Pagi hari yang cerah. Matahari bersinar dengan terik. Cahayanya masuk melalui celah jendela kamar. Rangga mencoba membuka matanya secara perlahan. Pandangannya langsung tertuju pada Cinta, wanita yang telah sah menjadi istrinya itu.
Rangga turun dari ranjang dan berjalan mendekati Cinta. Ditariknya selimut yang menutupi tubuh istrinya itu dengan sangat keras, sehingga tubuh Cinta ikut terjatuh terjerembab ke lantai.
Cinta terkejut dan langsung terbangun. Tubuhnya terasa sakit. Dia menatap ke arah Rangga.
"Kenapa ...? Tidak terima aku bangunkan!" teriak Rangga.
Cinta berdiri dan duduk di sofa tempat dia tidur tadi malam. Wanita itu menarik napas dalam sebelum akhirnya bicara.
"Aku bukannya tidak terima Mas bangunkan, tapi aku terkejut dengan caranya Mas bangunkan tadi. Mas bisa melakukan semua dengan lembut 'kan? Tanpa harus dengan kekerasan." Cinta bicara dengan lembutnya.
Bukannya merasa bersalah, Rangga justru menarik rambut Cinta. Wanita itu meringis merasakan sakit di kulit kepalanya.
"Apa aku harus membangunkan kamu seperti ini?" tanya Rangga masih dengan tangan yang menarik rambut istrinya itu.
Cinta memegang pergelangan tangan pria itu. Menahan agar tidak menarik lebih keras lagi. Terlihat air keluar dari sudut matanya.
"Mas, sakit. Aku mohon lepaskan tanganmu! Aku janji tidak akan ketiduran lagi," ucap Cinta dengan memohon.
Rangga melepaskan tangannya dan masuk ke kamar mandi. Tangisan Cinta akhirnya pecah. Dia tidak mungkin mundur dari pernikahan yang baru berjalan satu hari ini. Cinta berharap semua ini hanya mimpi. Tidak mungkin Rangga sekasar ini. Pasti karena kelelahan, ucap Cinta dalam hatinya.
Setelah Rangga mandi, pria itu sepertinya memesan sarapan. Cinta masuk ke kamar mandi. Kembali tangisnya pecah.
"Aku tidak akan membiarkan kau hidup bahagia, Cinta. Kau telah membunuh Rafael. Aku akan membalas sakit hati adikku dengan membuatmu seperti hidup dalam neraka," gumam Rangga pada dirinya sendiri.
Pria itu melihat ke arah Cinta saat dia keluar dari kamar mandi. Wanita itu tidak berani mendekati Rangga. Dia kembali duduk di sofa.
"Kenapa kau masih saja duduk. Cepat sarapan! Setelah ini kita akan kembali ke rumahku. Orang tua kamu tadi telah pamit dan mereka telah kembali ke kampung." Rangga menjelaskan tanpa melihat atau menatap ke arah Cinta.
Cinta dengan tergesa berdiri. Ketika dia akan duduk di kursi yang ada dihadapan Rangga kembali wanita itu dikejutkan dengan bentakan pria itu.
"Siapa yang meminta kamu duduk di situ? Kau bisa menghilangkan selera makanku saja!" ucap Rangga dengan suara tinggi.
Cinta jadi gemetar karena takut. Dia mengambil sarapan dan berjalan kembali ke sofa tadi.
Baru setengah sarapannya dimakan, dia melihat Rangga berdiri dengan berkacak pinggang.
"Cepat kau selesaikan makanmu! Kita harus segera tinggalkan hotel ini. Bereskan semua barang. Setengah jam lagi aku kembali. Jangan sampai aku melihat kamu belum siap!" Kembali Rangga berucap dengan suara tinggi.
Seperti yang Rangga katakan tadi, setengah jam kemudian dia kembali ke hotel. Pria itu heran melihat semua barang telah selesai dibereskan Cinta. Dalam hatinya bertanya, bagaimana bisa wanita itu membersihkan secepat ini. Padahal tadinya dia berharap semua belum siap, agar dia bisa memarahi Cinta.
"Angkat semua. Kita ke rumahku. Jangan sampai ada ketinggalan! Kepalamu gantinya!" ucap Rangga dengan angkuhnya.
Rangga mengajak Cinta, pindah ke rumah yang pria itu beli dua tahun lalu.
Suami Cinta itu selama ini hanya tinggal sendirian di rumah yang akan mereka tempat.
Satu jam perjalanan sampai mereka di rumah yang di tuju. Cinta dan Rangga keluar dari mobil. Wanita itu hanya mengikuti langkah kaki suaminya.
Rangga membuka pintu rumah. Baru beberapa langkah masuk, pria itu bersuara.
"Aku akan tempati kamar utama. Kamu tempati kamar tamu!" Dia lalu menunjuk kamar yang akan Cinta tempati.
Cinta masuk ke kamar tamu dan membersihkan isi kamar yang berantakan. Setelah tampak bersih barulah dia keluar dari kamar, tujuan utamanya adalah dapur.
Cinta membersihkan dapur dan meletakan barang-barang pada tempatnya. Selesai dapur dibersihkan, Cinta membuat jus jeruk buat suaminya Rangga. Dia tadi melihat pria itu sedang menonton televisi di ruang keluarga. Dua gelas jus jeruk Cinta bawa dengan napan kehadapan sang suami.
"Silakan di minum, Mas," ucap Cinta. Cinta lalu meletakkan jus jeruk itu di meja, berhadapan dengan Rangga. Wanita itu memilih duduk sedikit menjauh, menjaga jarak agar suaminya tidak marah lagi.
"Aku akan mempekerjakan seseorang untuk membantu kamu di dapur dan seorang tukang kebun sekalian supir jika kamu butuhkan."
"Aku rasa nggak perlu, Mas. Aku bisa mengerjakan sendiri. Jika hanya untuk kita berdua, aku masih sanggup memasaknya."
"Nanti ibumu dan ibuku mengira aku pelit, nggak mau menggaji seseorang buat membantu pekerjaanmu. Lagi pula aku nggak mau berhutang budi karena kamu telah membantu dan melayaniku. Aku juga belum tentu ada selera jika kamu yang memasak. Geli, jijik aku." Rangga berucap dengan raut wajah yang tampak sekali tidak sukanya.
"Itu bukan hutang budi, Mas. Semua itu kewajibanku sebagai seorang istri untuk melayani kamu dan melakukan pekerjaan rumah," ucap Cinta dengan tersenyum, tapi Rangga hanya diam tidak membalasnya.
"Pernikahan hanya di atas kertas, Cinta. Jangan pura-pura baik, ingin menjadi istri yang berbakti. Aku juga tidak akan menunaikan kewajibanku untuk memberi kamu naskah batin!" ucap Rangga.
"Walau pernikahan kita ini hanya di atas kertas, tapi itu sah menurut agama maupun negara. Sebagai baktiku, aku nggak akan keberatan melakukan semuanya walau Mas Rangga belum bisa melaksanakan kewajiban sebagai suami."
Cinta telah bertekat akan menjalani rumah tangga ini, apa pun yang akan terjadi dengan pernikahannya nanti. Bukankah Rangga adalah pilihannya.
"Jangan bersikap sebagai istri yang baik, karena aku nggak akan pernah terenyuh. Aku telah berencana menikah setahun lagi dengan kekasihku. Jadi pernikahan kita hanya sampai segitu. Jangan melibatkan hati dan perasaan agar saat kita harus berpisah tidak ada luka."
Rangga berdiri dari duduknya. Tanpa menyentuh minuman yang Cinta sediakan, pria itu masuk ke ruang kerjanya.
Cinta menarik napas dan memegang dadanya yang terasa sesak, tapi dia telah bertekat tidak akan menangis dan menyerah pada kenyataan ini. Dia akan buktikan pada Rangga jika dirinya juga pantas dicintai. Wanita itu ikut masuk ke kamar tamu.
...----------------...
Pagi hari ini Cinta membuat sarapan roti bakar. Segelas kopi dan sepiring roti telah selesai dihidangkan.
Cinta melangkah menuju kamar suaminya. Diketuk pintu beberapa kali, tidak juga ada sahutan.Dia mencoba memutar gagang pintu. Ternyata tidak di kunci. Wanita itu melangkah masuk dan menghidupkan lampu kamar.
Tampak Rangga yang masih terlelap di bawah selimut yang menutupi tubuhnya. Wanita itu mendekati tempat tidur dan mencoba membangunkan pria itu dengan mengguncang lengannya pelan.
"Mas, bangun. Sudah jam tujuh. Apa Mas tidak kerja?" Cinta masih berusaha membangunkan Rangga. Hingga akhirnya pria itu membuka mata.
Rangga melihat Cinta dengan pandangan tajam, seperti ingin membunuh. Dia tidak berpikir jika wanita ini berani masuk ke kamar dan membangunkan dirinya.
"Siapa yang mengizinkan kau masuk ke kamar ini?" Rangga bertanya dengan suara keras dan lantang. Cinta langsung mundur, takut jika pria itu melakukan kekerasan lagi pada dirinya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Lina Suwanti
Rangga,,siap² bakalan bucin kamu sm Cinta....balas dendam yg salah sasaran. klo sampai Rafael bunuh diri karena di tolak itu sih emang dasar Rafael mental tempe
2023-12-12
1
Lisa Halik
keterlaluan banget sih rangga,
2023-09-09
0
Masfaah Emah
ini mah Kya sinetron ikatan cinta dong, Andin d tuduh bunuh adiknya oleh Al
2023-08-20
0