Cinta bangun dan menghapus air matanya dengan kasar. Dia bertekat akan kuat dan tidak akan memperlihatkan sisi lemahnya di depan pria itu.
Dengan menguatkan hatinya, Cinta berjalan menuju kamar suaminya. Dia mengetuk pintu dengan cukup keras, agar Rangga mendengar.
Di dalam kamar, Rangga langsung meminta Arimbi diam. Dia lalu berkata dengan berbisik pada wanita itu, "Ingat ya, jangan sampai Cinta tahu jika kita hanya mengobrol di kamar!" ucap Rangga dengan penuh penekanan agar Arimbi tidak lupa.
Rangga membuka pintu kamar. Arimbi berdiri di samping pria itu sambil memeluk lengannya. Cinta memberikan senyumannya. Dia telah bertekat akan kuat, tidak boleh rapuh apa lagi di depan wanita selingkuhan suaminya.
"Makanannya telah siap. Aku takut Arimbi kelaparan, maaf kalau mengganggu kesenangannya, Mas." Cinta berucap dengan tersenyum.
Rangga menatap mata Cinta, wanita yang telah menjadi istri sahnya itu. Dia mencoba mencari tahu apa yang ada dipikiran Cinta. Kenapa dia masih bisa tersenyum, padahal dia berharap wanita itu menangis melihatnya bermesraan.
Dia ingin Cinta merasakan sakit yang dulu adiknya Rafael rasakan karena cintanya yang ditolak.
Rangga dan Arimbi berjalan melewati Cinta tanpa suara. Wanita itu juga pergi beranjak dari tempat berdirinya menuju dapur. Dia tadi telah membuat dendeng balado tapi tidak berani menawarkan buat suaminya, karena pria itu telah mengatakan jika dia tidak akan mau makan masakannya.
Saat Cinta sedang menyuapi makanan, dia tidak menyadari jika suaminya berdiri di belakang. Wanita itu makan dengan lahapnya. Bukankah untuk menghadapi perbuatan suami laknatnya membutuhkan banyak tenaga. Dia tidak akan mau mengalah. Bukankah dia juga berhak atas suaminya.
"Enak banget kamu makan!" Akhirnya Rangga membuka suara. Itu cukup membuat Cinta terkejut. Dia tidak tahu sejak kapan suaminya berdiri di sana.
"Bagiku enak banget ini, Mas. Apa Mas mau? Cobalah ...!" Cinta lalu mengangkat piring berisi dendeng balado itu pada suaminya.
Rangga menatap istrinya dengan tatapan tajam seolah ingin membunuh. Darahnya terasa naik hingga ke ubun-ubun. Teringat kematian adiknya. Rafael sangat menyukai dendeng balado, sehingga setiap melihat masakan itu dia akan langsung terbayang adiknya.
Tangannya langsung menepis piring yang Cinta sodorkan dengan keras, sehingga jatuh ke lantai. Piring itu pecah dan isinya berserakan di lantai. Cinta menarik napas dalam. Dadanya terasa sesak. Dia yang tadi dengan capek memasak itu, tapi dibuang begitu saja dengan suaminya.
Jika saja dia tidak mengingat pesan ayahnya mungkin saat ini Cinta telah pergi dari rumah suaminya. Dia masih ingat pesan ayah dan ibunya untuk menjaga rumah tangganya. Jangan sampai berpisah, karena di kampung mereka janda di pandang sebelah mata.
Dengan menahan air matanya, Cinta berdiri, lalu berjongkok memungut lauk dan piring yang berserakan di lantai. Dari kecil dia diajarkan kedua orang tuanya untuk tidak membuang makanan, harus menghargainya.
Arimbi yang mendengar suara pecahan kaca, langsung berjalan cepat menuju dapur. Melihat Cinta yang sedang memungut makanan di lantai dengan sengaja wanita itu menginjak tangan wanita itu.
Cinta mengerang karena merasa kesakitan. "Aduh, sakit Mbak," ucap Cinta.
"Maaf, aku tidak melihatnya," jawab Arimbi berpura-pura tidak tahu. Padahal dia tersenyum melihat wanita itu kesakitan. Arimbi sakit hati karena merasa Cinta telah merebut Rangga. Tiga tahun mereka pacaran, tidak pernah pria itu melamar dirinya atau mengajak menikah.
Saat mengetahui kekasihnya menikah, rasanya Arimbi ingin marah dan menangis sekaligus. Dia yang dari dulu ingin menjadi nyonya Rangga, harus menyimpan mimpi itu ketika mendapat kenyataan pria itu telah beristri.
"Masa Mbak tidak melihat tanganku?" tanya Cinta sambil menahan rasa sakitnya.
Arimbi yang memang telah sakit hati dengan Cinta tidak menerima ucapan wanita itu. Dia menarik napas dalam, mencoba merangkai kata agar Rangga makin marah dengan istrinya.
"Tapi aku benar-benar tidak melihat Cinta. Apa kamu pikir aku sengaja melakukan itu, Cinta?" Arimbi bertanya dengan mengeluarkan air mata. Dia memeluk Rangga.
"Rangga, aku benar-benar tidak sengaja. Kenapa Cinta menuduhku? Antar aku pulang saja, aku tidak mau datang lagi. Bukankah kamu yang mengajakku. Mungkin Cinta berpikir aku yang kegatalan ingin ke rumahmu!" ucap Arimbi masih dengan pura-pura menangis.
Rangga memeluk Arimbi dan mengusap rambut Arimbi dengan lembut. Setelah itu dia melepaskan pelukannya. Dengan mata merah, dia menatap Cinta. Seolah ingin membunuh wanita itu. Dia lalu mendekati wanita itu yang masih memungut makanan yang berserakan.
Suami Cinta itu mendorong tubuhnya dengan kuat sehingga dia tersungkur ke lantai. Cinta sangat terkejut dengan perlakuan suaminya itu.
"Kenapa kamu menuduh Arimbi? Apa kamu tidak terima dia datang ke rumah ini? Ingat, rumah ini milikku! Jadi aku berhak mengundang siapapun yang ingin datang ke sini!" ucap Rangga dengan suara keras.
Arimbi yang melihat Rangga marah dengan istrinya makin memperkeras suara tangisnya. Dalam hati wanita itu tertawa melihat semua itu. Dia merasa di atas angin. Walaupun Cinta telah menjadi istri kekasihnya, tapi dia tetap nomor satu di hati pria itu.
Awalnya Arimbi merasa kalah karena dia hanya seorang kekasih sedangkan Cinta seorang istri yang sah. Namun, melihat kenyataan saat ini, dia sadar jika Rangga tidak mencintai istrinya itu.
"Sudah, Rangga. Nanti Cinta pasti akan tambah menyalahkan aku. Padahal kamu melakukan itu bukan atas permintaanku. Cukup sekali dia mengatakan aku sengaja menyakitinya," ucap Arimbi sambil terus menangis.
"Sebaiknya kita pergi saja. Kita makan di luar. Kamu mau aku belikan apa sebagai ucapan maaf." Rangga berusaha membujuk kekasihnya itu.
"Sayang, aku tidak mau apa-apa selain hatimu." Arimbi berucap dengan manja. Dia memeluk tubuh Rangga erat.
"Aku tahu kamu tidak menginginkan apa pun, tapi aku yang ingin membelikan!" ucap Rangga.
Rangga lalu mengajak kekasihnya Arimbi pergi meninggalkan rumahnya. Cinta hanya melihat kepergian suami dan kekasihnya tanpa bisa berucap sepatah katapun. Wanita itu memegang dadanya yang terasa sesak, menahan tangis.
"Kamu nggak bisa ya jadikan aku Ratumu? Kenapa? Padahal aku siap memjadikan kamu Raja yang berTahta walau tanpa Mahkota.Tapi aku lupa, Raja itu punya banyak SELIR. Kamu nggak bisa ya jadikan aku satu-satunya? Kenapa? Padahal aku siap mengabdikan seluruh hidupku untukmu walau itu sulit sekalipun. Tapi aku lupa, kalau kamu bukan hanya milikku lagi. Sekarang aku harus tahu posisiku. Sekarang aku tahu tempatku. Sekarang aku tahu rumahku. Semua sudah tidak sama lagi."
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
sedihnya 😭 berada di posisi Cinta
2024-07-13
0
Sarah Harona
ngenes thor
2023-08-14
0
Sugiharti Rusli
mulai bentengin hati kamu setinggi mungkin Cinta,,,
2023-08-07
0