BAB 4

"E-eh..apakah dia baru saja berkata kasar?"

"S-sepertinya begitu."

"Bagaimana mungkin?"

"Tidak, tapi waktu itu juga dia berkata kasar kan?"

"Jadi itu beneran?"

Sekarang satu ruangan penuh dengan pembicaraan mengenaiku. Seluruh murid menatapku dengan tatapan tidak percaya. Bahkan Heisei juga menatapku tidak percaya.

Bahkan Pedro juga hanya bengong melihat tingkahku. Namun tidak lama wajahnya berubah mengejekku lagi.

"Hah! Apakah sekarang kau telah kehilangan akal, Zen?" Pedro menyeringai lebar mengejekku sambil tertawa sedikit.

Aku menatapnya dengan wajah jengkel. yah aku tidak berniat menyembunyikan sifat asliku juga lagian. Jadi tidak masalah lah. Aku kemudian tersenyum sambil menunjuk Pedro.

"Orang yang telah kehilangan akal itu kau dasar badut hidup." Aku tertawa.

Semua orang disini benar-benar terkejut sehingga satu ruangan hening karena tingkahku. Heisei lalu bertanya padaku karena dia tidak percaya apa yang dia lihat.

"Apakah kau benar-benar Zen?" Heisei menatapku dengan mata membelalak seolah tidak percaya melihatku.

Aku kemudian tersenyum lembut padanya dan berkata dengan nada hangat. "Tentu saja pak. Ini aku. Asli dari pabriknya."

Heisei berkedip lalu mengusap matanya dan menatapku masih tidak percaya. "Kamu serius Zen?"

Aku mengangguk dan memberikan jawabab meyakinkan ke padanya. "Tentu saja. Aku minta maaf atas kelakuanku tapi aku tidak bisa menahannya pak. Pedro dan teman-temannya terus membullyku dan aku sangat kesal dengan mereka jadi mohon maaf jika aku terlihat tidak sopan."

Aku membungkuk ke arahnya sambil tersenyum lebar. "Jika bapak tidak percaya. Maka tanyakan saja kepada seluruh orang disini. Mereka semua saksi kejadian tapi mereka malah diam saja pak." Aku mengangkat wajahku dan menggantinya dengan ekspresi sedih.

Seluruh murid-murid disini pun langsung kaget. Pak Heisei pun dengan tegas menatap mereka semua dengan wajah serius dan aura mengancam.

"Apakah itu benar?" pak Heisei bertanya.

Anak-anak yang lain langsung terdiam setelah mendengar pak Heisei. Mereka tidak bisa berkata apa-apa. Beberapa saat lagi pak Heisei menatap Pedro.

"Apakah itu benar Pedro? katakan yang sejujurnya." tegas Heisei sambil menatap Pedro dengan tajam dan mengeluarkan aura mengancam keseluruh ruangan.

Semua murid disini termasuk aku juga merasakan tekanan itu. Tekanan yang sangat kuat yang membuat semua orang jadi diam bahkan sampai berkeringat dingin.

Pedro yang merasakan aura membunuh ke arahnya langsung tidak berkata apa-apa. Aku tau ini akan terjadi. Ini memang metode yang bagus tapi metode ini juga ada kelemahannya. Aku sudah yakin dia pasti tidak akan menjawabnya. Aku lalu berusaha bangkit dan berbicara dengan gugup ke arah pak Heisei.

"M-maaf pak. Tapi kurasa dia tidak akan mengakuinya." Aku mengangkat tanganku dan menatap pak Heisei.

Pak Heisei yang menyadariku langsung menurunkan aura ancamannya. Sekejap seluruh tubuhku langsung lega dan ringan.

"Karena semua orang menjadi saksi seperti yang kubilang. Bagaimana kita tanyakan salah satu saksinya saja pak? Orang yang tidak akan berbohong disituasi seperti ini." Aku tersenyum menatap pak Heisei.

Heisei mengangkat salah satu alisnya dan wajahnya terlihat sedikit penasaran. "Oh, siapa itu?" tanya pak Heisei sambil tersenyum tipis ke arahku.

