di sebelah kakak ketiganya, tepat di seberang adik perempuannya.
Tampak seluruh keluarga Argeas hadir dalam makan malam tersebut.
Ayahnya, Geralt Danae adalah seorang Viscount. Bangsawan dengan wilayah kecil di bawah Earl.
Sedang yang duduk di sebelah kanan sang ayah adalah ibunya, Lilia Danae. Seorang perempuan berparas cantik dengan mata hijau kecoklatan dan rambut berwarna kuning terang.
Tak heran Argeas dan saudara-saudaranya dianugrahi wajah-wajah yang cantik dan rupawan.
Kemudian duduk di sebelah kiri sang ayah adalah kakak laki-laki tertuanya, Maximus Danae. Calon penerus keluarga Danae. Usianya sekarang adalah 22 tahun.
Menyambung di sebelah Maximus duduk kakak perempuan tertuanya, Regina Danae. Yang berusia 18 tahun.
Dan tepat di sebelah Argeas, duduk kakak laki-laki keduanya. Anak ketiga keluarga Danae, Raynold Danae. Usianya 16 tahun.
Kemudian tepat di hadapan Argeas duduk adik perempuannya, Luxia Danae. Yang baru berusia 10 tahun.
"Kau harus lebih berhati-hati setelah ini, Ar," ucap sang ibu kemudian. "Bila kau merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhmu, segera beritahu Ibu."
"Sudahlah Bu. Dia sudah 14 tahun. Hal seperti ini harusnya sudah bisa ia atasi sendiri." Raynold menjawab dari samping Argeas.
"Tapi dia nyaris tidak selamat, Ray," sahut sang ibu cemas.
"Jangan terlalu memanjakannya, Bu." Kali ini Maximus yang menambahi. Setuju dengan ucapan sang adik, Raynold.
"Ar rasa apa yang dikatakan Kak Ray, dan Kak Max benar. Ibu tidak perlu kuatir. Ar akan memberi tahu ibu bila memang memerlukan sesuatu," jawab Argeas membenarkan ucapan kakak-kakaknya.
"Sebentar... kau mengakuinya?" Raynold terlihat cukup terkejut seraya menoleh menatap ke arah Argeas.
"Apa kepalamu terbentur sangat keras hingga kau berubah seperti ini?" tanya pemuda berusia 16 tahun itu seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
"Sepertinya ia masih terkejut dengan kejadian itu." Sang kakak perempuan berucap. Sependapat bahwa ada yang salah dengan adik keduanya itu.
"Bisa jadi. Aku memang masih merasa sedikit lemas," balas Argeas yang mulai terlihat bingung dengan respon dari kakak-kakaknya.
"Mengejutkan sekali kau tidak marah-marah." Kembali Raynold seolah tidak percaya melihat adiknya itu.
"Benar. Jadi aneh rasanya." Maximus menambahi.
"Berhenti kalian. Jangan goda adik kalian seperti itu." Sang ibu segera memotong.
"Kalau kau memang belum sehat benar, kau bisa beristirahat di kamarmu. Kau boleh melewatkan makan malam bersama. Ayah akan minta Brigite membawakan makananmu ke kamar," ucap sang ayah kemudian.
"Kurasa tidak perlu, yah. Ar tidak terlalu lemah sampai harus makan di dalam kamar," balas Argeas sambil melanjutkan acara makannya.
"Woh, dia benar-benar berubah. Apa kau benar-benar Argeas?" Raynold kembali bereaksi. Yang dengan cepat dihardik oleh tatapan tajam dari sang ibu.
-
-
"Ya, aku memang sudah berubah. Karena aku harus bisa selamat melewati usia ke 17 tahunku," ucap Argeas saat ia sudah kembali berada dalam kamarnya.
"Apa karena ingatan dari kehidupan lamaku yang membuatku jadi merasa lebih dewasa?" Argeas bertanya-tanya dari tempat duduk di depan meja belajarnya.
"Kalau diingat-ingat memang kelakuanku selama ini sangat kekanak-kanakan dan egois."
"Tapi mulai sekarang semuanya harus berubah. Karena sekarang aku punya target untuk dicapai." Argeas mengangguk-angguk mencoba menyemangati dirinya sendiri.
"Pertama, aku harus mulai membuat rencana," ucapnya seraya mengeluarkan sebuah buku dan pena dari laci mejanya.
"Status!" Argeas mulai memeriksa kembali statusnya.
Dan kemudian muncul di hadapannya hologram Jendela Status. Sebuah papan berwarna biru gelap memanjang selebar 2 jengkal tangan dengan tulisan di atasnya.
.
[Argeas Danae] [14] [Laki-laki]
[ArcMage] [Lv 8]
HP 8.050
MP 16.880
Stamina [Fresh]
Title [Putra ke 4 Keluarga Danae]
.
[Skill Status]
[Combat Skills]
Horse Ride [E]
. ++++++++++++++++++++++ .
[Magic Skills]
Incarnation Magic [AA]
Accuration Magic [A]
Speed Cast [B+]
-
[Attribute Magic]
Fire [A]
Water [A]
Wind [A]
Earth [A]
.
[Ability Status]
[Combat Moves]
-Active-
None
-Pasive-
|Horse Riding| [B]
. ++++++++++++++++++++++ .
[Magic Spells]
-Active-
Fire Ball [A]
Earth Wall [A]
Ice Shard [A]
-Pasive-
None
. ++++++++++++++++++++++ .
[Non-Combat Ability]
Conjuration [B]
••Aura Detection
••Rune Write
. ++++++++++++++++++++++ .
[Special Ability]
None
[Ultimate Skills]
None
[Unique Skills]
• Divine Fate
• World Perception
.
"Hm... Tak kusangka aku memiliki Magic Point sebesar ini. Dua kali lipat dari Heath Point." Agreas terlihat mengangguk kecil.
"Sebelumnya aku tidak pernah memperdulikan angka-angka itu. Yang kuperdulikan hanya Ability Magic Spells."
Pemuda itu mulai membuka buku di hadapannya dan mulai mencatat sesuatu di atasnya.
"Tapi tidak mengherankan juga melihat Class ku yang memang [Arcmage]. Yang cenderung langka dimiliki oleh seseorang sejak lahir."
"Kalau tidak salah ingat, biasanya orang di dunia ini lahir dengan class dasar, antara [Mage], [Vigor], [Erudite], atau [Dweller]." Tangan pemuda itu masih terlihat sibuk melakukan coretan-coretan di atas buku kecil tersebut.
"Jelas [Mage] lebih unggul di sisi Magic. Dan [Vigor] lebih unggul di sisi Combat. Sementara [Erudite] lebih unggul di sisi Non-Combat. Kemudian yang terakhir [Dweller] yang rata dan tidak menonjol di segala sisi. Biasanya kalau dalam game, NPC yang memiliki status ini," ucapnya seperti tengah merinci sesuatu.
"Sebelum mendapat ingatan dari kehidupan lampau ini, aku merasa bahwa class [Arcmage] ini sangat luar biasa. Hingga aku tidak perlu bersusah payah untuk berlatih."
"Tapi setelah mengetahui apa yang akan terjadi, kurasa aku harus mulai serius berlatih. Atau aku tidak akan selamat."
Kemudian Argeas meletakan penanya di atas meja dan menyandar pada kursi seraya menengadahkan kepalanya menatap Jendela Status nya yang masih terpajang di udara di hadapannya. Seolah sedang mencari-cari inspirasi.
"Mungkin aku bisa memperdalam Combat Skills juga mulai sekarang. Kurasa class [Battle Arcmage] adalah pilihan yang menjanjikan untuk kenaikan class ku nantinya," ucapnya masih menatap Jendela Statusnya.
"Kemudian Unique Skills : [Divine Fate] dan [World Perception]. Aku tidak ingat pernah memilikinya. Dan aku juga tidak ingat jenis skill ini di dalam game."
