Aya pun melanjutkan langkahnya hingga berhenti dihadapan pintu ruang klub musik yang sedikit terbuka dan menampakkan celah untuk melihat kedalam.
Seorang laki laki duduk diatas kursi dan tertidur diatas meja dengan wajah yang menghadap ke jendela.
Wajahnya yang samar samar terkena cahaya matahari itu terlihat sangat indah. Putih mulus dengan bibir pink persik yang menawan. Aya melihat pemandangan itu dengan berbinar dari balik pintu.
Laki laki tersebut terlihat mengedipkan mata dan mulai merasa tidak nyaman karena sinar matahari mengenai wajahnya. Melihat itu Aya tak tinggal diam, Aya mengendap masuk dan perlahan menutup gorden jendela.
Sampai laki laki itu nampak lebih baik, Aya berjalan mendekat dan duduk disamping laki laki tersebut sembari tersenyum kecil memperhatikan wajah tampannya.
"Bin, jujur Lo ganteng banget kalo lagi tidur" gumam Aya.
Rupanya laki laki yang tengah tidur tersebut adalah Bintang, seorang laki laki yang menjadi ikon sekaligus superstar sekolah seperti namanya.
Bagaimana tidak, meskipun bertemperamen dingin, Bintang adalah laki laki yang tampan, pintar, ahli memainkan berbagai alat musik bahkan kini menjadi ketua klub musik.
Tak hanya terkenal di dalam sekolah, setiap hari selalu ada para siswi dari sekolah tetangga yang sengaja datang pagi dan menunggu di depan pagar hanya demi melihat Bintang sebentar.
Bintang sendiri berasal dari keluarga tentara dan pengusaha yang tajir melintir, tentu saja itu semakin melengkapi eksistensi nya di SMA Unggulan Garuda Bangsa sampai sampai tak sedikit perempuan yang tergila gila padanya, termasuk Aya.
"Mhhh....loo?" Ucap bintang dengan wajah bantal dan setengah sadarnya.
Aya yang menyadari Bintang terbangunpun kaget dan segera berdiri "Ee-ehh bin, bangun! Ngapain Lo disini, tuh yang lain nungguin Lo di ruang rapat"
"Gue kan udah bilang izin!" Wajah Bintang nampak pucat.
"Kenapa sih Lo ada urusan apa?"
"Gue lagi ga enak badan" suara Bintang terdengar berat dan serak.
"Kenapa Lo, sakit? Jangan sakit dong, superstar SMA Unggulan Garuda Bangsa harus energik hehe" goda Aya sembari menyentuh dahi bintang.
"Terserah Lo." Bintang bergegas mengambil tas nya dan pergi meninggalkan Aya.
"Mau kemana Bin?" Tanya Aya namun tak mendapat respon apapun dari bintang.
Aya mengejar bintang keluar ruangan, namun Aya hanya mendapati punggung kekar lelaki bertubuh tinggi tersebut terus berjalan menjauh. Sementara itu Aya melihat ke luar lapangan nampak seperti gerimis.
"Yah ko gerimis sih, pasti Pa Asep telat lagi nih jemput gue" Aya berdecak kesal.
"Mending cepet cepet selesain ni rapat deh" Batin Aya.
Tanpa pikir panjang Aya segera berlari menuju ruang rapat.
Dua jam berlalu di ruang rapat, Aya melihat jam ditangannya menunjukkan pukul 16.06 "Wah udah sore."
"Gimana guys udah selesai pelajarin kegiatan yang bakal kita adain besok lusa?" Ucap Aya.
"Udah, kegiatannya menarik Ay. Gue udah sebarin posternya di grup sekolah berikut kegiatannya" ucap seorang lelaki bernama Riko yang duduk disebelah Aya. Di bajunya terdapat nametag bertuliskan Wakil Ketua OSIS.
"Gue juga udah bikin proposalnya, nih Lo tanda tangan dulu. Oiya dana juga udah aman" imbuh Vania.
"Okeh Van, thanks ya. Proposal ini gue bawa balik, mau gue baca baca dulu" ujar Aya.
"Besok bawa lagi proposal nya ay, malam ini lo Koreksi yang perlu di koreksi. Pokonya besok gue mau selesain ni proposal biar idup gue tenang! Gue pengen cepet cepet turun jabatan, gak sanggup gue bertahan lebih lama lagi" Jelas Vania.
"Iya Bu sekertaris, bawel lo. Semuanya makasih buat hari ini, Besok sore kita kerja keras lagi dekor lapangan dan kumpulin benda benda yang bakal dibutuhin ya! Rapat hari ini Selesai."
Seluruh orang diruang rapat satu persatu keluar berpamitan pulang. Sementara Aya malah termenung menatap langit yang mulai hujan dari balik jendela.
"Woi ngelamunin apaan Lo! Ayo balik keburu sore" ucap Vania memecah keheningan.
"Duluan aja Van, gue lagi nunggu jemputan kayanya telat."
"Kebiasaan pa Asep. Bener ya gue tinggal nih"
"Iya sana! Berisik kalo ada Lo gue jadi ga tenang."
"Dih yaudah! Ngobrol aja tuh sama tembok" ujar Vania sembari berlalu meninggalkan Aya seorang diri diruang rapat.
10 menit berlalu, Aya turun ke tempat parkir namun tak mendapati mobil yang menjemputnya segera datang. Aya menatap langit yang nampak semakin gelap dan hujan semakin deras, Aya mengusap kedua tangannya yang mulai terasa dingin.
Aya hanya mampu berdecak kesal, mengingat setiap kali hujan turun pasti Pak Asep supir pribadinya selalu saja datang terlambat. Meskipun begitu, Aya tak pernah berinisiatif memecatnya karena Aya memiliki pertimbangannya sendiri.
"Nunggu siapa Lo?" Tanya Bintang yang tiba tiba muncul dari belakang Aya
Aya terperanjat kaget "Loh Lo belum balik? Gue lagi nunggu jemputan."
"Kalo udah balik gue gak bakal disini."
"Hmm iya..." Suasana hati Aya sedang kesal, hanya sebatas itu yang bisa Aya katakan.
"Mau numpang ga, gue pake motor sih tapi bawa jas hujan" Bintang bertutur dengan nada datarnya yang khas.
Aya mendelik kearah Bintang "Emang lo bawa jas hujan berapa?"
"Satu. Tapi ya gapapa Lo yang pake."
"Dih gak lah, Lo lagi sakit bego malah mau ujan ujanan."
"Yaudah kalo gamau." ucap Bintang sembari pergi meninggalkan Aya.
"Eh ehhh....yaudah gue ikut."
Bintang dan Aya berjalan menghampiri motor Harley Davidson berwarna hitam pekat yang terparkir di pojok. Dengan polosnya Bintang mengeluarkan jas hujan berwarna pink dengan motif polkadot dari dalam motornya.
"HAHAHAA, APA APAAN LO, MOTOR DOANG KEREN JAS UJAN WARNA PINK, MANA POLKADOT LAGI HAHAAA" Aya tak sanggup menahan gelak tawa.
"Jas sama helm yang bakal Lo pake punya adek gue" Bintang nampak tersipu "nih pake!"
Mukanya setebal baja tapi hatinya kaya yupi. Hal itu yang saat ini Aya tangkap tentang sikap Bintang.
"Gini aja deh, gue pake bajunya Lo pake celananya." Aya menyodorkan celana jas hujannya kepada Bintang.
Bintang langsung menolak sodoran celana itu "Jangan ngadi ngadi loh ay. Gimana ceritanya."
"Biar adil, gue nutupin bagian atas badan, Lo nutupin bagian kaki. Lagian gue pake rok pendek jadi pake bajunya aja udah ketutupan."
"Gamau gue, apa apaan pake celananya doang."
"Pake ga Lo! Atau gue juga ga pake jas hujan aja biar adil."
"Dasar cewe ribet banget, sini!"
Aya dan Bintang pada akhirnya berbagi jas hujan.
Selama menerobos derasnya guyuran hujan, Jalanan menjadi licin dan lubang lubang tertutup genangan air. Situasi ini sesekali membuat Aya kesusahan mencari pegangan.
"Gue mau ngebut, Lo pegangan yang kenceng."
"Ga gue gamau peg.....AAAAA, GILA LO YA BINTANG. GUE BELUM LULUS, BELUM KAWIN BELUM KEMANA MANA, BELUM SIAP MATIIIII." Spontan Aya memeluk erat tubuh kekar Bintang.
"Berisik Lo ay..."
Bintang membawa motornya dengan kecepatan tinggi hingga Aya tak ada kesempatan mencari pegangan dan terpaksa memeluk Bintang. Disepanjang jalan pun, pengendara yang berpapasan dengan Aya dan Bintang terlihat menatap dengan heran.
"Aduch bangh sosweeth bangecth cihhh, aku jadi mau dibonceng kamuhh hahahha" ejek salah satu pemuda yang naik motor bersama temannya.
"Goblok lo, gara gara Lo nih ah pake bagi jas hujan segala." Bintang berdecak kesal sekaligus malu.
"Dih Lo nya kan juga mau, hahaha"
Bintang dan Aya tertawa bersama diatas motor. Berjalan mengitari kota ditengah derasnya hujan dan langit yang mulai menggelap.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments