Perayaan

Beberapa minggu kemudian Argeas kembali ke Reruntuhan Kuno {El-Bara} untuk melanjutkan penjelajahannya dari Titik Aman di ruang terakhirnya melawan Phrekyos.

Batu berpahat Rune yang diambil Argeas saat penjelajahan sebelumnya itu membuatnya langsung berteleportasi ke ruangan tersebut tepat dari gerbang depan.

Dan setelah mengembalikan tersebut ke tempatnya, Argeas pun kembali melanjutkan penjelajahannya ke area yang lebih dalam lagi.

.

Tepat sebelum matahari tenggelam, Argeas sudah berhasil membersihkan satu area lagi dari reruntuhan tersebut. Dan kali ini ia mendapat [Belphegor's Ring].

Cincin dengan jenis sihir pengorbanan, yang memberi ketahanan sempurna terhadap Attribute Magic [Dark]. Terutama pada Magic Spell [Curse]. Namun sebagai gantinya, akan memotong seluruh status pengguna menjadi setengahnya.

Untuk saat ini ia hanya menyimpan cincin sihir tersebut dalam Spatial Storage nya.

Dan masih perlu 8 kali penjelajahan lagi sebelum akhirnya Reruntuhan Kuno itu berhasil Argeas taklukan secara penuh.

Yang kemudian menghadiahinya dengan sebuah jubah sihir [Robe of Ivalna], diluar 8 lainnya yang ia peroleh di setiap kali menyelesaikan area dalam reruntuhan tersebut. Yang tidak terlalu penting dan tidak ia butuhkan untuk sekarang.

Disela kegiatannya menjelajah Reruntuhan Kuno, Argeas juga menyempatkan untuk mempelajari hal lain yang berguna untuk penjelajahannya tersebut.

Dan kebanyakan adalah Non-Combat Ability. Seperti [Appraisal], karena ia harus mengenali beberapa jenis material yang ia temukan saat melakukan penjelajahan.

Kemudian [Material Searching], yang jelas untuk menemukan material yang ia butuhkan. Karena setelah nanti ia mendapat [Grimore] Alchemy, maka ia bisa segera membuat ramuan sendiri. Yang akan menghemat banyak uang untuk membeli Potion dan Elixir.

Kemudian tidak ketinggalan juga skill [Camouflage]. Yang membuatnya dapat menghilangkan suara langkah kaki dan menyaru dalam kegelapan. Membuatnya mudah mengendap melewati monster, atapun menyergapnya

.

.

Dan setelah lewat nyaris tiga bulan, kini level Argeas pun sudah mencapai angka 52 dan satu Ultimate Skill baru telah didapat. Yaitu [Multi Cast].

Bersamaan dengan itu hari perayaan ulang tahunnya pun hanya tinggal menghitung hari saja.

-

-

Akhirnya pesta perayaan ulang tahun Argeas pun digelar.

Dan bertolak belakang dari keinginannya, pesta perayaan itu dibuat dengan sangat meriah dan besar-besaran. Mengundang hampir seluruh bangsawan Kerajaan Pusat.

Kakak perempuan dan kakak laki-laki Argeas yang sedang berada di asrama akademi pun meminta ijin pulang demi menghadiri pesta perayaan tersebut.

Dan harusnya Argeas akan merasa sangat senang dan bangga akan pesta perayaannya itu. Namun karena kini pemikirannya sudah setara pemuda berusia 25 tahun, maka semua ini terasa norak dan kekanak-kanakan baginya.

Dan juga cukup menjemukan karena ia harus menyapa banyak tamu yang tidak ia kenal.

Bukannya Argeas tidak suka mengenal dan berbincang dengan banyak orang baru, tapi ia merasa jengah karena tema pembicaraannya selalu sama dan diulang-ulang sepanjang hari.

Terutama tentang class [Arcmage] nya yang jelas sangat jadi sorotan.

Hanya beberapa tamu penting yang tidak membicarakan hal yang sama. Tapi lebih banyaknya mereka berbicara tentang sang ayah, politik, dan hubungan antar bangsawan. Hal yang bukan benar-benar mengenai dirinya.

.

