Bab 2 Chocochip

Selesai sarapan dan yang lain mulai bubar meninggalkan meja makan, tersisa Hana dan Yang Mulia Kaisar Akira serta Pangeran Akihiro didalam ruangan ini.

"Kudengar kakimu telah membaik, Putri Mahkota," Kaisar berujar membuka percakapan.

"Ya Yang Mulia, kaki hamba sudah baik-baik saja," sahut Hana.

"Kau tidak akan kabur lagi menghadapi perjodohan ini bukan," pernyataan itu membuat sang gadis mengerjap. Perjodohan apa? "Kau diam berarti sudah memikirkan ini dengan baik. Tidakkah kau sadar bahwa kau terluka terkena duri beracun itu adalah teguran karena kau menentang keinginan orang tuamu," sambung Kaisar. Matanya menyipit memperhatikan sang anak yang nampak diam.

"Maaf Yang Mulia, perjodohan apa yang Anda maksud?" tanya Hana. Gadis itu sama sekali tidak mengerti maksud sang Kaisar.

"Kau melupakan acara perjodohan ini?"

Sebelah alisnya terangkat. "Aku bahkan tidak mengerti,"

"Kau hilang ingatan. Aku akan meminta Tabib Suzu untuk memeriksamu," ucap Yang Mulia. Hana terpana mendengar ucapannya.

"Aku permisi dulu Yang Mulia," kata Pangeran Akihiro.

Kaisar mengangguk. Hanya tertinggal ayah dan anak yang jiwanya telah berganti itu berdua di ruang makan ini.

"Hana kembali ke paviliunmu, Ayah akan kesana nanti,"

"Baik Yang Mulia,"

-

Melihat tuannya telah tiba Jonka bergegas mendekati lalu memberi hormat. Hana hanya mengangguk setelahnya.

"Aku ingin memakan biskuit manis, apa ada?" tanya sang gadis padanya yang beriringan langkah.

"Ada Putri Mahkota, sebentar," Jonka berjalan meninggalkannya menuju dapur, sementara dirinya meneruskan langkah menuju kamar.

Jonka datang membawa nampan berisi satu keranjang biskuit, satu teko teh dan sebuah cangkir.

Membuka kain penutup keranjang itu Hana hanya melihat tumpukan biskuit biasa.

"Tidak ada chocochip ya?" ucap Hana tanpa sadar sambil memakan biskuit itu.

"Apa? Kip apa Putri?" Jonka bertanya dengan raut wajah bingung.

"Ah, bukan apa-apa Jonka, oh iya bisa kamu siapkan gula halus, susu bubuk, dan coklat bubuk di dapur, aku ingin memasak," pintanya.

"Tuan Putri ingin apa, biar aku yang membuatkannya,"

Gadis berambut hitam itu hanya menggeleng agar dayangnya segera mengerjakan yang dia pinta.

Jonka keluar dari ruangan dan pergi entah kemana untuk mencari keperluan sang Putri.

Satu jam menunggu dia kembali masuk kedalam kamar setelah mengetuk pintu.

"Tuan Putri semua sudah siap di dapur,"

Hana mengangguk dan bangkit membiarkan Jonka merapikan meja kecil tempatnya makan biskuit tadi.

Sampai di dapur sudah ada beberapa mangkok berisi bubuk yang diinginkan. Dua bubuk berwarna putih satu berwarna coklat. Hana mencicip yang berwarna putih agar bisa membedakannya.

"Yang sebelah kanan susu Putri," ucap Jonka sambil menyimpan sisa biskuit yang tidak termakan dibelakangnya.

"Iya," sahutnya yang telah mencicip mangkok sebelah kiri dan yang terasa adalah gula.

Matanya bergerak mencari barang yang diperlukan. Dia mengambil mangkok dan sendok lalu meminta Jonka untuk mengambil air hangat.

"Ini Putri,"

Memasukkan susu bubuk dan gula halus Hana mengaduk meratakannya perlahan, lalu menambahkan dengan coklat bubuk. Setelah semua rata baru dia memegang gelas air itu dan merasakan suhunya.

"Bisa tambahkan sedikit lagi air hangatnya? Ini masih dingin," ucapnya.

Jonka mengangguk dan mengambil air panas lagi dan mengisinya sedikit kedalam gelas.

"Cukup," ucapnya.

Menuang air perlahan menggunakan sendok dan mengaduknya hingga tercampur sempurna, cara membuat chocochip telah Hana hapal diluar kepala karena setiap hari harus membuatnya sebagai pelengkap menu makanan di cafe.

"Boleh minta selembar kain bersih dan selembar kertas minyak?" tanya Hana pada Jonka.

"Kenapa Putri meminta padaku, semua barang di dapur ini adalah milik Putri," ucapnya sambil mengambilkan apa yang diingankan oleh sang Tuan Putri.

Gadis itu hanya tersenyum. Mengambil sebuah baki dan menghamparkan kain yang diberikan Jonka, lalu melipat kertas minyak menjadi seperti kertas segitiga. Sebenarnya itu tidak terlalu cocok, tapi untuk saat ini dirinya belum melihat kantong plastik kemana pun melangkah sehingga dia takut Jonka tidak mengerti dengan yang ia pinta.

Kertas segitiga dari kertas minyak telah siap, memasukkan adonan kedalam kertas segitiga darurat yang dibuat barusan. Benar saja air itu menyerap sedikit demi sedikit, tapi dia berusaha kerja secepat mungkin agar adonan chocochip tidak kering didalam. Tangannya sedikit belepotan dengan coklat.

Beres sudah choco chip yang dibuat tinggal menunggu kering dan mengeras maka dia bisa meminta Jonka untuk membuatkan chocochip cookie, itu adalah kue kering favoritnya.

"Taruh ini ditempat aman, jangan sampai dihampiri semut, besok bikinkan aku biskuit adonannya tambahkan itu agar lebih enak," ucapnya pada Jonka.

"Baik Putri," sahutnya.

-

Sore ini didalam kamar Hana menatap taman dari jendela. Pikirannya melayang pada kehidupan yang sebelumnya. Apa yang terjadi malam itu? Apa tubuhnya mati tak mampu bertahan sehingga jiwanya pergi ke masa ini. Dia benar-benar ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya.

"Yang Mulia Permaisuri Azusa dan Yang Mulia Tuan Putri Azuzi telah tiba," tiba-tiba terdengar suara kasim memberi tahu jika ada yang datang. Hana keluar dan menyambut mereka.

"Ada apa Permaisuri dan Putri Azuzi datang kemari?" Hana bertanya setelah mereka duduk di kursi kayu jati ruang tamu ini.

"Tidak Putri Hana kami hanya ingin menjengukmu, kami melihat sejak sarapan kemarin kakimu telah baik-baik saja," kata Permaisuri Azusa menyahut pertanyaannya.

Jonka datang membawa nampan berisi teh dan biskuit yang adonannya telah tercampur dengan chocochip, lalu meletakkannya di meja tamu.

"Silakan dinikmati," kata Hana. "Kakiku telah baik-baik saja Permaisuri, obat yang diberikan oleh tabib Suzu begitu manjur," imbuh Hana menanggapi perkataan sebelumnya.

"Ah, aku sempat berbicara dengan Yang Mulia katanya kau hilang ingatan, apa itu benar?"

"Aku tidak tau, hanya saja sepertinya ada beberapa kejadian yang tidak kuingat walau pernah kualami," sahutnya.

Sepertinya gadis yang lebih muda darinya ini tertarik melihat biskuit yang dihidangkan oleh Jonka mi. Hana mencomot sekeping sebelum mencelupnya kedalam cangkir teh.

"Silakan dimakan Permaisuri, Putri Azuzi, " ucapnya.

Gadis itu mengangguk dan mengambil sekeping biskuit lainnya dan mengikuti cara sang Putri Mahkota yang mencelup biskuitnya kedalam teh.

Siku kiri Permaisuri bergoyang menyenggol siku kanan sang anak.

"Ah, tidak apa-apa Permaisuri, aku juga menyukai mencelup biskuit seperti itu," ucapnya saat dia melihat sikap Permaisuri Azusa barusan.

"Bukan begitu Putri Mahkota, hanya saja saya kurang menyukai tingkah seperti itu," dirinya menyahut.

Hana tersenyum. Ternyata dugaannya benar, disini lebih ketat aturan tata kramanya. Dulu jika dia berkunjung ke kantor tempat Akihiro barulah ada aturan itu, namun saat di dunia ini hanya menghadapi tamu yang datang pun tingkah ini dianggap tidak sopan.

"Kalau begitu aku minta maaf Permaisuri telah membuat Putri Azuzi mengikuti tingkah lakuku yang kurang sopan," kata Hana.

"Mungkin ini faktor hilang ingatan Putri Hana, Putriku yang tidak sopan karena melakukan ini di tempat tinggal orang lain" ungkap Permaisuri Azusa. "Ah iya, aku datang kesini untuk mengantar gaun ini, kenakanlah nanti malam, itu gaun yang dipesan Kaisar terkhusus untuk acara malam ini," imbuhnya.

Kening Hana mengerut, "acara?" tanya gadis itu dengan alis terangkat sebelah.

"Sepertinya Putri Mahkota benar-benar kehilangan ingatannya Ibunda," ucap Putri Azuzi.

"Putri Mahkota, malam ini adalah acara pertunanganmu dengan Pangeran Akihiro," ucap sang Permaisuri.

Mata lavender itu mengerjap perlahan memikirkan respon yang baik setelah mendengar ucapan sang ibu sambung.

"Sebaiknya kau bicarakan dulu dengan Kaisar sebelum acara itu benar-benar digelar, seharusnya kau sadar Putri Mahkota taman paviliunmu dihias seindah mungkin sejak kemarin tentu bukan tanpa sebab," imbuhnya.

Tetap diam responsnya. Mengapa Yang Mulia tetap melaksanakan acara ini, jika memang tahu seharusnya dia memberi tahu sejak pertemuan kemarin.

"Aku akan menemui Yang Mulia Kaisar setelah ini," akhirnya suara itu kembali.

"Baiklah jika memang begitu,"

Kedua tamu akhirnya bangkit. Setelah keduanya pergi dia langsung masuk dan mencari Jonka.

"Ada apa Tuan Putri mencariku?" dia bertanya saat telah berdiri didepan Hana.

"Kenapa kau tidak memberi tahuku perihal ini Jonka. Bukankah sudah jelas aku tidak mengetahui ini?" bertanya dengan suara nyaris berteriak menahan murka.

"Maaf Tuan Putri, Yang Mulia Kaisar melarang siapa pun memberi tahu Tuan Putri masalah ini, bahkan setahu hamba Yang Mulia Permaisuri dan Putri Azuzi pun dilarang hingga acara selesai dilaksanakan," ucapnya sambil berlutut.

Hana hanya mengusap wajah kasar dan melangkah pergi meninggalkan kediamannya.

...TBC...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!