"Skill apa ini sebenarnya? Apa dampak karena ingatan masa laluku yang terbuka? Kenapa tidak ada keterangan lebih tentang skill ini? Apa ini skill aktif, atau skill pasif? Atau hanya sekedar julukan?"
Argeas mengetukan penanya berulang kali ke atas meja sembari berpikir.
"Tapi harusnya sih, tidak. Karena bahkan Title biasa saja masih memiliki sedikit efek pada statusku.
"Ah, ku cari tahu nanti saja. Sekarang saatnya untuk membuat rencana," ucapnya seraya kembali menundukan kepala melakukan pencatatan.
.
Coretan pada buku Argeas :
(X) langkah pertama ~> harus kuat untuk menghadapi hero nantinya. | setidaknya lvl 50 ke atas.
(X) langkah selanjutnya ~> menjauhi Alexa si Cleric. Kalau bisa jangan berurusan dgn nya sama sekali.
(X) langkah terakhir ~> mulai merubah timeline (?)
.
"Hm... setidaknya dengan rencana ini, yang aku perlu adalah kekuatan yang lebih lagi." Pemuda itu mengamati kembali tulisannya.
"Sebentar, seingatku dulu ada skill yang bisa dipelajari melalui [Grimore] dan benda-benda tertentu," ucapnya kemudian berusaha mengingat-ingat.
"Ya, sepertinya aku harus mulai membuat daftar dan coba untuk membuat rencana berdasarkan daftar tersebut."
Dan Argeas pun mulai kembali menulis. Kali ini sedikit lebih rinci. Kebiasaan dari kehidupan lampaunya yang merupakan seorang analis saat harus mencari solusi sebuah masalah.
"Kurasa aku juga harus mulai mencari tahu tentang situasi yang sedang terjadi di luar sana. Dengan begitu aku mungkin bisa memperkirakan dimana posisiku sekarang dalam alur cerita utama game nya," ucapnya lagi seolah baru saja teringat.
-
Hari berikutnya Argeas mulai berkeliling kediamannya untuk mengumpulkan informasi. Sekaligus melakukan beberapa percobaan terhadap lingkungan sekitar.
"Meski aku sudah cukup hafal dengan seluk beluk kediaman ini, namun sebelum ini aku tidak pernah terlalu memperhatikan segala hal. Dan hanya perduli dengan apa yang ku anggap menarik kala itu," ucap Argeas menarasikan pemikirannya saat berjalan di koridor menuju halaman belakang.
Pemuda itu terlihat berjalan dengan perhatian lebih ke sekelilingnya. Dan ditambah dengan ingatan serta informasi dari masa lalunya, Argeas mulai mencari tahu dan melakukan pengamatan dengan lebih detail lagi.
Semua orang di kediaman keluarga Danae terlihat kebingungan mendapati perubahan yang cukup kentara dari tuan muda keempat mereka itu.
Setelah itu Argeas mendatangi tempat latihan para prajurit yang berada tak jauh dari kediamannya.
Memang keluarga Danae memiliki prajurit pribadi seperti layaknya bangsawan lain setara Viscont ke atas yang difungsikan sebagai penjaga wilayah mereka. Hanya saja tidak banyak dan tidak terlalu kuat dibanding prajurit tempur kerajaan.
"Ya, aku tahu kalian terkejut aku kemari," ucap Argeas kepada diri sendiri merespon pandangan kaget dan penasaran dari para prajurit juga pekerja yang melihatnya memasuki tempat latihan tersebut.
"Memang sebelum ini aku merasa bahwa class [Arcmage] ku itu sesuatu yang luar biasa yang bisa mengalahkan apapun yang ada di dunia ini. Hingga aku meremehkan pengguna Combat Skill," ucap Argeas yang kini seperti tengah menarasikan pemikirannya kepada orang lain. Yang nyatanya ia masih berbicara sendiri.
Kebiasaannya berbicara sendiri itu adalah kebiasaan dari masa lalunya yang tanpa sadar mulai terbawa. Kebiasaan yang terbentuk karena seringnya ia berada di rumah sendirian tanpa teman semenjak ia kecil hingga dewasa.
"Ada yang bisa saya bantu tuan Argeas?" Kepala tempat latihan itu menghampiri Argeas setelah melihatnya kebingungan mencari-cari sesuatu.
"Oh, Carl. Dimana aku bisa mendapatkan senjata?" tanya Argeas yang merasa terbantu dengan hadirnya Carl menawarkan diri.
"Senjata, tuan Argeas?" Pria dengan seragam prajurit bersimbol keluarga bangsawan Danae itu mengulang ucapan Argeas untuk memastikan.
"Benar." Argeas mengangguk cepat.
"Oh, baiklah. Lewat sini."
Dan Carl pun mengantar Argeas menuju ruang belakang tempat latihan tersebut.
Setelah diantar ke ruang penyimpanan senjata, Argeas pun ditinggal sendiri oleh Carl.
Kemudian Argeas mulai mengambil salah satu pedang dari raknya yang menggantung di dinding ruangan.
"Baiklah, saatnya mencari tahu," ucap bocah 14 tahun itu seraya mencengkeram gagang pedangnya dengan sedikit canggung.
Karena baik di kehidupan ini maupun di kehidupannya yang lalu, ia belum pernah benar-benar menggenggam atau bahkan menggunakan sebuah pedang.
Kemudian bocah 14 tahun itu melakukan tebasan kecil.
"Oh, benar ternyata. Hanya dengan melakukan tebasan menggunakan pedang saja sudah muncul [Sword Stance] pada status Combat Skills ku. Meski tingkatannya hanya E saja," ucap Argeas setelah memeriksa kembali jendela statusnya.
"Itu berarti aku tinggal melakukan latihan seperti ini untuk meningkatkannya," ucapnya mengambil kesimpulan.
Dan setelah itu Argeas kembali mencoba beberapa kali ayunan sebelum mengganti senjatanya dengan yang lain.
Meski hal itu membingungkan orang-orang yang melihatnya, namun tak ada seorang pun yang coba untuk mencegah atau melarang Argeas.
Dan di penghujung hari ia sudah mendapat beberapa Combat Skill dan Combat Moves. Seperti halnya : [Spear Stance], [Slashing], serta [Trusting].
-
-
Argeas kembali duduk di depan meja belajarnya dengan pena siap di tangan.
"Setidaknya di luar sihir dan sistemnya, seluruh aspek dalam dunia ini serupa dengan duniaku sebelumnya. Baik secara hukum alam, dan bahkan pengetahuan umumnya."
Pemuda itu mengetukan penanya ke atas meja. Kebiasaan lain yang juga mulai terbawa semenjak ingatannya terbuka.
"Jadi sekarang yang jadi masalah adalah sihirnya. Bagaimana sebenarnya sistem sihir ini bekerja?" Pertanyaan yang biasa ia tanyakan saat mencoba mengurai suatu masalah.
"Atribut Magic atau jenis sihir di dunia ini ada 11 secara total. Dibagi menjadi 4 kategori. Yaitu;
"Elemental Magic, yang terdiri dari 4 sihir elemen. Seperti Fire, Water, Wind, dan Earth.
"Kemudian Aether Magic, yang terdiri dari 3 sihir. Spatial, Spirit, dan Mind.
"Setelah itu Karma Magic yang terdiri dari 2 sihir yang saling bertolak belakang. Holy dan Dark.
"Dan yang terakhir sihir turunan. Yang berupa penggabungan dari tiga atribut atau lebih."
"Lalu dari latihan fisik, hanya akan meningkatkan nilai dari HP dan stamina statusku saja. Sedang untuk meningkatkan nilai MP aku hanya perlu berlatih pengaturan Aura." Argeas menjedah ucapannya dengan melakukan beberapa ketukan pena ke atas meja.
"Ya, Aura yang merupakan bentuk dari kekuatan sihir abstrak. Mungkin ini seperti Mana dalam istilah game pada umumnya. Epic Tale of Noxius memang tidak pernah menyebutkannya." Kembali bocah 14 tahun itu menjedah.
"Nah, sekarang giliran cara agar aku bisa mendapat atribut sihir dasar? Terutama yang di luar class ku? Apa aku masih harus menggunakan semacam [Grimore] atau [Scroll] tertentu?"
"Seingatku di dalam gamenya, untuk memperoleh Magic Skill dan Magic Spell player hanya perlu meng-equip-kan item-item tertentu sesuai dengan kebutuhan. Tapi dalam kenyataannya sekarang, tidak ada pilihan equip sama sekali." Argeas menyandarkan tubuhnya ke penahan kursi.
"Apa aku hanya perlu melakukan sesuatu menggunakan item-item tersebut sama seperti caraku mendapatkan Combat Skill?" ucapnya menduga-duga. "Sepertinya kucoba saja besok pagi," lanjut pemuda itu kemudian.
-
-
-
Dan tidak menunggu lebih lama, jadwal Argeas di keesokan harinya adalah mencari petunjuk di perpustakaan keluarga.
Terlihat sang adik sudah berada dalam perpustakaan itu saat Argeas tiba. Beberapa jam setelah sarapan.
"Oh, kau ada di sini Lux?" Argeas terlihat sedikit terkejut.
Sosok dari adik perempuan Argeas ini seperti versi mungil dari ibunya. Matanya juga berwarna biru kecoklatan, dengan rahang yang meruncing.
"Benar. Aku sedang membaca buku dongeng," jawab gadis 10 tahun itu tanpa menarik pandangan dari buku bacaannya.
Sebelumnya Argeas memang tidak terlalu perduli dengan saudaranya yang lain. Hingga ia samar mengingat kalau adiknya itu memang sangat suka membaca. Bahkan sejak usianya baru menginjak 8 tahun.
"Kau membaca dongeng sendiri?" Argeas yang terpengaruh oleh ingatan masa lalunya yang selalu mendambakan sebuah keluarga yang utuh itu terlihat bersemangat dan segera menghampiri sang adik.
Namun sang adik, Luxia, malah terlihat kebingungan seraya menatap Argeas.
"Apa yang sedang kakak lakukan di tempat ini?" tanyanya seolah berusaha untuk mencegah Argeas mendekat.
'Ah, anak kecil yang sudah berada dalam dunianya sendiri," batin Argeas menghentikan langkahnya mendekati Luxia.
"Kakak sedang mencari [Grimore] di perpustakaan ini. Apa kau tahu tempatnya?" tanya Argeas yang sadar bahwa ini kali pertama ia memasuki perpustakaan dengan tujuan untuk membaca sesuatu.
Ia tidak tahu apapun tentang seluk beluk perpustakaan tersebut.
"Kumpulan buku sihir ada di rak ujung sebelah selatan." Luxia memberi arahan.
"Terima kasih, Lux," ucap Argeas yang kemudian bersiap untuk menuju ke rak di ujung ruangan.
Sedangkan mendengar ucapan Argeas barusan membuat Luxia segera mendongakkan wajahnya menatap dengan penasaran ke arah kakak laki-lakinya itu.
"Kenapa?" Argeas yang terkejut bertanya.
"Bukan apa-apa," balas Luxia kemudian sebelum kembali menundukan kepalanya menghadap buku yang ada di atas pangkuannya.
'Apa dia benar-benar gadis berusia 10 tahun? Pembawaannya suram dan dewasa sekali," batin Argeas seraya berajalan ke ujung ruangan.
Dan setelah itu Argeas mulai melakukan percobaan dengan segala jenis buku sihir dan juga [Grimore] yang tersimpan dalam rak tersebut.
"Sepertinya memang beginilah cara mendapat Attribute Magic dan Magic Spell," ucap Argeas yang kini baru saja mendapat Attribute Magic baru [Mind], dan Magic Spell baru [Mental Focus].
Kemudian sisa hari itu Argeas habiskan dengan membaca serta melakukan percobaan lain di dalam perpustakaan tersebut.
-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
ion arashi
siap mengikuti novel analisis
2023-07-09
0