Bab 3 Pernikahan Mendadak

"Tuan Putri hendak kemana?" tanya salah satu penjaga gerbang.

"Ada yang ingin aku cari untuk keperluan acara nanti malam," jawab Hana.

"Kami tidak bisa mengizinkan, Putri. Yang Mulai Kaisar memberi mandat untuk tidak mengizinkan Putri keluar apapun alasannya tanpa sepengetahuan Yang Mulia Kaisar," ucap salah satu mereka tegas.

"Aku telah mendapat izin itu," sahutnya lagi.

"Tidak bisa Tuan Putri," ucap salah satu dari mereka.

"Aku Tuan Putri kalian, kenapa kalian bisa bersikap seperti ini kepadaku," tidak mau kalah Hana sudah cukup jengkel saat ini.

"Maaf Tuan Putri, tapi kami benar-benar tidak bisa mengizinkan Putri pergi dari istana apapun alasannya karena kami yang akan mendapat hukumannya nanti,"

"Ada apa?" tiba-tiba ada suara seseorang dibelakangnya. Hana menolehkan kepala dan melihat Pangeran Akihiro berdiri melihat para penjaga itu.

"Hormat kami Pangeran Akihiro, maaf kami tidak menyadari kehadiran Pangeran," pria itu hanya mengibaskan tangannya menandakan dia tidak mempermasalakannya.

"Maaf Pangeran, Putri Mahkota ingin keluar dari istana saat ini, tapi Yang Mulia Kaisar telah memberi mandat kepada kami untuk tidak mengizinkan Putri Mahkota keluar," kata salah satu dari mereka pada Pangeran Akihiro.

"Ada yang ingin kau cari Putri Mahkota? Biar para pengawal saja yang mencari, atau bila perlu aku yang akan pergi mencari," Pangeran Akihiro memutar badannya menghadap gadis itu sebelum berbicara.

"Ah, hanya keperluan seorang gadis Pangeran, kurasa Pangeran tidak mengetahuinya," katanya mencoba memancing sikap pria itu padanya.

"Tidak baik bagi seorang gadis berjalan sendiri disaat hari sudah mau malam, kuharap kau tidak pergi karena Yang Mulia Kaisar tidak mungkin melarangmu jika bukan karena demi kebaikanmu. Sebaiknya kau kembali ke paviliunmu,"

"Aku mencari sesuatu untuk perlengkapan acara pertunangan ini Pangeran Akihiro,"

Mata pemuda itu terbelalak mendengar ucapannya.

"Apa yang hendak kau cari Tuan Putri? Semua kebutuhan telah tersedia dan jika memang ada yang kurang sebaiknya pinta pengawal atau dayang saja yang mencari,"

"Baiklah aku tidak jadi pergi," Hana berujar lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Pangeran Akihiro dan para penjaga gerbang istana.

Baiklah sepertinya dia tidak bisa menghindari pertunangan ini, tapi akan dicarinya cara agar bisa membatalkannya nanti Hana yakin pemilik asli tubuh ini juga tidak menginginkan sesuatu seperti ini terjadi.

"Tuan Putri baru datang darimana?" Jonka berlari tergopoh menghampirinya. Gadis itu yakin dia mencarinya hendak memintanya untuk segera bersiap.

"Aku hanya jalan-jalan di taman istana. Sore ini cukup pengap udaranya," ucapnya.

Tanpa menjawab ucapan sang Putri lagi dia menuntun majikannya masuk kedalam paviliun dan membawa langkah menuju ruang pakaian. Pakaian yang tadi diberikan Permaisuri tergantung rapi disisi dinding kosong ruang ini.

Setelah duduk sang dayang mulai memoles wajah Hana. Entah berapa waktu berlalu hingga akhirnya semua selesai, Hana menatap cermin dihadapannya. Semua nampak sempurna, sekilas dia hampir tidak mengenali wajahnya sendiri.

"Jonka, apa Yang Mulia Putri Mahkota telah siap?" tanya seseorang didepan pintu kamar diiringi suara ketukan pintu.

"Sebentar lagi," jawabnya sambil membantu mengikat tali hanfu yang terakhir.

"Bergegaslah acara inti sudah hampir waktunya,"

"Iya," jawabnya lagi, singkat. "Ayo Putri,"

Mereka bangkit dan berjalan menuju taman paviliun milik Putri Hana. Beberapa dayang dan kasim telah berbaris rapi dari pintu paviliun menjadi pagar disisi karpet merah yang terhampar sepanjang jalan menuju gazebo taman. Kaisar mengambil tangannya yang sebelumnya digenggam Jonka.

"Ayo Putri Hana," ucap pria yang merupakan ayah dari pemilik asli tubuh ini.

Hana mengagguk dan ikut melangkah bersamanya menuju gazebo itu.

Satu hal yang membuatnya terpana. Kenapa acara ini tidak seperti pertunangan dalam pikirannya.

-

Benar dugaannya. Ini bukan acara pertunangan, melainkan pernikahan.

Rentetan acara ceremonial ini begitu kental akan tradisi. Setelah upacara pernikahan yang tidak sempat ia pikirkan sebelumnya usai dirinya pun kembali ke tempat tinggalnya dan masuk ke kamar untuk berganti pakaian.

Hana harus mulai membuat beberapa benda yang sekiranya bisa membantunya, seperti sekarang dia memerlukan penunjuk waktu yang akurat seperti jam. Langit malam yang begitu pekat dia memperkirakan sekarang tidak kurang pukul sepuluh malam. Pantas badannya terasa sangat lelah ditambah dengan sedikit acara kecil seperti tadi.

Jonka masuk kedalam kamarnya. "Perlu aku bantu Tuan Putri?" dia bertanya.

"Ah ya, aku sangat lelah jika harus melepas semuanya sendiri," ujarnya menjawab.

Sang dayang mengangguk dan mulai membantu melepas pakaian ini satu per satu.

"Tuan Putri ingin mandi? Akan aku siapkan air hangat setelah ini," ucapannya terjeda sejenak menatap sang Putri yang hanya mengangguk.

Ketika yang tersisa dari pakaiannya hanyalah lapisan terakhir Jonka pun memasangkan mantel mandi padanya. Keluar dari kamar itu beberapa waktu sebelum akhirnya kembali lagi untuk mengabarkan air hangat untuk mandi telah siap.

Gadis yang baru saja menikah itu mengangguk dan berjalan menuju ruang mandi, lalu masuk kedalam bak mandi yang berada didalam ruangan itu.

Setelah melepaskan mantel mandi dan pakaian terakhir dia duduk didalamnya dengan bersandar pada pinggiran bak, Jonka mendekat dan mulai memijat bahunya agar lebih santai.

Tangan Jonka berhenti memijat sebentar sebelum akhirnya dia melanjutkan lagi pijatannya.

Tunggu sebentar. Pijatannya terasa berbeda, tapi biarlah mungkin memang begini cara dia memijat.

Sebuah bibir terasa menempel di tengkuk, Hana beringsut ke kiri hendak melihat kelakuan siapa itu.

"Pa-pangeran Akihiro, apa yang kau lakukan di kamar mandiku?" Hana tergagap karena terkejut. Matanya memutar mencari keberadaan Jonka. Dimana gadis itu?

"Kau kenapa Putri Mahkota Hinata? Kenapa kau takut melihat suamimu sendiri?"

Dia mengerjapkan mata mendengar jawaban yang diberikan pria dihadapannya ini. Pria itu bangkit dari bangkunya dan berjalan ikut masuk kedalam bak mandi yang sedang ditempatinya kini.

"Aku bukan takut Pangeran, aku hanya terkejut karena merasa aneh saja jika Jonka tiba-tiba mencium punggung leherku," katanya menatap lututnya yang berada didalam air.

"Itu karena kau belum pernah disentuh sama sekali Putri, kau gadis murni," ucapnya mendongakkan kepala ke langit-langit.

Gadis tersenyum. Ada satu hal yang dia tangkap dari ucapan. Tangannya berusaha menggapai mantel mandinya yang berada tak jauh dari bak mandi ini.

"Kau sudah selesai?" dia bertanya menatap istri yang baru dinikahinya beberapa jam yang lalu.

Hana mengangguk. "Pangeran?" panggilnya.

"Hm," dia hanya menggumam dengan mata yang masih menatap dengan tatapan yang sedikit mesum?

"Bisa aku minta satu hal?" tanya gadis itu.

"Apa itu?"

"Aku tidak ingin melakukannya malam ini,"

Mendengar ucapannya pria itu terdiam.

"Aku tahu ini berat untukmu Pangeran, tapi aku belum siap,"

"Baiklah Putri Mahkota, aku tidak akan memaksamu karena sesuatu yang dilakukan dengan terpaksa tidak akan berakhir baik," ujarnya menjawab permintaan sang istri.

Hana mengangguk dan memakai mantel mandinya dengan segera. Diluar kamar mandi Jonka berdiri dengan pakaian yang terletak diatas nampan ditangannya.

"Pakaian apa itu?" tanya Hana, menatapnya.

"Ini, pakaian ini diberi oleh Permaisuri untuk malam pertama Putri dan Pangeran,"

Dia menghembuskan napas kesal mendengar jawaban Jonka.

Permaisuri satu ini benar-benar... Tunggu kau!, geramnya.

"Taruh saja di meja kamar aku ingin mengenakan pakaian normal, tubuhku lelah malam ini," katanya yang hanya diikuti anggukan kepala oleh Dayang kesayangan Putri Hana ini.

...TBC...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!