Setelah aku mengetahui bahwa aku bereinkarnasi ke dunia lain dan memasuki tubuh ini. Sekarang aku sedang mencari informasi mengenai dunia ini. Aku menyimpulkan bahwa ini bukan duniaku sebelumnya adalah karena pakaian sekolah ini berbeda. Juga saat aku sedang jalan-jalan disekitar sekolah ini. Aku melihat bahwa banyak keanehan. Banyak orang yang bisa terbang dan mengeluarkan sesuatu seperti sihir. Oleh karena itu aku memutuskan mencari informasi lebih lanjut mengenai hal itu di perpustakaan sekolah ini.
Perpustakaannya sangat luas. Setidaknya ada sekitar seratus ribu buku disini. Perpustakaan ini memiliki tiga lantai. Lantai pertama terdapat banyak kursi dan meja untuk orang bisa membaca dengan bebas. Semua bukunya tersusun rapih di lemari buku yang berjejer di dinding kiri dan kanan. Sementara dilantai dua juga terdapat kursi dan meja. Dan di lantai dua ini juga terdapat makanan gratis jika murid-murid disini pada lapar sehabis membaca buku. Di lantai tiga juga sama. Dan yang uniknya masing-masing lemari terdapat sebuah anak tangga agar kita bisa mengambil buku di rak paling atas.
"Sungguh perpustakaan yang lebar." Aku menatap sekeliling perpustakaan ini dengan mata berbinar. Aku merasa seperti bersekolah di oxford.
Saat ini aku tengah ada di lantai dua perpustakaan. Aku duduk bersandar membaca 350 buku di mejaku sambil makan cemilan. Dan sepertinya itu membuatku terlalu mencolok. Karena orang-orang pada melihatku. Yah aku tidak peduli juga sih. Aku langsung membuka buku pertama dan membacanya.
"Tulisan-tulisan ini sejujurnya agak aneh. Ini tertulis dalam huruf kebalikan dari duniaku." ucapku sambil memakan biskuit saat membaca buku.
Setelah 15 jam berlalu. akhirnya aku telah menghabiskan semua buku itu. Dan aku mendapat informasi yang kubutuhkan.
Dunia ini benar-benar dunia lain. Setidaknya. Bisa kubilang ini adalah kebalikan dari duniaku sebelumnya. Karena hampir semua seluruh huruf ini tertulis dalam bentuk terbalik dari huruf duniaku.
Juga disini menjunjung tinggi sistem pemerintahan kerajaan. Jadi tidak heran jika banyak kerajaan disini. Dan ternyata tidak hanya manusia. Di dunia ini juga terdapat beragam ras seperti. Elf, dan monster siluman. Mereka hidup saling berdampingan disini.
Pantas saja aku sering melihat orang dengan kuping runcing disekitar akademi ini. Aku tertawa kecil.
Dunia ini juga memiliki sebuah kekuatan seperti yang kubilang pada awalnya. Kekuatan itu bersumber dari 4 batu dunia yang bernama. Four sacred stones.
Dari empat batu itu masing-masing memiliki kekuatannya tersendiri.
Batu pertama atau yang disebut disini adalah Sun Stone. Batu ini memungkinkan kita untuk bisa mendapatkan kekuatan api. Entah api macam apa tapi yang jelas Api.
Batu kedua adalah Moon Stone. Batu ini sangat jarang ditemukan penggunanya. Kebanyakan yang menggunakan ini adalah sekelompok assasin dan organisasi jahat. Karena kemampuan dari batu ini sendiri bisa dibilang sangat hebat. Batu ini memiliki ragam kekuatan yang bisa di dapat seperti. Kekuatan bayangan, kabut, kekuatan menghilang dan sebagainya.
Batu ketiga adalah Earth Stone. Batu ini dapat memberikan kekuatan tanah, serta dedaunan yang berkaitan dengan alam di dataran.
Batu keempat adalah Cloud Stone. Batu ini berhubungan dengan kekuatan langit seperti angin, awan, terbang dan berbagai macam lainnya.
Lalu aku memiliki kekuatan dari Eart stone. Dan aku memiliki kekuatan tanah. Entah kenapa kekuatan ini dianggap lemah disini. Apa itu dianggap lemah karena anak ini tidak pernah menguasainya dengan benar?
Aku menghela nafas panjang lalu membereskan bukuku dan aku keluar dari perpustakaan. Yah terserahlah. Aku tinggal meningkatkan saja kekuatan ini kalau begitu. Aku berjalan keluar perpustakaan dan menuju asramaku. Aku dapat melihat awan-awan telah gelap disertai cahaya bintang menyinari gelapnya malam.
Setelah beberapa menit akhirnya aku sampai di asrama pria. Aku melihat sekeliling dan betapa besarnya asrama ini. Asrama ini memiliki 4 tingkat dan ada banyak kamar yang tersedia disini. Sepertinya masih-masing murid punya kamarnya sendiri.
"Apakah ini asrama pria? Hebat. Ini sangat besar." kataku dengan kagum.
Kamarku berada di lantai tiga. Jadi aku harus berjalan dan menaiki tangga untuk sampai ke lantai tiga. Agak merepotkan sih.
Saat aku sedang berjalan. Tiba-tiba saja aku mendengar suara seseorang minta tolong. "t-tolong." suara itu sangat lemah. Apa aku salah dengar? Tapi kemudian aku mendengarnya sekali lagi dan kali ini sedikit lebih keras "T-tolong." Apakah itu hantu? Aku memegangi badanku dan mulai menggigil.
Namun karena penasaran aku mencoba mengeceknya. Suaranya tidak jauh dari lantai dua ini. Ah. Itu dia. Sumber suara itu berasal dari sebuah lorong ruangan kecil. Aku kemudian bergegas kesana dan aku mengintip.
Dan aku melihat seseorang sedang di bully disana. Seorang pria berbadan kurus pendek mengenakan kacamata dan rambut mangkuk hitam terbaring tidak berdaya sedang dipukuli oleh empat anak lainnya.
"Hahaha. Tidak akan ada orang yang menolongmu. Bodoh." mereka berempat menendang anak itu secara bersamaan.
Sungguh pemandangan yang memuakkan. Apakah sebegitu parahnya atitude anak-anak disini? Aku menatap mereka dengan sangat geram sambil aku mengepalkan tinjuku.
Tidak. Sebenarnya aku suka pemandangan ini. Tapi karena aku berada di tubuh anak ini. Entah kenapa aku menjadi sangat marah. Haruskah kutolong? Aku berbalik menaruh lenganku di daguku dan mulai bepikir.
Jika aku menuruti otakku sih sudah jelas tidak. Karena akan percuma aku menolongnya dengan tubuh ini. Memukul saja bahkan tidak bisa, yang ada aku nanti bakal ikutan dipukuli.
"M-maafkan aku. Tolong hentikan." Anak berkacamata itu menggeliat dan memohon sambil memegangi perutnya yang kesakitan.
Mendengar suaranya yang lemah langsung membuat badanku bergerak. Sial. Aku tidak bisa menahannya. Baiklah daripada memikirkan menolongnya atau tidak lebih baik berpikir bagaimana cara melaporkan mereka. Tidak ada handphone di dunia ini.
Aku kemudian menemukan sebuah ide. Aku menjauh dari tempat kejadian dan setelah agak jauh aku berjalan lagi ke sana dengan menepakkan kakiku ke lantai dengan keras agar mereka mendengarnya.
"H-hey, apakah kau mendengar itu?" salah seorang anak berambut kuning berbaju putih serta celana ungu. Badannya kurus pendek dan wajahnya tampak seperti blasteran. Namanya adalah Martin. Dia menyadari ada orang yang mendekat ke arah mereka.
"Huh? Dengar apa?" salah seorang temannya lagi yang mengenakan sweater berwarna oren rambutnya berwarna hitam pekat hingga menutupi jidatnya. Badannya pendek kurus dan bola matanya berwarna merah. Namanya adalah Rey. Rey menoleh ke anak itu dan menatapnya dengan wajah heran.
Lalu mereka berempat berhenti menendang anak kacamata itu dan mulai dengan seksama fokus mendengar sesuatu. Itu adalah sebuah suara langkah kaki dan mereka menyadari itu.
"H-hey bagaimana ini?" ucap anak dengan mata sipit dan berbadan tinggi kurus berambut botak. Mengenakan baju putih berlengan panjang dan celana panjang. Namanya adalah Yoshua. Dia berkata sambil menoleh ke arah teman-temannya.
"Sial. Apakah itu penjaga asrama?" tanya seorang anak berambut hitam badannya pendek, kurus, serta bola matanya yang besar. Namanya adalah Geto
"Tidak. Seharusnya penjaga asrama baru mulai mengecek lantai satu sekarang, tidak mungkin dia akan kesini." ucap Rey sambil memegang dagunya dan berpikir.
Mereka bertiga mulai panik. "Lalu siapa? Apakah itu orang lain?"
Rey menggeleng lalu menatap mereka dengan wajah jengkel dan berseru. "Mana kutahu!" dia mengambil nafas sejenak dan mulai berbicara lagi.
"Akan lebih bagus jika dia adalah teman sekelas. Kita masih bisa membungkamnya. Yang jadi masalah adalah jika dia senior kita. Atau kemungkinan terburuknya orang itu benar-benar penjaga Asrama."
"Lalu kita harus gimana?"
"Dari arah langkahnya sepertinya itu berasal dari anak tangga. Jarak dari tangga ke sini cukup jauh jadi kita masih sempat melarikan diri. Jadi ayo lebih baik kita melarikan diri sekarang." kata Rey memerintah mereka.