"Putri Jeny." Aku berbicara sambil meninggikan nada suaraku sedikit kemudian aku menatap Jeny dengan seringai licik. "Dia adalah salah satu saksinya pak. Bahkan baru-baru ini juga dia melihat bahwa aku dibully ketika pertandingan antara dia dan Robi selesai, kan?" tanyaku.

Jeny melihatku dengan wajah terkejut. Bola matanya melebar dan mulutnya sedikit terbuka. Namun dengan cepat dia menutupi ekspresi terkejutnya dan kembali tenang. Dia lalu berdiri dari kursinya dan mulai angkat bicara.

"Ya. Dia benar pak. Aku baru saja melihat bahwa Zen baru saja di bully ketika pertandingan antara aku dan Robi selesai. Dan aku juga mengakui bahwa aku hanya melihat Zen di bully dan tidak membantunya. Maaf pak." Jeny kemudian membungkuk badannya ke arah Heisei.

Sontak murid-murid yang lain ikut bergabung meminta maaf karena melihat Jeny. Teman-teman Pedro juga ikut minta maaf namun hanya Pedro saja yang masih diam dan wajahnya sangat merah karena kesal.

Aku tersenyum puas karena semuanya berjalan sesuai rencana. Meskipun ini rencana dadakan sih, hehe. Aku kemudian melihat ke arah Pedro.

"Yah, aku tidak mengharapkanmu untuk meminta maaf sih. Sebagai gantinya. Aku akan mengalahkanmu. Itu tidak masalah kan pak?" Aku menatap pak Heisei dengan senyuman sambil menunjuk Pedro.

Pak Heisei mengangguk. "Jika itu keinginanmu maka tidak masalah. Dan untuk kalian semua nanti akan bapak tegur kalian. Kalian mengerti?" tanya pak Heisei sambil menatap mereka semua dengan tatapan tajam.

Mereka semua mengangguk. "Baik pak."

"Bagus. Dan sekarang kita lanjutkan ujiannya." ucap pak Heisei. Mereka semua lalu kembali duduk.

Aku yang melihat mereka semua terdiam langsung tersenyum puas lalu mulai berbisik ke pak Heisei. "Oh ya ngomong-ngomong pak...."

Pak Heisei yang mendengarnya langsung menatapku dengan heran. "Hm? Kenapa?"

Aku tersenyum kecil untuk menjawabnya. "Karena pada saat itu aku belum pasti kalah."

Pak Heisei agak ragu menatapku tapi kemudian mengangguk. "Yah baiklah terserah."

"Terimakasih pak." Aku langsung membungkuk lalu berbalik lagi ke arena.

Pak Heisei yang melihatku telah fokus dan berbalik ke arena dia langsung memulai pertandingannya.

"Baiklah. Mulai!" seru pak Heisei mengayunkan tangannya dari atas ke bawah.

Pertandingan dimulai antara Aku melawan Pedro. Pedro masih terlihat diam saja daritadi. Sepertinya dia tidak bisa berkutik saat kejahatannya terbongkar. Mengecewakan sekali. Aku kemudian mulai berbicara untuk memecah keheningan.

"Ada apa? Bukankah kau tadi ingin menghajarku?" Aku tersenyum mengejek ke arahnya.

Pedro melihtku dengan tatapan tajam dan buas. Mukanya sangat merah dan sepertinya emosinya sudah mau meledak. "Kau benar-benar sangat berani Zen. Baiklah akan aku turuti kemauanmu. Akan aku habisi kau sekarang juga." Pedro memasukkan tangannya ke dalam saku celananya dan memasang posisi bertarung.

"Bagaimana ini? sepertinya bos terlihat sangat marah besar." tanya Soni sambil menggigit giginya.

"Tidak tau. lagipula aku tidak menyangka dia akan seberani itu untuk melapor disituasi seperti ini." balas Jordi.

"Jangan-jangan dia memang telah merencanakan hal ini Jordi." Soni menatap Jordi dengan wajah serius. jordi balas menatapnya.

"Sepertinya begitu." Jordi mengangguk kemudian dia melihat ke arah arena lagi. "Tapi tenang saja. Bos tidak akan kalah melawannya. Meski ini sudah direncanakan olehnya tetap saja melawan bos bukanlah hal yang mudah. Itu hanya akan menjadi bumerang baginya." ucap Jordi sambil tersenyum sombong.

"Benar juga." Soni tersenyum lebar. "Itu hanya akan menjadi senjata makan tuan, bukankah begitu?" tanya Soni sambil tertawa dan melihat ke arena.

"Ya. Itu benar." Jordi mengangguk sambil membuka cemilannya lagi.

Semua murid disini langsung melihat pertandingan dengan sangat serius. Terutama Jeny. Dia sangat serius melihat pertandingan ini. Ada rasa kesal juga dihatinya karena telah dimanfaatkan olehku.

'Memangnya seberapa kuat dia sampai berani menantang Pedro di depan umum seperti itu?' ucap Jeny dalam hatinya.

Pertandingan langsung memanas dengan Pedro yang langsung menyerangku secara bertubi-tubi dan aku yang berusaha keras menghindari serangannya. Karena fokusku untuk menghindari serangannya jadi susah bagiku untuk membalas serangannya.

"Hahaha. Apakah hanya itu saja yang mampu kau lakukan? Terus menghindari seranganku seperti pengecut?" Pedro tertawa sambil terus melancarkan serangannya.

Kekuatannya berasal dari batu bumi dan dia mendapat elemen daun. Dia mampu mengeluarkan akar-akar pohon dan menggerakkan mereka sesuka hatinya. Yang berarti kekuatannya mengandalkan serangan jarak jauh. pikirku sambil terus menghindari serangannya.

Aku terus menghindari akar-akar yang terus mengarah padaku. Aku berlari ke kanan dan ke kiri untuk membingungkan ritmenya tapi sepertinya tidak berhasil.

"Rasakah ini!" seru Pedro sambil mengangkat tangannya ke depan dan membuat akar itu ke arahku.

Akar itu lalu melesat dengan sangat cepat keluar dari tangannya dan dengan cepat mengarah padaku. Aku yang melihat itu sekejap panik namun aku langsung menangkisnya dengan pedang kayu yang telah kuambil sebelumnya. TAS! Aku berhasil menangkisnya.

Pedro tersenyum. Kemudian aku menyadari ada satu akar lagi yang melesat ke arahku. Sebelah kiri. Aku langsung menoleh dan mencoba menepis akar itu. Namun sayang sekali aku terlambat menepisnya. Akar itu mengenai perurku dan membuatku terpental.

"Haha. Apa ini.. ayolah tadi kau baru saja sombong ingin mengalahkanku. Tapi hanya segini saja kah yang kau mampu?" ucap Pedro dengan percaya diri.

Aku mencoba bangkit dan membalas perkataannya. "Sombong sekali padahal daritadi aku belum mengeluarkan kemampuanku tapi aku masih mampu mengimbangimu." Aku menyeringai mengejek Pedro.

"Hah! Kalau begitu keluarkanlah kemampuanmu. Mari kita bertarung dengan serius disini." bentak Pedro sambil menaruh kedua tangannya di pinggulnya. "Atau kau takut karena kemampuanmu itu lemah? Haha." Pedro tertawa mengejek.

Aku perlahan berdiri dan menatap Pedro dengan wajah jengkel. Yah dia tidak salah sih. kemampuanku tidak lemah. Tapi bisa dibilang sangat rumit untuk menggunakannya.

Setiap orang yang telah mendapatkan kekuatan dari salah satu ke empat batu suci pasti akan mendapatkan sebuah pesan yang tertulis di batu itu. Pesan itu adalah sebuah kekuatan dan elemen yang bisa kugunakan.

Saat anak ini meletakan tangannya di batu bumi. Zen mendapatkan elemen tanah. Dan kekuatannya adalah. Aku bisa membuat apa saja dari elemen tanah sesuai imajinasi orang lain. Yang artinya aku harus membuat mereka membayangkan kekuatanku agar kekuatanku aktif. Ini sangat merepotkan.

"HORA!" teriak Pedro melayangkan serangannya lagi. Aku yang sedang berpikir sontak langsung menghindar dan mengambil pedangku lagi yang terjatuh.

Jika terus seperti ini aku tidak akan mendapatkan proses. Kalau begitu. Aku berhenti berlari dan menatap Pedro dengan wajah mengejek. "Untuk mengalahkanmu. Cukup bagiku untuk menggunakan pedang kayu saja." Aku tersenyum dengan wajahku yang sedikit berkeringat.

Pedro mengangkat satu alisnya dan menatapku dengan wajah jengkel. "Apa katamu?"

Semua orang disini juga kaget.

"Huh? Apa yang dia bicarakan?"

"Dia bilang cukup dengan pedang kayu bisa mengalahkan Pedro? Apa dia gila?"

Satu ruangan mulai bising. Aku tersenyum dan lanjut memprovokasi. "Aku bilang. Aku bisa mengalahkanmu hanya dengan pedang kayu, Bodoh!" Aku berteriak ke arah Pedro sambil memasang kuda-kuda dan memegang erat pedangku.

"Sepertinya otakmu sudah rusak karena mau kalah ya." muka Pedro memerah lagi karena kesal namun tidak lama wajahnya berubah menjadi tenang lalu tertawa mengejek. "Baiklah mari kita lihat apa ya-." saat Pedro sedang berbicara aku langsung berlari dengan cepat lalu menghunuskan pedangku ke arahnya.

Wajah Pedro langsung berubah terkejut. Dia buru-buru meregangkan tangannya ke depan dan mengeluarkan jurusnya lagi. "Teknik daun. Akar menjulang."

Sebuah akar langsung muncul dari bawah arena dan menjulang dari arah kananku. Namun aku telah menyadarinya. Aku telah mengetahui bahwa dia akan mengeluarkan jurus itu. Proses pertama telah selesai. Aku langsung terdiam sebentar dan melompat mundur sedikit membelakangi akar itu. Setelah itu aku maju lagi dengan cepat ke arahnya.

"A-apa?" Pedro terkejut melihatku dapat menghindari serangannya yan tiba-tiba itu.

'Apa dia telah membaca semua jurusku? Tidak. Dia memaksaku untuk mengeluarkan jurus itu. Sial aku terkena jebakannya' batin Pedro berucap sambil dia menggertak giginya. Pedro lalu bersiap mengeluarkan jurus lagi tapi dia telah terlambat.

Aku kini telah berada di depan wajahnya lalu menghajar wajahnya dengan pedang kayu. PLAK! Aku memukulnya dengan keras sehingga membuat Pedro terpental kebelakang.

Semua murid disini langsung hening dan terkejut melihat Aku berhasil memukul Pedro. Pak Heisei hanya tersenyum melihat pertandingan kami.

Aku kemudian tertawa puas.

"Sudah kubilang kan? Aku bisa mengalahkanmu hanya dengan pedang kayu."

Aku meletakan pedangku di bahuku sambil tersenyum mengejek Pedro.

Terpopuler

Comments

Nurul Pky

Nurul Pky

hehehe bisa sudah memukul

2023-12-05

0

Zirkel Sunnah

Zirkel Sunnah

ceritanya seruu sekali..
semangat🔥

2023-11-08

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8 | Ryan Penber/Flux
9 BAB 9 | Powerless Stone
10 BAB 10
11 BAB 11 | Monster Siluman
12 BAB 12 | Persiapan Rencana
13 BAB 13 | Hilangnya para Monster
14 BAB 14 | Penyerangan
15 BAB 15
16 BAB 16 | Gadis perak
17 BAB 17 | Paksaan
18 BAB 18 | Bunuh atau Tidak
19 BAB 19 | Deklarasi Penyerangan
20 BAB 20 | Evil Man
21 BAB 21 | Telah Dimulai
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24 | Serangan Elang Api
25 BAB 25 | Saatnya Pembalasan
26 BAB 26 | Ronde 2
27 BAB 27 | Bahaya Lain
28 BAB 28 | Maksud dan Tujuan
29 BAB 29 | Mangsa yang Layak
30 BAB 30 | Jaguar vs Humonkey
31 BAB 31 | Sudah Berakhir
32 BAB 32 | Bola Emas
33 BAB 33 | Panggilan
34 BAB 34 | Hadiah
35 BAB 35 | Menyesal
36 BAB 36 | Kekuatanku
37 BAB 37 | Ajax dan Pedro
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41 | Wicked
42 BAB 42 | Pencarian
43 BAB 43
44 BAB 44 | Peringkat
45 BAB 45 | Waktu Yang Tepat
46 BAB 46
47 BAB 47| Trik
48 ILUSTRASI CHARACTER
49 BAB 48 | Bantuan
50 BAB 49 |
51 BAB 50 | Terjebak
52 BAB 51 | Berita buruk
53 Bab 52 | Rapat
54 BAB 53
55 BAB 54 | Orang aneh
56 BAB 55
57 BAB 56 | 13 Penjaga
58 BAB 57 | Pembunuhan Raja Vincent#1
59 BAB 58 | Pembunuhan Raja Vincent#2
60 BAB 59 | Pembunuhan Raja Vincent#3
61 BAB 60 | Pembunuhan Raja Vincent#4
62 BAB 61 | Pembunuhan Raja Vincent#5
63 BAB 62 | Pembunuhan Raja Vincent#6
64 BAB 63 | Selesai
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 66
Episodes

Updated 68 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8 | Ryan Penber/Flux
9
BAB 9 | Powerless Stone
10
BAB 10
11
BAB 11 | Monster Siluman
12
BAB 12 | Persiapan Rencana
13
BAB 13 | Hilangnya para Monster
14
BAB 14 | Penyerangan
15
BAB 15
16
BAB 16 | Gadis perak
17
BAB 17 | Paksaan
18
BAB 18 | Bunuh atau Tidak
19
BAB 19 | Deklarasi Penyerangan
20
BAB 20 | Evil Man
21
BAB 21 | Telah Dimulai
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24 | Serangan Elang Api
25
BAB 25 | Saatnya Pembalasan
26
BAB 26 | Ronde 2
27
BAB 27 | Bahaya Lain
28
BAB 28 | Maksud dan Tujuan
29
BAB 29 | Mangsa yang Layak
30
BAB 30 | Jaguar vs Humonkey
31
BAB 31 | Sudah Berakhir
32
BAB 32 | Bola Emas
33
BAB 33 | Panggilan
34
BAB 34 | Hadiah
35
BAB 35 | Menyesal
36
BAB 36 | Kekuatanku
37
BAB 37 | Ajax dan Pedro
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41 | Wicked
42
BAB 42 | Pencarian
43
BAB 43
44
BAB 44 | Peringkat
45
BAB 45 | Waktu Yang Tepat
46
BAB 46
47
BAB 47| Trik
48
ILUSTRASI CHARACTER
49
BAB 48 | Bantuan
50
BAB 49 |
51
BAB 50 | Terjebak
52
BAB 51 | Berita buruk
53
Bab 52 | Rapat
54
BAB 53
55
BAB 54 | Orang aneh
56
BAB 55
57
BAB 56 | 13 Penjaga
58
BAB 57 | Pembunuhan Raja Vincent#1
59
BAB 58 | Pembunuhan Raja Vincent#2
60
BAB 59 | Pembunuhan Raja Vincent#3
61
BAB 60 | Pembunuhan Raja Vincent#4
62
BAB 61 | Pembunuhan Raja Vincent#5
63
BAB 62 | Pembunuhan Raja Vincent#6
64
BAB 63 | Selesai
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 66

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!