Bintang menatap wajah Aya dengan lembut. Dia tak rela membangunkan gadis cantik disampingnya itu. Padahal Aya dan Bintang sudah cukup lama sampai di depan rumah Aya.
"Mhhh....Bin? Ko udah gelap, kita dimana?"
Saat Aya terbangun, Aya terperanjat kaget melihat bintang tepat dihadapan wajahnya mungkinkah jarak mereka saat itu hanya 3 cm saja.
Dengan gugup Bintang kembali ke tempat duduknya.
"Eh udah bangun Lo. Ini udah jam 7 malem, kita ada di depan rumah Lo" ujar bintang.
Lagi lagi Aya terperanjat kaget. "Hah jam 7? Ko Lo ga bangunin gue sih!"
"...Ya...Lo tadi tidurnya pules banget. Gue ga tega bangunin" ujar Bintang.
Tingkah Bintang terlihat sangat berbeda, wajahnya juga memerah. Seolah baru saja ada yang terjadi antara Aya dan Bintang.
"Jangan jangan kalau gue gak bangun Lo rela nginep semaleman di mobil ini sama gue? Gila Lo ya" singgung Aya.
"Kalo perlu kenapa ngga" ucap Bintang sembari menatap Aya dengan tulus dan tersenyum tipis
Sebenarnya Aya merasa senang atas perhatian yang diberikan bintang padanya, namun ini terlalu tiba tiba. Tentu saja Aya merasa heran.
Aya pun membalas tatapan mata Bintang, mereka melakukan kontak mata selama beberapa menit.
Tanpa sadar tubuh bintang perlahan mendekat, tatapan matanya meliar ke arah bibir Aya. Aya sangat terkejut dan kebingungan harus melakukan apa, ini bukan seperti bintang yang selalu bersikap dingin padanya.
Kini tubuh Aya dan Bintang tinggal beberapa cm saja. Deruan nafas mereka terdengar semakin kuat dan dekat. Tangan Bintang menyingkap helaian rambut hitam panjang Aya yang menghalangi bibir nya.
"Ma-makasih bin, gue balik dulu. Tiati di jalan" Aya bergegas membuka pintu mobil dengan gugup. Dia meninggalkan Bintang dalam keadaan tertegun.
*Keesokan harinya
Pagi cerah, angin sepoi sepoi menggebu membawa udara sejuk disertai keramaian para murid di SMA Unggulan Garuda Bangsa dalam pelaksanaan kegiatan calssmeeting.
Ada lomba lari, golf, volley, basket, sepak bola, badminton, tenis meja, balet, catur dan berbagai perlombaan lainnya. Hari yang benar benar padat bagi panitia pelaksana hari ini termasuk Aya sang ketua OSIS. Seharian dia berkeliling kesana kemari menjalankan acara hingga tak sempat duduk sama sekali.
Dari lantai 3, Terlihat sosok Awan, Bintang, Cakra dan Dimian memperhatikan keramaian di bawah dengan santainya. Aya tak menyadari bahwa 2 orang laki laki tampan mengamati setiap gerak gerik nya dari atas sana.
"Duh gue ga sanggup lagi, cape banget" Aya memegang kedua pinggulnya, nafasnya juga tersengal sengal.
Vania menyadari bahwa Aya sebenarnya belum sembuh total. "Lo Istirahat aja disini Ay. Biar gue sama Riko yang handle" ucap Vania.
"Sorry yah ngerepotin Lo semua dulu. Kalo ada apa apa kesini aja gue ga kemana mana."
Vania dan Riko menanggapi ucapan Aya dengan anggukan, mereka kembali melanjutkan aktifitasnya memantau kegiatan.
Melihat Aya sudah seperti itu, sepertinya Bintang merasa tidak tega dan merasa bersalah. Bintang pun turun menghampiri Aya.
"Nih minum!" Ucap bintang sembari menyerahkan sebotol air putih.
"Eh bin, thanks ya." Aya nampak sedikit kaget dengan tingkah Bintang.
Disisi lain pandangan Aya juga tertuju pada telapak tangan kanan Bintang yang dibalut perban. "Eh bin tangan Lo kenapa?"
Bintang terdiam sejenak.
"Gakpapa. Pindah ke sana aja, disini panas." Bintang bertutur dengan nada datarnya yang khas.
"Ga usah, gue disini aja."
