"WOO!"
Murid yang lain langsung bersorak ke arahku setelah aku berhasil memukul pedro.
"Apa-apaan itu? Dia benar-benar bisa memukul Pedro."
"Hebat!"
"Boleh juga dia."
Satu ruang latihan mulai berisik lagi. Mereka semua benar-benar dibuat kaget olehku. Bahkan kedua teman Pedro sampai menganga melihat bos mereka terpental.
"T-tidak mungkin..bagaimana bos bisa dipukul oleh si pecundang itu?" Soni menatapku sambil berkedip-kedip dan mulutnya menganga seolah tidak percaya. Begitu juga dengan Jordi.
Jordi menelan ludah lalu mencoba meyakinkan Soni. "H-haha tenang saja..bos tidak akan kalah hanya dengan itu kan?"
"Yah, semoga kau benar." Soni mengangguk.
Jeny juga tidak percaya menatapku tapi dia menahan ekspresinya dengan tersenyum tipis.
'Oh.. boleh juga dia. Itu mengesankan bagaimana dia bisa memukul Pedro. Tapi yang lebih mengesankan lagi adalah bagaimana langkah dia saat memukul Pedro.' ucap Jeny di dalam hatinya sambil menganalisis jalannya pertarunganku.
'Dia sengaja memprovokasi Pedro untuk membuatnya berhenti menyerang dan membuatnya kehilangan kontrol emosinya. Tidak hanya itu. Dia juga membuat suasana menjadi tegang seperti yang diinginkannya. Zen sangat tahu sifat Pedro yang akan membalas provokasi. Jadi saat Pedro mencoba membalas provokasinya disitulah kesempatannya untuk mendekat dan menghantam Pedro.' Jeny tersenyum sambil menyilangkan kedua tangannya.
'Itu seperti semuanya berjalan sesuai rencananya, kah? Pintar juga dia.' ucap Jeny dalam hati sambil melihat pertandingan berlanjut.
Aku kemudian mendekat ke arah Pedro lagi dan sebisa mungkin aku akan memperpendek jarak dengannya. Ketika Pedro mulai bangkit aku lagsung memukulnya lagi dengan pedang kayu. PLAK! Pedro langsung terpental sedikit lagi karena pukulanku telak mengenai wajahnya.
Aku terus mendekat lagi ke arahnya dengan berjalan santai. Pedro mulai bangkit lalu mundur perlahan. Namun aku tidak membiarkan hal itu. Aku melesat ke arahnya dengan cepat.
Pedro mendecak. "Tsk, dasar sialan. Berani sekali kau menyerang dengan cara pengecut seperti tadi!" bentak Pedro dengan keras. Dia mulai mengulurkan tangannya lagi dan mengeluarkan jurusnya. "Rasakan ini. Akar menjalar."
Sebuah akar keluar dari tangannya dan melesat ke arahku. Akar itu datang dengan sangat cepat menyamperiku yang sedang berlari ke arahnya. Namun aku telah mengetahui bahwa dia akan mengeluarkan jurusnya. Aku dengan santai menghindarinya. Kemudian aku melompat dan bersiap memukulnya lagi.
Pedro sedikit terkejut melihat aku bisa menghindarinya. Namun setelah dia melihatku melompat dia tersenyum. "Hah! bodoh." seru Pedro sambil mengulurkan tangannya ke atas dan mengeluarkan jurusnya. Dia menggunakan jurus yang sama ke arahku. Aku tersenyum lalu melempar pedangku seperti melempar tombak ke arahnya.
Sebelum jurusnya keluar aku lebih dulu melempar pedangku. Mata Pedro melebar dan terkejut dengan serangan tiba-tiba. Akibatnya dia tidak sempat menghindari dan pedangku mengenai wajahnya. Serangan yang dia tuju padaku akhirnya meleset dan tidak mengenaiku.
Pedro terpental ke belakang. Aku mengambil pedangku lagi lalu berjalan santai ke arahnya. "Pengecut kau bilang? Jangan konyol. Bukankah kau yang sebenarnya adalah pengecut? sudah jelas-jelas kau salah tapi kau malah tidak mengakuinya..betapa tidak jantan nya dirimu." Aku tertawa mengejek sambil berjalan santai.
Pedro perlahan bangkit dan menatapku dengan wajah marah. "Bajingan kau." tegas Pedro dengan nada sedikit tinggi. Pedro kemudian mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak. Tapi tentu saja tidak akan aku biarkan. Aku terus maju lagi ke arahnya.
"Begitu. Jadi kau mau bertarung jarak dekat denganku? boleh saja." aura Pedro tiba-tiba berubah. Dia menjadi sedikit tenang dan tersenyum menatapku.
Ada apa ini? Dia tiba-tiba jadi tenang..aku merasakan firasat buruk tentang ini. bantinku berkata sambil aku terus berlari ke arahnya.
Aku melayangkan pedangku dengan cepat. Tapi kali ini Pedro dapat menghindarinya. Dia menghindar ke samping lalu mundur sedikit. Aku langsung mengejarnya. Tapi saat aku mengejarnya sebuah akar muncul dari bawah arena. Aku lekas mundur sejenak. "Ugh sial."
Pedro tersenyum. "Aku akui aku memang salah, tapi apapun yang terjadi aku tidak akan kalah darimu. Tidak oleh siapapun!" Pedro berseru keras sambil memasang kuda-kuda. Kedua kakinya dibuka selebar bahu lalu kedua tangannya ditekuk sambil mengepal. "Teknik daun. Akar menggulung." Sebuah akar muncul dan melingkari kedua tangan Pedro.
Aku yang melihat itu langsung terkejut. Waduh ini bercanda kan? dia melapisi tangannya dengan akar? Aku menelan ludah tertegun melihatnya.
Pedro tersenyum. "Bersiaplah Ze-." sebelum Pedro menyelesaikan kata-katanya aku telah lebih dulu maju dan mencoba memukulnya. Tapi sayangnya pukulanku ditangkis olehnya. Pedro tersenyum lagi. "Rasakan ini. Teknik daun. Akar menjalar."
Tangan Pedro yang dilapisi oleh akar tiba-tiba mulai meregang dan menyerangku. Aku yang melihat itu langsung panik melompat mundur darinya. Bagaimana mungkin? Selain melapisi akarnya dia juga bisa mengendalikan sesukanya? Ini merepotkan. Aku menggaruk rambutku.
"Aku masih belum selesai Zen!" Pedro dengan cepat berlari ke arahku. Aku juga berlari ke arahnya. Kami berdua saling bertabrakan. Aku memukulnya dengan pedangku dan dia memukulku dengan tangannya yang dilapisi akar. Kami berdua saling menangkis satu sama lain. Tapi dilain sisi Pedro juga selalu mengeluarkan akar menjalarnya ke arahku yang membuatku sangat kesulitan.
Saat kami saling menangkis Pedro mengeluarkan lagi akar menjalarnya. Aku berhasil menghindarinya tapi aku langsung kehilngan keseimbangan dan hampir membuatku jatuh. Pedro yang melihat itu sebagai kesempata lalu langsung menendangku dengan sangat keras dibagian perutku. BUK! Tendangannya telak mengenaiku dan membuatku terpental sambil berdahak sedikit.
"S-sialan." Aku mengusap mulutku sambil mencoba berdiri. Pedro dengan cepat berlari ke arahku lagi. Lalu mencoba memukulku. Aku langsung menggunakan pedangku untuk menangkisnya. Tapi itu ternyata bukan pukulan melainkan dia mengeluarkan jurusnya. Sial. Itu tipuan kah? Aku kemudian mencoba menghindari itu dengan berguling ke samping.
Belum sempat aku berdiri Pedro mulai melayangkan lagi tinjunya. Tapi kali ini aku berhasil menahannya dengan pedangku. Kami pun lagi-lagi saling membalas serangan.
"H-hebat. Mereka berdua benar-benar sengit."
"Kau benar.. Ini benar-benar menegangkan."
Para Murid satu persatu mulai terkagum melihat kami bertarung.
"Tidak. Yang lebih mengesankan bukankah Zen? Dia dari tadi belum menggunakan kekuatannya untuk melawan Pedro." ucap salah satu siswa.
"Mungkin saja dia memang tidak bisa menggunakannya." balas salah satu siswi perempuan disebelahnya
"Itu tidak mungkin. Syarat masuk akademi adalah minimal bisa mengeluarkan jurus tingkat B." siswa itu menentang.
"Kau benar juga." balas siswi perempuan disebelahnya sambil menggaruk rambutnya.
Kedua teman Pedro mulai menganga melihatku bisa bertarung sebanding dengan Pedro tanpa kekuatan. Bukan hanya mereka. Tapi semua orang disini sangat fokus pada pertandingan. Bahkan pak Heisei tidak melepaskan pandangannya dari arena. begitu juga dengan Jeny.
"Rasakan ini Zen!" teriak Pedro sambil melayangkan pukulannya ke arahku. Sebelum pukulannya mengenaiku aku terlebih dahulu menendang perutnya. BUK! Tendanganku mengenainya. "Ugh." Pedro terdorong sedikit. Dia mulai memegangi perutnya sambil membungkuk.
'S-sialan. Kenapa bisa pecundang ini sangat hebat?' batin Pedro berucap sambil melihatku dengan tatapan heran.
'Bagaimana bisa dia menjadi sekuat ini? setauku Zen sama sekali tidak pernah bilang bahwa dia sangat ahli dalam menggunakan pedang atau bahkan beladiri. Tapi bukankah dia saat ini sangat hebat? Apa dia membohongiku?' Pedro menggertak giginya dan menatapku dengan sangat marah.
Aku terus sigap dihadapannya meskipun aku sudah sangat lelah. Keringat bercucuran dibadanku. Sial apakah hanya segini saja staminaku? Tidak. Stamina anak ini benar-benar payah. Jika bukan karena keterampilan berpedangku dulu aku yakin aku pasti sudah kalah. Aku mengatur nafasku yang ngos-ngosan.
Bagaimana sekarang? Aku seratus persen tidak akan menang jika semakin lama. Sejauh ini rencanaku masih berjalan sukses. Aku sengaja untuk membuat dia semakin marah dan semakin mengeluarkan kekuatannya yang sesungguhnya. Lalu sampai saat aku kalah aku akan membeberkan kekuatanku. Tapi yang jadi masalahnya adalah bagaimana caranya aku kalah? Aku harus menciptakan situasi dimana dia bisa mempercayai kekuatanku.
Aku terus berpikir sambil memasang posisi siap bertarung untuk menyembunyikan pikiranku yang sebenarnya.
Baiklah mari kita coba untuk memprovokasinya lagi. Aku menyeringai menatap Pedro yang tengah mencoba bangun dari tendanganku, aku menatapnya dengan memasang wajah sombong. "Ada apa? Apa hanya segini saja kemampuanmu? Padahal aku sama sekali belum mengeluarkan kekuatanku loh." Aku menatap Pedro dengan senyum mengejek terlukis di wajahku.
Akan ada dua respon yang mungkin akan keluar dari mulutnya. Pertama. "Kalau begitu keluarkan saja kemampuanmu sialan! Aku tidak mau ketika kau kalah nanti kau akan beralasan seperti itu!" untuk dia merespon seperti ini sejujurnya agak kecil kemungkinannya.
Jika mengikuti sifatnya yang emosian maka aku yakin responnya akan seperti kemungkinan yang kedua.
"Jangan meremehkanku dasar pecundang sialan! Aku tidak akan kalah darimu!" bentak Pedro sengan keras. Dia mulai kembali siap ke posisi bertarungnya lagi.
Yap. Seperti yang kuduga. Aku tersenyum mendengar responnya. Tapi kemudian aku dikejutkan dengan dia yang langsung lari ke arahku.
"Sini kau bajingan!" teriak Pedro sambil melesat ke arahku dengan tinjunya yang telah melayang di udara.
Baiklah dia sekarang telah menyerang. Saatnya lanjut ke langkah selanjutnya untuk rencanaku mengalahkannya. Aku tersenyum lalu menjawab serangannya. TAS! Aku menahan tinjunya dengan pedangku.
"Sesuai permintaanmu!" Aku berseru riang sambil menangkis serangannya dengan tertawa sedikit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nurul Pky
rencana yang
2023-12-05
0