"Hei, Ar. Kemarilah, ayah ingin kau bertemu dengan seseorang," panggil sang ayah saat Argeas tengah berjalan menuju ke ruang tengah untuk menghindari beberapa tamu yang cukup membuatnya pusing.

Namun panggilan ayahnya itu tidak bisa tidak ia hiraukan. Dan mau tak mau Argeas pun menuju ke tempat sang ayah.

Terlihat seorang pria berdiri di sebelah sang ayah. Berambut perak disisir rapi ke belakang, dengan wajah yang terlihat tegas. Perawakannya gempal yang seolah memancarkan sebuah otoritas. Karisma pria itu mengalahkan karisma ayahnya.

"Perkenalkan, Ar. Beliau adalah Marquis Lavis." Sang ayah memperkenalkan pria itu sebagai seorang Marquis.

'Pantas saja sosoknya terlihat mengintimidasi. Seorang Marquis ternyata,' batin Argeas.

Marquis adalah status kebangsawanan yang berada dua tingkat di atas Viscount. Tingkatannya setara dengan Duke. Satu tingkat di bawah raja. Hanya saja bedanya dengan Duke, Marquis menguasai wilayah perbatasan. Yang membuatnya sedikit lebih tinggi tingkatannya dibanding Duke dalam segi otoritas dan wilayah.

"Salam kenal Marquis. Saya Argeas Danae. Putra ke empat keluarga Danae," balas Argeas memperkenalkan diri dengan sopan.

"Kau tumbuh menjadi pemuda yang gagah, Ar. Selamat telah memasuki usia dewasa," ucap sang Marquis dengan suara beratnya. Yang sangat sesuai dengan penampilannya.

"Terima kasih, Marquis," balas Argeas dengan sopan.

"Dari yang kudengar disamping memiliki class yang sangat langka, kau juga berlatih seni berpedang dan memanah?" tanya sang Marquis memulai perbincangan.

'Sepertinya ayah membanggakanku sebelum ini,' batin Argeas.

"Saya hanya merasa perlu untuk mengerti cara mempertahankan diri di saat nanti saya tidak dapat mengandalkan kemampuan sihir saya, Marquis." Argeas mencoba menjawab dengan sebaik-baiknya.

Karena Argeas tahu, ia harus mengambil simpati Marquis demi ayahnya. Meski mungkin tidak signifikan sampai bisa membuat ayahnya naik tingkat, namun setidaknya bisa menjaga martabat dan tidak mempermalukannya.

"Wah, untuk seorang yang baru berusia 15 tahun, pemikiran itu sangatlah bijak," jawab sang Marquis terlihat cukup terkesan.

"Memang kita tidak bisa hanya bertumpu pada berkat yang diberikan pada kita saja. Kita memang harus selalu mempersiapkan diri dari kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi," lanjut pria berbadan gempal itu memberi nasihat.

"Saya juga berpikir demikian, Marquis," lanjut Argeas masih mencoba mencuri hati sang Marquis.

"Putramu benar-benar seperti yang kau ceritakan, Gerld." Marquis menepuk pundak sang ayah. Terlihat puas.

"Saya hanya beruntung karena memiliki keluarga yang mendukung dan menyediakan apa yang saya perlukan." Argeas menjawab.

"Kau adalah generasi yang sangat diperlukan untuk mempertahankan Kerajaan Pusat ini." Kali ini sang Marquis menepuk-nepuk pelan pundak Argeas.

"Argeas berencana menjadi seorang [Battlemage] setelah dewasa nanti," timpal ayah Argeas yang tampaknya masih belum cukup membanggakan putranya.

"Oh, benarkah? Kau berencana menjadi [Battlemage] setelah dewasa nanti?" tanya sang Marquis dengan tatapan tertarik.

"Saya berencana untuk bekerja di Istana setelah selesai pendidikan Akademi saya," jawab Argeas.

"Oh, jangan bekerja dalam Istana. Bakatmu akan sia-sia di wilayah damai seperti itu," sahut sang Marquis dengan cepat seraya menggelengkan kepalanya.

'Apa Marquis tidak menyukai istana?' Argeas membatin. 'Keluarga Lavis... berarti menjaga wilayah perbatasan timur,' pikirnya lagi sebelum mulai berucap.

"Sepertinya anda benar, Marquis. Mungkin saya perlu berada di perbatasan timur yang berbatasan langsung dengan wilayah Menara Kegelapan." Argeas pun berucap.

Pengalamannya sebagai pekerja kantoran di kehidupan lalu, membuatnya terbiasa untuk mengambil hati seseorang.

"Kemampuan saya akan lebih dibutuhkan disana. Karena saya dengar para monster mulai melakukan tekanan ke wilayah kerajaan sejak beberapa tahun terakhir ini," lanjut bocah yang baru genap berusia 15 tahun itu.

"Oh, kau tahu tentang hal itu juga?" Kembali sang Marquis dikejutkan dengan pengetahuan Argeas tentang wilayah di luar wilayah ayahnya.

"Argeas memang suka sekali belajar, Marquis." Ayah Argeas kembali terlihat bangga membicarakan putranya itu. "Dia juga melakukan pembelajaran privat di bidang Politik, Budaya, dan bahkan Militer."

"Oh, benarkah? Apa kau tertarik dengan hal itu juga?" Wajah ketertarikan sang Marquis sudah tidak dapat ditutupi lagi.

"Saya hanya ingin lebih paham mengenai Kerjaan Pusat ini, Marquis," jawab Argeas jujur.

"Aku jadi tidak sabar untuk menantikan kau dewasa. Datanglah ke wilayah Lavis saat kau selesai akademi nanti... oh, tidak. Jangan. Jadilah menantu keluar Lavis," ucap sang Marquis seraya tertawa.

Kali ini Argeas hanya tersenyum canggung. Ia tidak tahu harus menjawab apa dalam situasi seperti ini.

Dan kemudian perbincangan pun berlanjut dengan Argeas yang mampu mengimbangi semua topik yang diangkat oleh sang Marquis. Dampak dari pembelajaran privatnya tentang hal umum, yang dipadu dengan pengetahuannya tentang seluk beluk dalam game.

-

Siang harinya setelah Argeas selesai berbicara dengan Marquis Lavis, ia pun segera menuju ke pekarangan belakang kediamannya untuk melarikan diri sekaligus beristirahat.

Namun tak berlangsung lama, terlihat rombongan pemuda pemudi datang menghampirinya.

Itu adalah teman-teman kakak perempuannya, Regina. Murid Akademi tahun ketiga.

Terlihat pula sang kakak bersama mereka.

"Selamat ulang tahun, Argeas," ucap seorang gadis dengan rambut pirang bergelombang, salah satu dari teman sang kakak memberi selamat kepada Argeas.

"Terima kasih." Argeas tidak mengenal satupun dari mereka.

"Kenalkan, Ar. Teman-temanku." Sang kakak kemudian memperkenalkan kelima temannya itu.

"Perkenalkan aku Sophie." Gadis yang memberinya ucapan selamat tadi mengenalkan diri terlebih dulu. Terlihat sikapnya sangat supel dan bersahabat.

"Aku Arthos. Kita memiliki panggilan yang sama Ar," sahut pemuda dengan potongan rambut cepak bersikap santai pada Argeas.

"Kau bisa memanggilku Jeda." Kali ini pemuda jangkung dengan rambut kuning kemerahan yang bicara.

"Dan yang ini Jack," lanjut pemuda jangkung itu memperkenalkan pemuda lain di sebelahnya.

"Hei, Ar." Pemuda dengan postur tegap dan wajah yang terlihat menawan melambai kecil dari samping Jeda.

"Lalu yang ini Ashley," tambah sang kakak yang mengenalkan seorang gadis di sebelahnya.

"Salam kenal, Ar." Gadis yang menggunakan bando dengan bunga di bagian ujungnya itu menyapa Argeas dengan malu-malu.

'Oh, Ashley? Apa mungkin dia Ash salah satu dari teman dari Alexa sang [Cleric]?' Argeas membatin.

'Sepertinya aku harus menjauhinya. Bahaya kalau nanti aku kembali terhubung dengan si Hero.'

"Salam kenal semua. Terima kasih telah mau menyempatkan diri datang ke pesta perayaan ini," ucap Argeas kemudian seraya mengangguk dengan sopan.

"Oh... adikmu manis sekali, Re," ucap Sophie setelah mendengar balasan Argeas. "Siapa dulu yang bilang dia anak yang kasar?" lanjutnya lagi seolah sedang marah kepada seseorang yang telah salah memberinya kabar.

Argeas hanya tersenyum canggung mendengar ucapan Sophie.

"Apa kau benar-benar memiliki class [Arcmage], Ar?" tanya Jack kemudian.

Terlihat alasan pemuda itu menghampiri Argeas adalah untuk menanyakan tentang hal tersebut.

'Ya, akhirnya muncul juga pertanyaan ini,' batin Argeas dengan sedikit malas.

"Benar." Argeas menjawab dengan singkat.

"Itu berarti harusnya kau jauh lebih hebat dari kami yang hanya class [Mage] ini, kan? Meski kami lebih tua dan memiliki level lebih tinggi dari mu." Jack melanjutkan ucapannya.

"Tidak juga," jawab Argeas yang ingin segera menyudahi topik pembicaraan tersebut.

"Bagaimana kalau kita buktikan?" Tampaknya Jack punya pemikiran lain.

"Sudah jangan cari masalah, Jack," sahut kakak Argeas cepat.

"Apa kau mengkhawatirkan adikmu, Re?" tanya Jack kepada Regina. "Dia memiliki class yang jauh lebih tinggi tingkatannya dibanding kita. Harusnya dia akan baik-baik saja. Benar, kan?"

"Dia masih 15 tahun, Jack." Kali ini Sophie yang berucap. Mencoba melarang niatan temannya itu.

"Tapi bila dilihat dari sisi class, berarti jadinya seimbang, dong?" balas Jack belum mau kalah.

"Dan dari yang kudengar katanya kau cukup percaya diri, Ar. Bagaimana kalau kita berduel sihir," lanjutnya kemudian dengan sebuah tantangan.

"Jack!" Regina terlihat tidak terima.

Argeas bahkan belum sepenuhnya mengerti apa yang sedang mereka bicarakan saat sang kakak kembali berucap.

"Jangan lakukan, Ar," larang sang kakak kemudian.

"Ayolah Re, ini bisa jadi pengalaman yang berharga. Baik untukku, juga untuknya. Jangan terlalu melindunginya seperti itu," ucap Jack mencoba meminta persetujuan dari Regina.

"Apa kau sudah gila melawan anak yang bahkan belum memasuki akademi untuk berduel." Terlihat Regina masih tetap dengan keputusannya.

"Ini hanya pertandingan persahabatan saja. Tidak akan ada yang terluka dalam duel ini. Aku janji." Jack juga masih tidak mau menyerah.

"Kau juga pasti ingin melakukannya, bukan? Ar?" lanjutnya seolah sedang meminta dukungan dari Argeas.

"Terima saja, Ar." Tiba-tiba terdengar ucapan seseorang dari belakang Argeas.

Kemudian terlihat Raynold, kakak ketiga Argeas berjalan mendekat.

"Apa yang kau katakan, Ray?! Ibu bisa marah karena hal ini." Regina menyanggah Raynold.

"Jangan kuatir, Kak. Ibu baru akan marah kalau Ar terluka," balas Raynold dengan menekankan kata 'kalau' dalam ucapannya.

"Dan aku rasa bila hanya berduel dengan murid akademi saja, dia tidak akan kalah. Benar kan, Ar?" lanjutnya seraya menepuk pundak Argeas.

"Woo... Ray, aku suka kepercayaan diri terhadap adikmu itu," sahut Jack dengan tersenyum lebar. Karena merasa memiliki dukungan kali ini.

"Jadi bagaimana, Ar?" lanjut Jack masih terlihat berusaha. "Kita bisa memasang sihir pelindung dan melakukan duel sihir yang hanya menjatuhkan lawan saja," ucapnya memberi tawaran.

Sedang Argeas hanya diam menatap Regina dan Raynold secara bergantian dengan bimbang dan cemas.

Dalam hati sebenarnya Argeas tidak ingin melawan Jack. Bukan karena dia takut, tapi lebih karena dia tidak ingin situasi menjadi runyam.

Meski usianya 3 tahun di bawah Jack, namun perbedaan level mereka nyaris 30 lebih. Belum dengan perbedaan class mereka.

Karena secara umum, class [Mage] baru akan berubah setelah melewati level 30. Dan akan berubah lagi setelah melewati level 50.

Dan itu berarti Argeas sudah berganti class dua kali sementara lawannya sekalipun belum.

Dan melihat kebimbangan Argeas, Raynold pun berbisik ke telinga sang adik.

"Dengar, Ar. Pemuda dari keluarga Garland itu sangat menjengkelkan. Aku tidak suka. Dan bila kau menolak duelnya sekarang, maka dia akan terus mengganggu kak Regina di akademi nanti. Jadi lawan saja dia. Dan kalahkan."

Raynold terlihat tidak memiliki keraguan sama sekali bahwa Argeas akan kalah dalam duel tersebut.

Karena meskipun dia sering sekali menggoda Argeas dan tidak suka dengan sikap dan perlakuan ibunya kepada sang adik tersebut, namun Raynold tahu dengan pasti kemampuan yang dimiliki Argeas sedari dia kecil.

"Tapi?" Argeas masih terlihat ragu.

"Sudah, kalahkan dengan telak dan jangan beri ampun. Kau mengerti," perintah Raynold dengan masih berbisik.

Kemudian kakak ketiga Argeas itu mengedipkan sebelah matanya sebagai pertanda.

"Baiklah, Ar menerima tantangan duel tersebut," ucapnya kemudian. "Kita pindah ke tempat latihan saja. Lebih luas dan lebih sepi," ujarnya kemudian memberi saran.

Dan kemudian mereka pun pindah ke tempat latihan para prajurit.

.

Kedua peserta duel pun mulai melepas peralatan sihir mereka setibanya di tempat latihan tersebut. Mengikuti aturan dasar duel sihir Kerajaan Pusat.

"Kau tidak diperbolehkan mengenakan satu pun perlengkapan sihir. Termasuk cincin itu," ujar Jeda memberi tahukan aturan berduel yang mungkin belum diketahui Argeas, saat ia melihat bocah 15 tahun itu malah mengenakan satu cincin baru di tangan kirinya.

'Ah sial, ketahuan. Kupikir tadinya aku akan memasang cincin ini diam-diam untuk keamanan,' batin Argeas yang sedikit kesal karena rencana rahasianya terbongkar.

"Bukankah itu [Belphegor's Ring]? Cincin yang mengurangi status menjadi setengahnya?" Arthos mengenali cincin yang baru saja dikenakan oleh Argeas itu.

'Benar. Setidaknya level ku akan terpotong jadi 26 bila menggunakannya,' sewot Argeas dalam hati.

"Wah, kau ingin membuatku malu dengan melakukan pembatasan seperti itu, Ar? Lepas saja. Tidak apa-apa. Kita akan bermain adil disini," ucap Jack dengan segera setelah mengetahui hal tersebut.

"Class [Arcmage]mu dengan pengalaman di usia ku sekarang. Adil bukan? Jadi tidak perlu adanya pembatas sama sekali. Kita juga akan menggunakan pakaian pelindung sihir dan tongkat sihir standar dari akademi. Jadi jangan kuatir akan terjadi hal buruk dalam duel ini." Jack mencoba meyakinkan Argeas.

'Sudahlah, aku tidak mau ambil pusing,' pasrah Argeas dalam batin. Dan kemudian melepas cincin sihir yang terbuat dari obsidian itu.

-

Terlihat semua orang berdiri sedikit jauh di belakang Jack dan Argeas dalam jarak yang aman, saat keduanya sudah bersiap.

Kemudian terdengar suara Raynold berteriak. "Ya, mulai!"

Dan begitu kata 'Mulai' terdengar, Jack segera mengeluarkan serangan Magic Spell nya [Flare Orb] ke arah Argeas tanpa ragu.

Sebuah bola api yang jauh lebih besar dan lebih membara dibandingkan Magic Spell [Fire Ball] meluncur cepat dari tongkat sihirnya.

Sedang Argeas dengan Skill [Instant Cast] nya mengaktifkan Magic Spell [Ice Shard]. Dan bersamaan dengan itu ia juga menggunakan Skill [Parallel Cast] untuk mengaktifkan Skill yang baru saja ia dapat saat mencapai level 50, [Multi Cast], untuk mengaktifkan dua Magic Spell secara bersamaan. [Wind Cutter] dan [Earth Wall].

Dan karena semua Magic Spell tersebut diaktifkan dengan nyaris bersamaan, membuat Argeas seolah mengeluarkan 3 Magic Spell secara berurutan tanpa jedah.

Pertama peluru es [Ice Shard] yang Argeas tembakan itu untuk menghadang serangan lawan, [Flare Orb].

Bertemunya dua sihir dengan elemen yang saling bertolak belakang itu menimbulkan ledakan asap yang cukup tebal di antara Argeas dan pemuda itu.

Namun nyaris tak berjedah, melucur [Wind Cutter] mengarah tepat ke pelindung perut Jack. Yang karena tidak terduga hingga tak sempat dihindari.

Belum juga Jack merespon rasa sakit yang ditimbulkan dari pisau udara yang memukul perutnya dengan telak itu, Magic Spell terakhir Argeas, [Earth Wall], memunculkan sebuah tembok batu tepat dari bawah tempat pemuda itu berpijak, hingga membuat pemuda itu terlempar ke atas, berputar di udara, dan kemudian mendarat ke lantai keras tepat di sebelah tembok batu tersebut.

Semua orang terdiam melihat kejadian yang hanya berlangsung dalam sepersekian detik itu tanpa bisa bereaksi. Sesunyi sosok Jack yang masih belum bergerak dari posisinya.

Baru setelah tembok batu itu kembali turun ke tanah, terdengarlah suara tepukan tangan dari arah penonton. Itu pun dari Raynold.

"Sekarang kalian percaya bukan, bahwa class itu segalanya. Bahkan pengalaman selama 3 tahun pun tidak ada artinya," ucap Raynold kemudian.

"Terlebih dengan bocah itu. Dia bahkan belajar berpedang dan memanah. Aku saja ragu bisa menang melawannya berduel pedang," lanjut putra kedua keluarga Danae itu yang tidak jelas apakah sedang berkata jujur atau hanya cemoohan yang sengaja ia lontarkan.

Sementara Argeas sendiri baru sadar dan merasa bersalah saat melihat Jack masih tergeletak di tempatnya terjatuh.

Insting bertarung Argeas yang mulai berkembang sejak penjelajahannya ke dalam reruntuhan itu membuatnya bergerak di luar sadar untuk bertahan dari serangan monster, dan melakukan serangan balasan.

"Harusnya kau biarkan dia tetap menggunakan [Belphegor's Ring] tadi. Sudah, ayo balik. Ibu akan marah kalau kau hilang cukup lama dari pesta Ar," ucap Raynold seraya berjalan keluar dari tempat latihan itu mendahului yang lain.

Dan sementara yang lain mencoba memeriksa keadaan Jack, Regina berjalan mendekati Argeas.

"Kau tidak apa-apa, kan?" tanya sang kakak kemudian.

"Maaf, kak. Aku tidak bermaksud untuk tidak mendengarkan perkataan kakak. Atau pun ingin melukai teman kakak itu," ujar Argeas dengan jujur.

"Jangan kuatir. Tidak apa asal kau tidak terluka. Kalau dia? Dia sudah sadar akan akibatnya saat menantangmu berduel. Jadi jangan terlalu dipikirkan," balas sang kakak yang sudah terlihat lebih santai.

Argeas hanya mengangguk menanggapi ucapan kakak perempuannya itu.

"Sudah berbenah sana. Dan segera kembali ke rumah. Ibu akan marah bila tidak melihatmu nanti," perintah sang kakak seraya berjalan menyambangi Jack yang masih tergeletak.

"Baik." Argeas kembali mengangguk.

-

Terpopuler

Comments

Reksa Nanta

Reksa Nanta

Class ArcMage kan harusnya ?

2023-07-20

0

Reksa Nanta

Reksa Nanta

Ada juga rambut yang berwarna seperti ini ? Hahaha

2023-07-20

0

ion arashi

ion arashi

awal masalah, awal petualangan. Lanjuut

2023-07-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!