Fira tersenyum karena melihat sebuah balasan dari Leon barusan. Pria itu menerima tawaran dirinya untuk makan bersama di kantin.
"Sudah gue duga kalau pria itu akan mudah buat gue dapatkan!" ujar Fira dengan bangganya. Tidak ada yang bisa mengalahkan sebuah pesona yang dia miliki.
"Hah serius lo?" ujar Zahra yang kini menoleh kearah belakang.
Bersama dengan Sasha juga yang tersenyum karena Fira sudah berhasil melakukan semua rencananya. "Gila, lo udah berhasil ajak dia makan siang di kantin ternyata."
"Iya dong, tidak ada yang bisa menolak gue, dasar aja tuh cowok cupu sok jual mahal sama gue, liat saja nanti pasti dia akan bertekuk lutut dan gue dengan senang hati untuk ninggalin dia setelah taruhannya berhasil!" gumam Fira dengan sombongnya.
"Gue salut sama lo Fira," puji Zahra.
"Awas lo, kena karma karena sering nyakitin cowo, Darda juga dulu lo sakiti," ujar Sasha yang mengingat tentang Darda. Darda adalah ketua OSIS yang ada di sekolah ini. Dulu cowo itu mencintai Fira dan sekarang cowo itu menjadi sad boy gara-gara Fira.
"Alah, percaya dengan karma, bodo amat gue!" gumam Fira mengabaikan perkataan dari temannya.
"Lo bilang begitu karena suka
sama Darda bukan? Tapi sayang
Darda lebih suka Fira dibandingkan
kamu, makanya kamu bilang karma
kan?" ujar Zahra.
"Bukan begitu maksud gue," gumam Sasha sambil menundukkan kepalanya. Walaupun memang benar, selama ini Sasha memang menyukai Darda, bisa dibilang kalau Darda adalah cinta pertama dirinya ketika masuk ke dalam sekolah ini.
"Jangan sampai nasib lo sama kaya Lena!" peringat Zahra kepada Sasha.
"Kok lo, malah sangkut pautkan dengan dia!" marah Sasha tidak terima dengan perkataan dari Zahra barusan. Bahkan dia sudah melupakan semuanya dari awal, pertemanan mereka juga sudah renggang.
"Kenapa marah? Gue hanya memberikan lo peringatan!" ujar Zahra dengan santai. Sedangkan Sasha hanya mencebitkan bibirnya saja.
"Sudah, kenapa kalian pada ribut !" ujar Fira membuat dua orang yang ada di sini malah terdiam.
"Zahra yang bilang duluan, gue disamakan dengan Lena!" ujar Sasha tidak terima.
Fira terdiam ketika mendengar Sasha yang menyebut nama Lena. Stop, jangan bahas tenang Lena. Lebih baik habis sekolah nanti kita menjenguknya," saran dari Fira.
"No!" tolak Zahra.
Mereka tidak tahu kalau selama ini ada yang mendengar ucapannya. Siapa lagi kalau bukan Leon, dia semakin yakin kalau Fira dan teman-temannya mengetahui tentang Lena. Dia sekarang malah merasa khawatir dengan semua ini.
Sampai ada menepuk pundak Leon, "kenapa?"
"Aku penasaran dengan wanita yang mereka sebutkan, memangnya dia siapa?" tanya Leon kepada Dion yang pura-pura tidak tahu tentang wanita yang mereka bicarakan. Dia hanya ingin menyelidiki lebih dalam tentang Lena.
"Lena? Dia adalah adalah teman geng itu. Dulu ada empat, Fira, dari Zahra, Sasha dan Lena. Tetapi semenjak Lena berpacaran dengan Darda, mereka jadi jauh."
Leon yang mendengar itu malah menaikan sebelah alisnya heran. Dia baru mengetahui kalau adiknya ternyata sempat memiliki seorang kekasih. Dia harus tahu tentang Darda karena bisa saja pria itu juga ada hubungannya dengan kecelakaan yang menimpa adiknya.
"Kalau Darda siapa?" tanya Leon kepada Dino.