"Banyak ngeyel." Spontan Bintang mengangkat tubuh Aya dan menggendongnya menuju tempat yang lebih teduh.
Aya memberontak namun sia sia, pegangan Bintang sangat erat.
"BIN TURUNIN GUE! GILA LO YA ITU DILIATIN ORANG ORANG MALUUU"
"Mereka punya mata, Biarin aja." Ketus Bintang
"Stress Lo bin!" Aya berdecak kesal.
Ntah apa yang terjadi pada bintang, mengapa akhir akhir ini sikapnya berbeda terhadap Aya. Apakah perjalanan cinta dalam diam Aya akan segera berakhir.
Kini Aya dan Bintang sampai dibawah sebuah pohon rindang yang besar ditepi lapangan. Semua tatapan murid yang melihat kedekatan Ketua OSIS dan Superstar sekolah itu terlihat bergosip mempertanyakan hubungan mereka.
Diantara tatapan orang orang yang melihat kejadian itu, ada satu tatapan kebencian dari orang misterius yang membawa sebuah bunga mawar putih bersembunyi di sudut lapangan. Orang itu nampak mengepal erat kedua tangannya dan berlalu meninggalkan lapangan.
"Udah Lo disini aja. Adem dan ga jauh dari lapangan." Ucap Bintang sembari menurunkan Aya.
Kali ini Aya sudah kehabisan kata kata, apalagi saat ini di depannya terdapat kursi busa yang cukup mewah.
"ini Kursi ini dari mana lagi?" Aya hanya mampu menepuk jidat.
"Bisa ga sih Lo ga banyak tanya. Diberi fasilitas tu di pake."
"Iya gue paham, tapi gue gak enak sama yang lainnya. Lo liat anggota gue disana panas panasan demi lancarnya kegiatan, masa gue sebagai ketua malah duduk manis disini nonton doang." Ketus Aya.
"Terserah Lo. Kalo Lo ga mau duduk, gue bubarin nih kegiatan." Kali ini Bintang serius.
"Ya- ya gabisa gitu dong.....kepala batu!" Dengan terpaksa Aya duduk di kursi tersebut, begitu juga Bintang duduk di sebelahnya.
Aya menatap ke langit yang cerah, dia merasa lelah bercampur bahagia. Mimpi apa Aya semalam, bagaimana bisa Bintang mulai memperhatikannya seperti ini. Apalagi Bintang nampak tak menghiraukan tatapan heran orang orang yang berlalu lalang di sekitar mereka. Seolah bintang ingin memberitahukan pada semuanya bahwa Aya adalah wanitanya.
Kejadian itu juga tentunya dilihat oleh Awan, Cakra dan Dimian. Awan dan Cakra saling bertatapan melihat kearah Dimian yang terlihat sudah naik pitam dengan wajah yang mulai memerah.
Awan dan Cakra tahu kalau selama ini Dimian selalu berusaha mengejar Aya, bisa dikatakan Dimian jatuh cinta sejak pandangan pertama terhadap Aya. Pikir mereka, harusnya Bintang tahu masalah ini.
Dengan emosi yang sudah tersulut Dimian hendak turun ke bawah.
"Dim Lo mau kemana?" Tanya Cakra.
Pertanyaan Cakra tersebut tak dijawab oleh Dimian. Dimian langsung bergegas menuruni anak tangga dengan raut wajah kesal. Kedua temannya juga hanya bisa ikut mengejar Dimian turun.
"Lo berdua lagi ngapain disini?" Tanya Dimian dengan ketus.
"Duduk. Emang Lo liat lagi ngapain" ketua Bintang.
Mendengar jawaban Bintang tersebut, raut muka Dimian langsung berubah. Padahal sebelumnya Dimian berusaha menahan emosinya mengingatkan mereka adalah teman baik.
Dimiam saat itu juga langsung menarik tangan Aya dan memaksanya berdiri. "Gue mau ngomong sama Lo Ay, ikut gue!"
"Dim sakitt, kenapa sih Lo kasar banget" ucap Aya sembari berusaha melepaskan genggaman tangan Dimian.
"Lo denger dia bilang apa. LEPASIN!" Ucap Bintang sembari menatap tajam kearah Dimian.
Suasana terasa semakin menegang. Para murid yang melihat kejadian itu mulai berkerumun menonton perdebatan dua superstar sekolah itu. Disisi lain Dimian dan Bintang masih Saling bertatapan tajam satu sama lain.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments