Bab 4 Mimpi

Masuk ke kamar Hana menatap tempat tidur yang telah bertabur kelopak bunga mawar, menolehkan kepalanya ke kanan gadis berambut lavender itu hanya tersenyum kikuk membalas tatapan datarnya.

"Maaf Putri Mahkota, aku tidak bisa mencegah para dayang Putri Azuzi saat datang kemari dan menabur bunga-bunga itu," ujar Jonka mencoba membela dirinya.

"Dayang Putri Azuzi?" alis Hana terangkat sebelah.

Kepala itu hanya mengangguk.

"Bersihkan semuanya, aku lelah dan ingin segera tidur,"

Tangan Jonka kini mulai bekerja melakukan yang diminta dibantu beberapa dayang lainnya yang dipanggil.

Pangeran Akihiro datang dan tersentak melihat keadaan di kamar yang sedang kacau karena belum tuntas dibersihkan oleh Jonka.

"Apa yang terjadi?" Dia mendekat kearah istrinya, tubuhnya telah terbalut pakaian lengkap.

"Perkerjaan Putri Azuzi dan Permaisuri Azusa,"

Sang Pangeran hanya menggeleng tak percaya.

Bulan telah berada di puncak kepala saat para dayang selesai membersihkan tempat tidur majikan mereka. Setelah mereka semua keluar Hana mulai merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur, Pangeran Akihiro ikut berbaring disisi lain tempat tidur itu.

"Maaf Putri Hana, bolehkan aku tahu alasan kau tidak mau melakukannya malam ini?"

Mata yang sebelumnya telah terpejam karena rasa lelah kembali terbuka saat suara itu hinggap di telinganya.

"Bisa kita membahasnya nanti Pangeran, aku lelah walau acara tadi bukan acara besar tapi selesainya nyaris tengah malam dan kita harus menunggu hingga lewat tengah malam baru bisa tidur," jawabnya.

"Baiklah selamat malam," ujarnya.

Hana tak lagi menanggapi dan mulai tertidur seketika.

-

Huh huh huh huh

Deru napasnya terdengar begitu sesak.

Tap Tap Tap tap

Langkah kakinya berlari sangat cepat.

Krak krak krak krak

Suara daun kering dan ranting pohon yang terinjak terdengar. Sesekali kepala itu menoleh ke belakang memperhatikan orang-orang yang mengejar.

Sejenak keadaan ini membuatnya de javu.

"Putri Hana!" suara itu menggelegar di gendang telinganya.

Matanya melotot saat dilihatnya beberapa pengawal mengejar. Ia berlari berlari terus sekuat tenaga, beda dengan keadaan sebelumnya kali ini dirinya tidak melihat sedikit pun celah untuk bersembunyi.

Sial! Jalannya buntu, dihadapannya adalah jurang. Lagi dirinya menatap ke belakang dan melihat lebih banyak lagi pengawal yang mengejar.

"Putri Hana,"

Napasnya semakin memburu mendengar suara itu. Pangeran Akihiro telah berdiri didepan pengawal yang mengejarnya dengan pedang terhunus. Jantungnya berdegup kencang.

Ada apa dengan keadaan ini? Tidak mungkin pria yang baru saja dinikahinya beberapa jam yang lalu berniat ingin membunuhnya.

Mengingat dirinya baru saja menikah dia tersadar, dan kini melihat jari yang tidak mengenakan cincin pengikat itu. Jangan-jangan...

"Putri Hana," tubuhnya terasa terguncang dan seketika dia sadar bahwa apa yang dialaminya barusan adalah mimpi.

"Apa yang terjadi?" pria yang tidur disampingnya sejak semalam duduk menghadap gadis yang masih berbaring itu.

Perlahan Hana bangkit lalu mengusap wajahnya, tangannya basah oleh keringat yang mengalir deras di wajah.

"Kau mimpi buruk?" lagi pria itu bertanya.

"Aku tidak tau ini mimpi atau ingatan tapi satu hal yang aku tahu, kejadian demi kejadian dalam penglihatan itu pernah terjadi baru-baru ini," ucapnya karena memang kejadian ini hampir sama dengan kejadian penembakan malam itu sebelum akhirnya ia berpindah tubuh ke dunia ini.

Wajah Pangeran Akihiro tegang. Tangannya terulur memberikan segelas air, Hana menerimanya dan meneguknya sedikit.

"Tidurlah kembali, ini hanya karena kau terlalu lelah," katanya lalu dia berbaring terlebih dahulu membelakangi istrinya itu.

Hana mengangkat bahu, dia yakin itu bukan mimpi semata.

Lelah akibat telat tidur semalam dan juga mimpi buruk yang mengganggu membuat Hana bangun kesiangan hari ini.

"Selamat pagi," sapa seseorang dengan suara sedikit serak khas bangun tidur.

"Pagi," sahutnya.

Mereka bertatapan sejenak sebelum Akihiro bangkit dan mengenakan jubah panjangnya.

"Bertingkahlah seperti kita telah melakukannya,"

Perkataannya membuat sudut bibir sang gadis naik sedikit.

"Kenapa? Kau malu jika kita belum melakukannya?" tanyanya dengan senyum yang tak bisa dia tahan.

Dia melotot menatap pada Hana.

"Iya," jawab Hana singkat.

Pria itu keluar dari kamar meninggalkan Hana yang masih enggan untuk bangun. Jonka datang bersama beberapa dayang lainnya bahkan Dayang Ine dari paviliun Putri Azuzi pun datang.

"Bagaimana keadaanmu Putri Mahkota?" tanya Jonka.

Dia hanya tersenyum menjawab pertanyaan Jonka, bangkit dari tidur perlahan mencoba membuat mereka terkecoh dan dia berhasil.

Jonka mendekat dan wajahnya sedikit terkejut saat melihat kain putih yang menjadi seprai tempat tidur mereka sejak semalam telah terdapat noda merah. Entah kapan pria itu membuatnya.

"Kau bisa berjalan ke kamar mandi Tuan Putri?" Dia bertanya.

Tuan Putrinya itu hanya mengangguk. Masih berusaha untuk akting dia berdiri perlahan disisi tempat tidur dua orang dayang menghampirinya dan menuntun untuk berjalan ke kamar mandi. Ia hampir bersorak tertawa dengan tingkahnya sendiri.

Selesai mandi dan kembali ke kamar untuk mengenakan pakaian, Jonka mendekat.

"Hormat Yang Mulia Putri Mahkota," sapanya.

Hana mengangguk.

"Perihal acara undangan perayaan ulang tahun Pangeran Akihiro, apa Putri Mahkota berkenan untuk ikut andil dalam acara itu mengingat Putri telah menjadi istri Pangeran?" Jonka bertanya.

Dia mengerjap. Astaga dia melupakannya, gumamnya.

"Aku lupa dengan isi undangan itu Jonka, dan aku juga lupa meletakkannya dimana,"

Giliran gadis lavender itu mengerjap, bingung.

"Acaranya besok lusa Putri Mahkota, sore menjelang malam. Karena pagi hingga siang ada rapat pembahasan Kaisar selanjutnya, Yang Mulia Kaisar berencana mengangkat Pangeran Akihiro menjadi Kaisar karena beliau telah menikahi Putri Mahkota kekaisaran,"

"Pangeran Akihiro akan menjadi Kaisar? Bukannya singgasana Kaisar hanya akan diduduki oleh Putra Mahkota?"

"Itu benar Putri, tapi lain halnya jika Kaisar yang sedang bertahta tidak memiliki seorang Putra, maka yang menikah dengan anak perempuan pertamanya atau Putri Mahkotanyalah yang akan menjadi Kaisar tapi dengan proses yang sedikit rumit," ucap Jonka.

"Rumit?" Hana bertanya lagi.

"Maaf jika aku lancang Tuan Putri, tapi apa putri benar-benar hilang ingatan?"

Sial! Apa ada perkataannya yang mencurigakan hingga gadis ini bertanya.

"Bukan apa-apa Putri, aku hanya melihat orang lain dalam dirimu," jelasnya saat sang Putri tidak menjawab. "Iya rumit karena Pangeran Akihiro bukanlah keturunan langsung dari Kaisar hingga dia harus melewati upacara pelantikan sebagai Putra Mahkota, dan jika ingin menjadi Putra Mahkota maka dia harus menikahi Putri Mahkota sang Kaisar,"

Matanya membulat. Lalu mengerjap.

"Dan kurasa Putri Mahkota benar-benar tidak mengetahui ini bukan melupakannya, kita berdua telah tahu jika Pangeran Akihiro dan Putri Azuzi ada main belakang dari Putri Mahkota. Hamba bingung untuk menjelaskannya karena semua ini terjadi begitu cepat, kuharap noda yang tadi itu bukanlah noda kesucian Tuan Putri," ungkap Jonka.

...TBC...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!