"Dia ketua OSIS di sini. Gue gak tahu aslinya tentang hubungan mereka, tetapi yang gue tahu kalau Darda sempat menyukai Fira, hanya saja wanita itu sering menolaknya. Terus Darda malah dekat dengan Lena, mungkin itu alasan persahabatan mereka menjadi renggang," jawab Dino membuat Leon paham, tetapi beberapa detik kemudian. Dino malah menutup mulutnya seperti orang yang salah bicara.
Dia langsung berdehem dan berbisik ke telinga Leon. "ini rahasia kita saja, gak boleh ada yang tahu masalah ini," jelas Dino.
Leon mengangguk saja, padahal dia tersenyum karena Dino secara tidak langsung sudah memberikan sebuah jejak baru untuk dirinya mengungkap semuanya.
Hingga tak lama kemudian, jam istirahat sudah tiba. Sesuai dengan janjinya tadi, Leon tersenyum dengan manis karena dia bisa melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan dirinya untuk sekarang.
"Halo Leon."
"Gue tidak tahu kantinnya ada di mana," jawab Leon.
"Lo ikut gue aja kalau begitu," gumam Fira.
Fira hanya menggandeng tangan Leon saja dengan mesra. Dia tidak peduli kalau banyak orang yang melihat hal tersebut. Bahkan sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian. Apalagi Fira yang tidak biasanya mengandeng cowo yang tidak biasa dibilang tampan tersebut.
"Gila, gue gak salah liat kan, itu beneran Fira."
"Kenapa sekarang dia menggandeng cowo cupu, apa seleranya sudah turun sekarang?"
"Iya, benar. Bahkan dulu sekelas Darda saja dia tolak mentah-mentah. Padahal Darda itu ketua OSIS," ujar salah satu siswa yang ada di sini.
"Kamu benar, memang gue juga tidak habis pikir," gumam dia pelan.
Leon bisa mendengar percakapan dari mereka semuanya yang membicarakan tentang dirinya dengan Fira. Sebenernya dia sedikit risih dengan pusat perhatian seperti ini, kalau dia tidak ingat dengan saudara kembar yang celaka, mungkin dia tidak akan melakukan itu.
"Eh nih anak malah bengong. Ayo duduk. Kita sudah sampai!" ujar Fira.
Leon menyadari kalau sekarang mereka sudah berada di sebuah kantin. Banyak orang yang menatap dirinya dengan pandangan yang aneh sekarang. Terlebih dia sekarang bersama dengan Safira.
"Sorry," gumam Leon menyadari kesalahan dirinya. Dia khawatir nanti Fira akan semakin curiga. Apalagi niat Leon juga ingin mengorek informasi dari Fira tentang adiknya.
"Yaelah kaku amat lo jadi cowo,gue pesan makan dulu!"
Fira mengatakan itu dan dia akhirnya memutuskan untuk memesan makanan. Sedangkan Leon duduk dengan santai menunggu Fir datang.
Sampai ada yang mengebrak meja membuat Leon sedikit terkejut.
"Jadi lo Leon. Cowo yang sudah berani dekat dengan cewe gue!" ujar seorang laki-laki yang Leon sendiri tidak tahu namanya.
Laki-laki tersebut menarik kerah baju Leon dan seketika mereka menjadi pusat perhatian sekarang. Leon ingat satu cowo yang katanya cintanya ditolak oleh Fira, apa dia pria yang namanya Darda? Tetapi kalau dia ketua OSIS, mana mungkin memakai baju urakan kaya gini.
"Sudah bro, tahan emosi lo. Lagian cowo cupu kaya dia pasti hanya dijadikan permainan saja oleh Fira, dia akan tetap jadi milik lo," nasehat dari laki-laki yang memang ada dibelakang laki-laki tersebut.
"Lo benar juga," gumam laki-laki tersebut lalu melihat kearah Leon lagi.
"Benar juga, dia bukan saingan gue, kecuali Darda," gumam laki-laki yang melepaskan tangan itu dari Leon.
Leon menaikan sebelah alisnya ketika nama Darda disebut. Artinya laki-laki urakan tersebut bukan Darda. Tetapi satu hal yang dia tahu, kalau laki-laki tersebut menyukai Fira.
"Siapa laki-laki tersebut? Apa dia ada hubungannya dengan Lena juga?"
Batin Leon.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments