Aya tak menghiraukan jalan yang dipilih Bintang, meskipun sebenarnya itu adalah jalan paling jauh. Mungkin karena Ini bukan kali pertama bintang mengantarnya pulang. Sebelumnya juga karena alasan yang sama dan jalan pulang yang searah bintang sempat beberapa kali mengantar aya Pulang.
Bila dikatakan, hubungan Cahaya dan bintang terkesan cukup dekat. Meskipun mereka jarang bertemu karena berbeda kelas, tapi karena organisasi mereka jadi sering bercengkrama atau sekedar bertegur sapa saat rapat atau ada kegiatan. Hal ini yang mungkin membuat Aya terlihat semakin tertarik pada laki laki dengan sorot mata abu abu tersebut.
"Bisa ga sih kalo bawa motor santai aja, jangan kaya ikan begini!" Aya terdengar ketakutan saat memeluk erat Bintang.
"Tapi Lo juga suka kan."
"Suka apaan?"
"Pelukan sama gue." Baru kali ini Aya mendengar Bintang menggodanya.
"DIHH APAAN SIH LO. NYARI KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN!" Aya berdecak kesal
Meskipun begitu, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam Aya merasa sangat senang. Andai saja hal ini berlangsung selamanya, jika bisa Aya ingin hujan ini tak pernah berhenti dan jalan yang mereka lalui tak pernah memiliki ujung.
"Loh harusnya gue yang bilang gitu haha."
"Terserah Lo deh, males." tegas Aya yang sebenarnya tersipu.
Tak Lama, Aya dan Bintang sampai disebuah perumahan elite ditengah kota. Suasana asri dengan bangunan bangunan megah cukup memanjakan mata, bahkan setiap rumah di perumahan tersebut memiliki luas rata rata diatas 200m.
Setibanya di depan bangunan megah bergaya klasik Eropa dengan cat berwarna coklat dan putih gading menambah kesan old money pada rumah tersebut. Seorang satpam segera keluar dan membukakan gerbang yang hampir setinggi 5m itu.
"Monggo non...."
"Pa Asep udah berangkat jemput saya belum sih pa? Saya tungguin ga dateng dateng, kebiasaan" ucap Aya.
"Tadi siang sih sudah keluar non, sepertinya ada masalah di jalan, hp nya juga ada di kantor satpam."
"Oh gitu, yaudah pa makasih."
Bintang kembali menggas motornya masuk kedalam area rumah Aya yang cukup jauh dari gerbang masuk, saking luasnya rumah konglomerat satu ini.
"Duh makasih ya, gue ngerepotin Lo lagi" ucap Aya sembari melepas jas hujan yang Aya pakai "Nih Lo pake atasnya."
"Ga mau gue. Nih ambil aja bawahnya juga. Lagian gue udah basah." Bintang melepas celana jas hujannya dan memberikannya pada Aya.
"Mhhh yasudah, mampir dulu aja sambil nunggu hujan reda."
"Ga usah, lain kali aja. Titip salam buat Tante sama om Rahayu." Ntah kenapa setiap mengantar Aya pulang, Bintang tak pernah mau masuk kedalam rumah. Bahkan selalu terburu buru. "Gue balik dulu."
"Yaudah...tiati, kabarin kalo udah sampe." Ujar Aya
Aya melihat punggung Bintang mulai menjauh. Seperti biasa saat Aya masuk, rumah megah itu nampak sepi karena kedua orang tuanya jarang berada di rumah.
Ayah Aya adalah seorang kepala partai politik, ibunya adalah pengusaha permata sementara kakak laki laki Aya sedang berkuliah di London. Keempatnya sangat jarang bertemu karena kesibukan masing masing.
Sampai di kamarnya yang bernuansa merah muda, Aya bergegas mengambil handuk dan pergi mandi.
Setelah dikeringkan, Aya menggantung jas hujan yang diberikan oleh Bintang didalam sebuah lemari khusus, didalam lemari tersebut banyak barang barang yang di berikan bintang sebelumnya dan ia simpan dengan rapi di dalam lemari tersebut.
Tak bisa dipungkiri, bahwa Aya mulai jatuh cinta pada Bintang sejak akhir kelas 1 SMA. Ntah karena alasan apa, Aya tak pernah mengutarakan perasaannya. Aya merasa cukup nyaman dengan hubungannya dengan Bintang sekarang.
*1 tahun yang lalu*
"Gue yakin kalo Lo nyalonin jadi ketua OSIS pasti bakal menang ay!" Ujar Vania.
"Iya nanti gue pikirin lagi Van."
Hari itu, Aya dan Vania berbincang bincang sembari menunggu konser klub musik di mulai.
"Lo tau gak sih, superstar sekolah ini ternyata teman seangkatan kita cuma beda kelas doang. Dan gila nya lagi dia bakal pentas hari iniiii" Vania yang terlihat sangat bersemangat.
"Yoww what's up broww, lagi pada nungguin gue tampil yaa" ucap seorang laki laki berperawakan tinggi dengan kulit coklat dan rambut brokoli yang khas, orang orang memanggilnya Awan.
Awan datang bersama dua laki laki tampan di belakang nya.
Aya dan Vania hanya menoleh sekejap dan kembali menghiraukan Awan, seolah Aya dan Vania sudah tahu betul sifat narsis Awan.
Bagaimana tidak kenal, Awan dan dua laki laki dibelakang itu adalah teman sekelas Aya dan Vania. Mereka bertiga adalah sahabat dekat Bintang. Meskipun berbeda kelas dengan Bintang, keempatnya sering disebut Geng Alpha'B setelah bergabung ke klub musik dan membuat sebuah band yang diberi nama Bima Sakti.
"Dih dasar narsis. Gue kesini mau liat Bintang, ngapain liat Lo bertiga, udah bosen gue liatnya tiap hari" sahut Vania.
"Gak minat juga gue nyapa Lo." Sahut lelaki berambut coklat dan berkulit putih mulus. Cakra namanya.
Aya tertawa melihat tingkah konyol teman temannya yang mempermasalahkan hal kecil "Hahaha, udah udah sana tampil. Semangat guys!"
"Siapp cantik..." Sahut Dimian, laki laki bertubuh atletis dengan wajah percampuran Rusia dan Indonesia. Tampan, definisi yang sangat cocok untuknya.
*****
"Yoww selamat malam semuanya. Selamat datang di malam puncak konser klub musik pada hari ini!" Sambutan MC itu di respon dengan teriakan meriah para penonton.
"....langsung saja mari kita sambut penampilan pembuka yang akan dipersembahkan oleh Bima Sakti, SEMUANYA MANA SUARANYAAA....!".
"WUUUUUUU....BINTANG, AWANNN, CAKRAAA, DIMIANN" seluruh penonton berteriak menyuarakan nama keempat superstar itu.
Hingga yang ditunggu tunggu keluar dari backstage dan naik keatas panggung. Awan dengan drum lagend nya, Bintang dengan gitarnya, Cakra dengan piano, dan Dimian dengan mikrofon nya.
Naiknya Alpha'B keatas panggung membuat suasana semakin menarik. Apalagi mereka membawakan lagu lagu yang sedang populer, hal ini tentu saja membuat keadaan semakin meriah.
Semenjak kali pertama Bintang naik keatas panggung, tatapan Aya tak pernah berpaling sedikitpun dari Bintang. Mata Aya bersinar seolah melihat malaikat turun dari surga. Selama beberapa kali berganti lagupun, Aya menyadari bahwa tatapan Bintang seolah selalu tertuju padanya, mungkin terkesan GR tapi memang itu yang Aya rasakan.
Puncak konser musik kali ini adalah Bintang melempar bunga mawar yang ada di saku bajunya. Yang mendapatkan bunga diperbolehkan berinteraksi dengan Alpha'B keatas panggung.
Setelah dilempar, bunga mawar jatuh ke tangan seorang gadis cantik berparas manis dan rupawan dibelakang Aya.
Tak disangka Gadis itu langsung naik keatas panggung dan meminta dipeluk oleh Bintang, dengan tegas Bintang menolak. Namun demi image band, Bintang menawarkan hal lain.
"Mhh, maaf kita foto aja." Ujar Bintang.
Perempuan tersebut nampak kecewa namun tetap mengiyakan keinginan Bintang dengan semangat.
"Cool, gue suka. Menarik." Aya yang tersenyum tipis.
Setelah konser selesai, Aya bergegas ke ruang ganti. Berniat menemui Bintang untuk sekedar berkenalan. Namun disana, Aya malah bertemu Awan, Cakra dan Dimian
"Hallo guys, penampilan Lo semua keren banget. Salut guee!".
Awan menghampiri Aya "Iya gue tau, dengan adanya orang sempurna kaya gue, band ini pasti bakal jaya terus."
"Mulai nih mulaii..." ketus Aya.
"Udah ay. Biarin aja dia emang butuh suplai kewarasan. Gimana suara gue tadi?" Ucap Dimian.
Aya tersenyum tipis "Keren dim, seperti biasanya."
Dimian nampak tersipu.
"Tumben Lo kesini ay, ada urusan?" Sahut Cakra yang tengah sibuk membersihkan makeup.
"Mampir aja sih." Aya melirik ke setiap sudut ruangan namun tak mendapati orang yang Aya cari ada di sana "Kalian cuma bertiga?"
"Tadi ada si Bintang cuma barusan aja pamit pulang duluan" sahut Dimian.
"Mhhh...ya udah guys lanjut istirahat aja, gue balik dulu udah ditungguin Vania".
"Okeh cantik hati hati yaa...." Sahut Dimian.
Aya bergegas ke parkiran berharap Bintang masih ada disana. Namun terlambat, Aya hanya bisa melihat punggung Bintang menjauh dengan motornya. Aya tersenyum kecil, pikirnya ya sudahlah masih ada hari esok.
"Ay gue nyariin Lo dari tadi Lo kemana aja" Vania tiba tiba ada dibelakang Aya.
Aya terperanjat kaget "Eh Van ngagetin aja. Gue lagi nunggu jemputan."
"Ini ada titipan dari Dimian, dia lupa mau ngasih coklat ini ke Lo tapi Lo udah ga ada."
"Mhh...coklatnya buat Lo aja gue lagi diet" Aya bergegas menuju mobil yang datang menjemputnya.
"Sampai kapan Lo mau nolak Dimian Ay, gue cape jadi perantara terus" ucap Vania.
"Sampai dia cape Van" sahut Aya dari dalam mobil.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments