Membawa Kue Sepenuh Hati

Perjalanan panjang sudah dilalui Diba dari lampung - jogja. Penatnya benar benar muncul sebagai akibatnya. Badannya terasa remuk ke tulang. Lebay memang, tapi memang begitu yang dirasakan Diba.

Sehari semalam ia berdiam duduk dalam bis yang melaju. Sesekali singgah di rest area dikota tertentu untuk ishoma (istirahat sholat makan).

Diba sudah berhasil melewati perpisahan dengan bapaknya, di pemberangkatan bis kemarin. Tak sedikitpun ia tampilkan raut sendu atau sedih.

Bapaknya, Pak Ahmad pun terlihat ikhlas dan memasang wajah penuh senyum sambil melambaikan tangan ketika bisnya perlahan melaju. Diba pun membalasnya dengan senyuman juga, sambil terus memandang bapaknya. 'Sampai bertemu kembali ketika wisuda nanti pak' kira kira arti dari tatapan yang ia ditunjukkan.

Diba sampai di kost kostan saat siang hari, terlihat sepi tak terlihat anak kostnya satupun.

Mungkin didalam kamarnya masing masing, pikir Diba.

Ia sudah berdiri didepan kamarnya. Sedang mencari cari kunci kamar yang sengaja dibawanya ke kampung.

Bukan tak percaya pada teman kostnya bila dititipkan, bahkan dikamarnya itu tak ada barang berharga. Tapi ia takut merepotkan. Tak ingin sang temam merasa terbebani. Terlebih jika harus membersihkan kamarnya sesekali, ia tak enak hati.

Saat sedang focus membuka tas bawaannya, tiba tiba terdengar daun pintu terbuka tepat disebelah kamarnya. Kemudian

''Mbaaakkk Dibaaaa... Ooooh Myyy Goodd.. Ini beneran kamu mba??... Omo..omo..omo... Aku gak percaya ini'' teriak Hana cukup keras dengan ekspresi kaget bercampur tak percayanya. Dia bahkan sambil mengucek mata dengan kedua tangan dan menepuk pipinya beberapa kali.

Tetangga kost Diba yang satu itu memang heboh sekali bila bertemu dengannya. Apalagi mereka sudah berminggu minggu tak bertemu.

Aahh rindu sekali suasana ini, batin Diba.

Ini bahkan baru satu orang, masih ada tiga manusia lagi yang selalu mewarnai hari hari Diba dikost itu.

''Ya bener aku lah.. Hana oh Hana.. Kamu kira aku hantu apa. Meski kost an kita ini hantunya bejibun. Tapi ya gak mungkinlah berani nongol siang hari'' tukas Diba yang seketika merinding sendiri dengan ucapannya, membahas 'hantu' itu.

''Ya habisnya mbak gak bilang bilang loh kalau mau balik kesini. Minimal kirim pesan WA 'aku lagi dijalan ke jogja' gitu. Kan bisa'' sahut Hana. Tak menanggapi ucapan Diba tentang 'hantu'.

''Ya terus kamu mau apa memangnya? Palingan juga cuma nagih oleh oleh aja.'' sindir Diba

''Iiihhh mbak Diba.. Jangan fitnah lohh. Walau kenyataannya gitu.. Hahah'' balas Hana. Kemudian terbahak sendiri

''Iiss.. Dasar'' Diba mencebik, tak heran dengan tingkah Hana itu.

''Tapi mbak bawa pesenan aku kan? Yang rasa coklat loh mbak.. Uuuhh paling enak itu'' ujar Hana sambil membayangkan oleh oleh cemilan khas lampung yang memang sering dibawa Diba, kripik pisang.

''Iya iya aku bawa. Baaanyaakk bngeedd.. Sampe kamu gumoh gumoh pun cukup'' sahut Diba menghiperbola kata katanya.

''Gak apa apa banget aku mbak.. Siap 45 aku ngabisin. Ehh mbaakk... Sini loh pelukan dulu. Yaa ampuum aku kangen pake banget loohh. Sepi aku gak ada mbak Diba. Gak ada yang dengerin curhatan aku. Pada sibuk sendiri sendiri anak lain'' rengek Hana manja. Sambil memeluk Diba yang benar benar didekap Hana erat, sampai nafasnya sesak.