Mereka bertiga mengangguk mengikuti perintah Rey. Mereka berempat akhirnya memutuskan untuk lari. Tapi sebelum Rey berlari dia berhenti sejenak dan menatap anak kacamata itu dengan tatapan tajam.
"Kau beruntung kali ini mikel." ucap Rey sambil menunjuk anak berkacamata yang terbaring dilantai. Mereka berempatpun pergi dengan hati-hati dan cepat.
Aku menghentikan langkah kakiku di tempat kejadian tersebut dan melihat mereka lari dengan wajah tersenyum. "Baguslah. Mereka telah kabur. Meski sangat disayangkan aku tidak bisa melaporkan mereka sih." Aku menghela nafas panjang sambil menunduk.
Anak dengan kacamata itu kaget saat melihatku ada disini. Dia pikir bahwa itu beneran langkah kaki penjaga asrama. "S-siapa kau?" dia bertanya dengan nada gugup.
Aku kemudian mendekat ke arahnya. "Aku adalah Zen Ferdinand." Aku jongkok dan melihatnya dari dekat.
"Z-zen? anak yang sering di bully itu?" Mikel menatapku dengan wajah terkejut.
"Hey setidaknya sadar diri dasar mata empat." Aku kemudian menimpalinya dan menatapnya dengan wajah jengkel. "Seharusnya kata-katamu adalah terimakasih. Bukan malah bilang begitu, bodoh."
Entah ada angin apa anak itu menatapku dengan wajah terkejut dan matanya melebar seolah sedang melihat hantu.
"EH?" Mikel berteriak sedikit.
"Huh?"
Aku yang melihatnya langsung kaget lalu melayangkan tanganku untuk menabok wajahnya.
"Jangan berisik bodoh."
Tapi seperti biasa. Tubuhku lagi-lagi kaku dan tidak bisa gerak saat aku ingin menamparnya.
"Ugh, lagi-lagi begini."
Aku menghela nafas kemudian menatap Mikel dengan wajah datar. "Kenapa kau berteriak?"
Mikel berkedip sebentar sebelum akhirnya dia menjawab.
"Habisnya kau itu dikenal sebagai bangsawan yang baik hati. Tidak pernah melakukan kejahatan apapun bahkan berkata kasar. Aku tidak percaya kau malah berkata begitu."
Aku menatapnya dengan wajah terkejut dan sedikit panik.
Waduh.. dia benar juga. Tapi ini pertama kalinya aku mendengar dia tidak pernah berkata kasar. Ah sialan ribet sekali tubuh ini. Pikirku sambil aku menggaruk rambutku.
"Y-yah.. Kau tau? Tidak semua yang kau dengar dan kau lihat adalah hal yang sebenarnya." Aku mencoba mencari alasan sambil menggaruk rambutku dan tersenyum kaku.
"Begitu ya. Jadi selama ini kau itu orang yang kasar ya, Zen?" Mikel mulai bangkit dan duduk sambil menepuk-nepuk bajunya yang kotor.
"K-kau!" Aku menatapnya dengan jengkel tapi dilain sisi dia ada benarnya juga.
Aku menghela nafas dan menepuk jidatku. Betapa tidak sopannya anak ini. Pikirku.
"Dan kau? Siapa namamu?"
Mikel akhirnya sadar bahwa dia belum memperkenalkan namanya. Kemudian dia menepuk dadanya sambil memperkenalkan diri.
"Namaku adalah Mikel wyston anak ke 4 dari raja Wyston yang memimpin kerajaan Wyston di daerah timur."
Kemudian dia langsung menunduk. "Dan juga terimakasih karena telah menolongku. Aku akan merahasiakan sikapmu yang tersembunyi ini kok." Mikel mengangkat kepalanya sambil tersenyum.
A-anak ini.. Apa dia mengejekku? Gumamku dalam hati.
"Yah terserahlah yang penting kau sudah selamat sekarang." Aku kemudian berdiri lalu meregangkan tubuhku dan menatapmu.
"Kalau begitu aku pergi dulu." Aku melambaykan tanganku dan pergi meninggalkan Mikel. Mikel balas melambaikan tangannya dan berkata terimakasih sekali lagi dari kejauhan.
Setelah hal-hal terjadi akhirnya aku bisa kembali ke kamarku dan aku langsung berbaring di kasurku. Kamarku disini cukup besar. Setidaknya untuk satu orang. Karena kamar ini hanya terdiri dari tiga ruangan. Satu untuk kamar mandi. Satu lagi dapur dan satu lagi adalah kamar tidur. Perabotan disini juga cukup sederhana seperti perabotan rumah pada umumnya.
Karena kelelahan aku jadi tidak sempat mandi dan langsung tidur di kasur dengan sangat lelap.
"Sungguh hari yang aneh."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nurul Pky
gimana nggak bisa digerakkan tangannya
2023-12-05
0