BAB 3

"K-kenapa?"

"Kenapa kau masih hidup?"

"Manusia tercela sepertimu! Kenapa kau masih diberi kesempatan hidup?"

Sebuah suara-suara itu muncul saat aku sedang tidur dan aku melihat kejadian-kejadian yang telah aku lakukan semasa hidupku dalam mimpiku.

"HAHAHA."

"T-tidak.. Tolong!"

Aku melihat diriku yang masih menjadi jahat sedang membunuh seseorang. Entah kenapa itu membuat hatiku sakit dan sedih. apakan ini pengaruh tubuh ini? Kenapa juga aku harus diberi mimpi ini? Apa tuhan ingin membuatku bertaubat?

"AH! TIDAK!" teriak seorang wanita mencoba melarikan diri dari diriku yang dulu.

"Hey tidak bisakah kau diam dan mati saja?" Aku perlahan mengejarnya dengan pisau di tanganku.

"Rasakan ini." Aku melihat diriku yang dulu mulai menusukkan pisau ke tubuh wanita tua itu.

Aku terus menatap kejadian itu dalam diam sambil menyimpan rasa kesal. Kemudian aku melihat kedua telapak tanganku dan aku terkesiap melihat tanganku penuh darah.

"WAAAA!" melihat darah itu membuatku teriak sangat histeris dan membuatku terbangun dari tidur.

Aku langsung bangun dan wajahku penuh keringat dan engap. Kenapa? kenapa aku terkejut? Bukankah itu hal biasa? Aku berpikir sambil mengusap keringatku. Jantungku masih berdegup kencang.

Tidak. Apa yang kulakukan sebelumnya? Kenapa bisa aku sekejam itu? Banyak pikiran-pikiran yang berlawanan menghantui diriku dan itu membuatku lelah.

Aku menggeleng untuk mencoba melupakan pikiran-pikiran dan mimpi tadi. Lalu bersiap sekolah. Sudah tiga hari aku bermimpi seperti itu. Jujur itu membuatku jengkel. Dan lebih jengkel lagi selama tiga hari ini aku terus dibully oleh bocah-bocah sialan itu dan aku tidak bisa melawan mereka.

Namun hari ini akan berbeda. Ini adalah hari dimana aku bisa membalaskan dendamku kepada bocah-bocah tengik itu karena hari ini murid-murid akademi Warior akan mengadakan sebuah ujian praktik di kelas masing-masing.

"Ujiannya simpel. Kalian hanya perlu berlatih tanding dengan yang lainnya untuk mengetes kemampuan kalian. Dan untuk lawan kalian akan dipilih secara acak."

"Apa kalian mengerti?" ucap seorang guru pria mengenakan seragam putih disertai dengan jubah berwarna hitam panjang hingga ke kaki. Mengenakan celana hitam panjang. Berambut ikal berwarna hitam. Serta bola matanya berwarna hitam. Guru itu bernama Heisei.

Anak-anak langsung mengangguk. Begitu juga denganku. Kami semua kemudian di bawa ke arena latihan. Di sepanjang jalan aku merasa Pedro dan teman-temannya menatapku dengan tajam.

Aku menelan ludah sejenak kemudian berpikir. Tunggu.. Ini hanya latihan benar kan? Itu berarti aku seharusnya bisa memukul dia. Hehehe.

Aku kemudian memasang wajah jahat sambil tertawa kecil dan mengusap tanganku menandakan aku tidak sabar menghajar mereka.

"Tunggu saja kalian brengsek." Aku menyeringai.

Akhirnya kami sampai di ruangan latihan. Ruangan ini cukup besar dengan di tengah-tengahnya terdapat sebuah arena untuk bertarung. dan disekitar ruangan ini juga terdapat banyak senjata dan lemari penuh armor. Dan ada tempat duduk berbentuk tangga juga yang bisa dipakai untuk menonton.

"Baiklah anak-anak, mari kita mulai. untuk murid yang akan mengambil nilai terlebih dahulu adalah. Jeny dan Robi. Sisanya bisa menunggu dan duduk disekitar arena." Heisei menutup bukunya lalu memerintahkan mereka semua.

Anak-anak yang lain mengangguk dan duduk. Dan sekarang adalah pertandingan antara Jeny melawan Robi.

Pertandingan telah dimulai. Suasana langsung pecah saat pertandingan pertama dimulai karena yang pertama kali bertarung adalah Jeny. Dia adalah siswi paling populer disini. Tidak. Bahkan di akademi ini.

Jeny adalah seorang putri bangsawan dari keluarga kerajaan terhormat. Dia sangat disegani disini karena sifatnya yang tenang dan dewasa begitu juga dia adalah salah satu kandidat yang terbilang sebagai anak ajaib disekolah ini. Ada setidaknya 6 orang murid yang tergolong sebagai murid ajaib dan Jeny adalah salah satunya.

Alasan dia disegani juga karena dia mendapatkan kekuatan dari batu yang sangat langka. Batu bulan. Dan kekuatannya adalah Kabut.

"Kyaaa!"

"Semangat putri Jeny!!

"Haha si Robi kurang beruntung sekali ya?"

Terdengar banyak sekali dukungan kepadanya. Aku jadi kasihan dengan lawannya. Bahkan Pedro juga mendukungnya.

Pertarungan bisa terbilang tidak terlalu sengit. Robi terus-terusan melancarkan serangannya kepada Jeny. Kekuatan utama Robi adalah api. Dan dia terus melancarkan serangan bola-bola api kepada Jeny.

Namun reflek Jeny sangatlah bagus. Dia terus menghindari serangan Robi dengan santai.

"Dasar sial. Rasakan ini. Tinju api!" dari jarak jauh Robi melayangkan tinjunya dan keluarlah Api dengan bentuk tangan mengepal lalu melesat ke arah Jeny.

Api itu lumayan besar dan bisa membuat seseorang terbakar jika terkena. Namun bagi Jeny itu bukanlah masalah. Jeny dengan santai membungkuk serta meregangkan kedua tangannya dan mulai mengeluarkan kekuatannya.

"Jurus kabut, ledakan!"

BUM! Sekejap saat tinju api itu ke arahnya tinju api itu menghilang akibat dari tebasan pedang kabut Jeny dan sekarang terganti dengan banyaknya kabut-kabut asap mengelilingi area.

Robi yang melihat itu langsung terkejut dan melihat sekeliling mencari dimana Jeny.

"Checkmate." Tiba-tiba saja terdengar suara seorang wanita di belakang Robi sambil mengarahkan sebuah pedang ke arah Robi. Dia adalah Jeny.

Pak Heisei mengangguk lalu mengangkat tangan kananya ke atas. "Pertandingan selesai. Pemenangnya Jeny."

"WOO!"

Sontak semua orang berteriak dengan kemenangannya. Aku kemudian menutup kupingku. Yang benar saja.. Berisik sekali. Gumamku sambil menutup kupingku. Aku kemudian melihat lagi ke arena dan pupil mataku langsung melebar terkejut karena Jeny sepintas terlihat seolan menatapku tapi tidak lama dia membuang mukanya ke arah lain.

Apa itu? Apakah dia baru saja menatapku tadi?

"Apa itu? Apakah dia baru saja menatapku tadi?" seseorang mengikuti perkataanku. Dia adalah Pedro.

"Hey apakah dia baru saja menatapku?" Pedro menatap teman-temannya.

"Tidak bos, barusan dia menatapku." kata temannya yang berbadan pendek mengenakan kacamata minus.

"Apa yang kalian bicarakan? sudah jelas dia menatapku kan?" ucap satu orang lagi yang berbadan gemuk sambil memakan cemilan.

Aku, Pedro, dan temannya yang berkacamata langsung menatap anak itu dengan wajah heran.

"Hey gendut, minimal sadar diri. Mana mungkin dia melihatmu, Bodoh." Pedro menepuk jidatnya.

"Itu benar. Halusinasi juga ada batasnya Jordi." anak berkacamata itu menggeleng sambil memegang kacamatanya.

Aku juga mengangguk setuju dengan mereka berdua.

Kemudian Pedro menoleh lagi ke anak berkacamata itu. "Kau juga halusinasi ada batasnya. Tidak mungkin dia melihatmu, lagian matamu saja minus. Kau pasti salah lihat Soni." Pedro menunjuk mata Soni sambil tertawa.

Soni yang mendengar itu terdengar jengkel begitu juga dengan Jordi. "Huh? Bos juga memangnya bos pikir dia melihat ke arah Bos? Mimpi hahaha." sindir Soni sambil tertawa. Diikuti Jordi juga ikut tertawa. Dan aku tentu saja ikut tertawa meskipun diam-diam.

"Huh?" Pedro menatap Soni dan Jordi dengan marah. Mukanya mulai memerah dan dia mengepalkan tangannya. "Berani sekali kalian anak-anak brengsek. Sini kalian." Pedro menuju ke arah mereka berdua. Akhirnya mereka bertiga malah bergaduh.

Aku kemudian berdiri dan menghampiri mereka dan berbicara dengan nada sombong.

"Kalian ngelantur ya? Sudah jelas dia melihatku." Aku tersenyum ke arah mereka sambil menunjuk diriku sendiri.

Mereka bertiga langsung berhenti dari pertarungan mereka dan melihatku dengan wajah melongo lalu tertawa terbahak-bahak.

"HAHAHAHA"

BUK! BUK! BUK!

Karena aku bilang begitu aku jadi dipukuli oleh mereka bertiga.

"A-aduh."

Pedro kemudian menatapku dengan wajah dingin sambil menginjak badanku.

"Berani sekali kau berbicara begitu padaku."

"Hentikan bos. Saat ini sedang ada guru. Kita bisa dimarahi dan nilai kita dikurangi nanti." Soni menepuk pundak Pedro. Pedro mengangguk.

"Anggap saja hari ini hari keberuntunganmu. pecundang." Pedro dan teman-temannya lalu pergi sambil tertawa.

Aku lalu duduk sambil memegangi perutku. Gagal kah? Padahal aku berniat mengurangi tindak bullying dengan cara ikut bergaul dengan candaan mereka..tapi sepertinya mereka memang punya dendam kusumat denganku. Pikirku.

Aku menghela nafas sejenak lalu melihat pertandingan lagi. Saat aku berbalik melihat arena aku sekejap melihat Jeny sedang menatapku.

Eh? Apa ini? Apa dia benar-benar menatapku? Gumamku sambil terkejut melihatnya. Tiba-tiba juga aku merasakan jantungku berdetak. Tidak mungkin? Jangan bilang bahwa tubuh anak ini menyukai wanita itu? Aku memegang dadaku.

Yah..tidak heran sih. Dia cantik. Rambut panjang biru bercampur hitam dibagian ujung rambutnya yang terlihat menawan. Bola mata berwarna biru yang indah. Tubuhnya yang bagus dan seksi. Siapa yang tidak suka. Aku melihat Jeny lagi namun sepertinya dia telah melihat ke arah yang lain.

Aku kemudian menghela nafas lalu menepuk pipiku dengan kedua tanganku. Sadarlah. Sekarang ini adalah tubuhku. Jadi aku yang memegang kendali atas tubuh ini..

Aku diam sejenak lalu terlintas dalam pikiranku. lagipula aku sama sekali tidak paham. Kenapa aku bisa ke tubuh anak ini? Jika bereinkarnasi itu berarti jiwa nya telah dipindahkan ke tubuh orang lain.. atau bisa jadi dia telah mati saat dibully kemarin.

Aku menelan ludah dan menggelengkan kepalaku untuk menghilangkan imajinasi liarku. Yah sudahlah tidak perlu dipikirkan lagi.

Ketika aku bengong tadi ternyata namaku telah dipanggil oleh pak guru itu.

"Zen cepat masuk ke arena. Atau kau mau nilaimu aku kurangi?" Heisei menatapku dengan tatapan datar.

"Ah..baiklah pak." Aku kemudian dengan cepat bangkit lalu menuju ke arena.

Aku berjalan ke arena sambil aku melihat lawanku dan ternyata, dia adalah lawan yang selama ini aku ingin kalahkan. Pedro.

Aku langsung merasakan jantungku berdetak dengan cepat dan adrenalinku meningkat. Aku tersenyum ke arahnya sambil berjalan dengan penuh tekad.

"Akhirnya aku bisa melawanmu, Pentol." Aku menyeringai mengangkat kepalaku dan menatapnya dengan arogan.

"Huh? Apa-apaan itu? Sepertinya kau sekarang jauh lebih berani ya pecundang. Akan aku buat kau tidak berdaya disini." Pedro tersenyum lebar hingga giginya keliatan sambil meninju tangannya sendiri menandakan dia siap menghabisiku.

Aku tersenyum tipis lalu mengacungkan jari tengahku ke arahnya. "Harusnya itu kata-kataku, Bodoh." Aku menjulurkan lidahku.

Suasana hening sekejap setelah aku berkata seperti itu. Bahkan Pedro juga terdiam dan menatapku seolah dia tidak percaya apa yang dia lihat. Tidak lama setelah keheningan mereka semua yang disini mulai berteriak.

"EH!"

Bahkan pak Heisei juga menatapku dengan wajah sangat terkejut dan membuat dia mematung.

Gawat. Sepertinya aku terlalu berlebihan. Pikirku sambil menggaruk rambutku dan tersenyum kaku

Terpopuler

Comments

Nurul Pky

Nurul Pky

hahaha Pedro pun jadi pentol

2023-12-05

0

calliga

calliga

Up

2023-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1
2 BAB 2
3 BAB 3
4 BAB 4
5 BAB 5
6 BAB 6
7 BAB 7
8 BAB 8 | Ryan Penber/Flux
9 BAB 9 | Powerless Stone
10 BAB 10
11 BAB 11 | Monster Siluman
12 BAB 12 | Persiapan Rencana
13 BAB 13 | Hilangnya para Monster
14 BAB 14 | Penyerangan
15 BAB 15
16 BAB 16 | Gadis perak
17 BAB 17 | Paksaan
18 BAB 18 | Bunuh atau Tidak
19 BAB 19 | Deklarasi Penyerangan
20 BAB 20 | Evil Man
21 BAB 21 | Telah Dimulai
22 BAB 22
23 BAB 23
24 BAB 24 | Serangan Elang Api
25 BAB 25 | Saatnya Pembalasan
26 BAB 26 | Ronde 2
27 BAB 27 | Bahaya Lain
28 BAB 28 | Maksud dan Tujuan
29 BAB 29 | Mangsa yang Layak
30 BAB 30 | Jaguar vs Humonkey
31 BAB 31 | Sudah Berakhir
32 BAB 32 | Bola Emas
33 BAB 33 | Panggilan
34 BAB 34 | Hadiah
35 BAB 35 | Menyesal
36 BAB 36 | Kekuatanku
37 BAB 37 | Ajax dan Pedro
38 BAB 38
39 BAB 39
40 BAB 40
41 BAB 41 | Wicked
42 BAB 42 | Pencarian
43 BAB 43
44 BAB 44 | Peringkat
45 BAB 45 | Waktu Yang Tepat
46 BAB 46
47 BAB 47| Trik
48 ILUSTRASI CHARACTER
49 BAB 48 | Bantuan
50 BAB 49 |
51 BAB 50 | Terjebak
52 BAB 51 | Berita buruk
53 Bab 52 | Rapat
54 BAB 53
55 BAB 54 | Orang aneh
56 BAB 55
57 BAB 56 | 13 Penjaga
58 BAB 57 | Pembunuhan Raja Vincent#1
59 BAB 58 | Pembunuhan Raja Vincent#2
60 BAB 59 | Pembunuhan Raja Vincent#3
61 BAB 60 | Pembunuhan Raja Vincent#4
62 BAB 61 | Pembunuhan Raja Vincent#5
63 BAB 62 | Pembunuhan Raja Vincent#6
64 BAB 63 | Selesai
65 BAB 64
66 BAB 65
67 BAB 66
68 BAB 66
Episodes

Updated 68 Episodes

1
BAB 1
2
BAB 2
3
BAB 3
4
BAB 4
5
BAB 5
6
BAB 6
7
BAB 7
8
BAB 8 | Ryan Penber/Flux
9
BAB 9 | Powerless Stone
10
BAB 10
11
BAB 11 | Monster Siluman
12
BAB 12 | Persiapan Rencana
13
BAB 13 | Hilangnya para Monster
14
BAB 14 | Penyerangan
15
BAB 15
16
BAB 16 | Gadis perak
17
BAB 17 | Paksaan
18
BAB 18 | Bunuh atau Tidak
19
BAB 19 | Deklarasi Penyerangan
20
BAB 20 | Evil Man
21
BAB 21 | Telah Dimulai
22
BAB 22
23
BAB 23
24
BAB 24 | Serangan Elang Api
25
BAB 25 | Saatnya Pembalasan
26
BAB 26 | Ronde 2
27
BAB 27 | Bahaya Lain
28
BAB 28 | Maksud dan Tujuan
29
BAB 29 | Mangsa yang Layak
30
BAB 30 | Jaguar vs Humonkey
31
BAB 31 | Sudah Berakhir
32
BAB 32 | Bola Emas
33
BAB 33 | Panggilan
34
BAB 34 | Hadiah
35
BAB 35 | Menyesal
36
BAB 36 | Kekuatanku
37
BAB 37 | Ajax dan Pedro
38
BAB 38
39
BAB 39
40
BAB 40
41
BAB 41 | Wicked
42
BAB 42 | Pencarian
43
BAB 43
44
BAB 44 | Peringkat
45
BAB 45 | Waktu Yang Tepat
46
BAB 46
47
BAB 47| Trik
48
ILUSTRASI CHARACTER
49
BAB 48 | Bantuan
50
BAB 49 |
51
BAB 50 | Terjebak
52
BAB 51 | Berita buruk
53
Bab 52 | Rapat
54
BAB 53
55
BAB 54 | Orang aneh
56
BAB 55
57
BAB 56 | 13 Penjaga
58
BAB 57 | Pembunuhan Raja Vincent#1
59
BAB 58 | Pembunuhan Raja Vincent#2
60
BAB 59 | Pembunuhan Raja Vincent#3
61
BAB 60 | Pembunuhan Raja Vincent#4
62
BAB 61 | Pembunuhan Raja Vincent#5
63
BAB 62 | Pembunuhan Raja Vincent#6
64
BAB 63 | Selesai
65
BAB 64
66
BAB 65
67
BAB 66
68
BAB 66

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!