''Udah..udah na.. Kamu ini mau buat aku tewas apa.. Sesek lah ini napasku. Tinggiku yang cuma sedadamu, berasa dianggep guling aku'' degus Diba, sedikit mengatur nafasnya karena sempat sesak tadi.

''Hehehe ya maaf mbak, itu bentuk kangen aku sama mbak Diba soalnya'' cengir Hana sedikit merasa bersalah dengan perbuatannya.

''Sini.. Sini.. Aku bantu masukin bawaan mbak Diba ke dalam.. Ya ampun kasiannya mbak ku ini. Baru sampai malah gak langsung masuk kamar.'' sambung Hana sambil menenteng koper masuk ke kamar Diba. Sesaat sesudah Diba membuka pintu kamarnya setelah kunci ditemukan.

'' Huuhh ya karena kamu itu'' sewot Diba kemudian mencibir ucapan Hana. Sambil berjalan masuk mengikuti Hana dari belakang.

''Hehehe ya maaf loh mbak.. Udah tua gak boleh marah marah ahh'' yang kemudian hanya dijawab 'hemm' oleh Diba tanda malas menanggapi lagi.

''Aku mau telfon bapakku dulu lah, udah ditunggunya pasti ini'' Diba mengambil ponselnya didalam tas.

''Yaudah deh, nanti aja bongkar kardus oleh olehnya. Sama aku loh mba, jangan dibuka sendiri atau anak lain

Sama aku aja, titik.'' tegas Hana, mulai melangkah keluar ke kamarnya.

''Iya iyaa ibuukk'' sahut Diba pasrah dengan permintaan Hana itu.

Diba mendudukan tubuh di kasur berdebunya. Karena ditinggalkan dalam waktu cukup lama. Berniat akan membersihkan setelah menghubungi bapaknya, memberi kabar jika ia sudah sampai dengan selamat.

Diba menyalakan ponsel dan membuka lockscreen bergambar fotonya itu. Membuka aplikasi pesan WA beniat hanya mengecek sebentar ada atau tidaknya pesan, yang kemudian matanya focus pada satu pesan dari sahabatnya Erin yang belum lama masuk, dan kemudian langsung dibalas Diba.

Erin : 'Kamu udah dijogja belum Dib?'

Diba : 'Udah rin.. Ini baru aja sampai kost.'

Erin : 'Aku kemarin sampainya. Ini aku jadi bawa kue loh. Dibuatin kakakku langsung. Nanti kekamarku ya'

Diba : 'Wahh beneran bawa kuenya kamu. Iya siap, nanti aku ke kamar kostmu ya. Jangan dihabisin dulu lohh'

Erin : 'Siaapp. Ditunggu'

Percakapan itu berakhir. Diba melanjutkan niatnya tadi untuk menelfon bapaknya. Setelah itu ia akan membersihkan kost dan baru mengistirahatkan tubuhnya yang benar benar terasa lelah dan remuk itu. Bahkan ia tak berniat mandi, dan hanya mencuci muka dan menggosok gigi saja.

*****

Erin sudah kembali ke jogja, bahkan sehari sebelum Diba tiba. Benar, itu adalah keputusan mutlak yang akhirnya diambil Erin untuk masa depannya. Tidak menerima pinangan pemuda itu, dan memilih melanjutkan kuliahnya yang benar benar sudah menjadi prioritas utama.

Padahal jika Erin menerima pinangan itu, seminggu kemudian pernikahan pasti digelar. Sang keluarga pemuda yang kaya raya, tentu sangat mudah mewujudkan sesuatu sesingkat mungkin.

Tapi konsekuensi dari itu semua, Erin tidak dibolehkan melanjutkan kuliahnya kembali. Hanya diminta menjalani perannya sebagai istri.

Dan Erin tentu benar benar belum sanggup dengan itu. Jiwa mudanya sedang disituasi membara, jelas masih ingin melakukan banyak hal yang dikehendakinya.

Pada saat Erin mengutarakan keputusan itu. Wajah sedih dan kecewa si pemuda terpampang jelas. Tapi Erin tak berani menatap ke arahnya.

Terlebih jika tak menikahi Erin, orang tuanya akan menjodohkan dengan gadis lain. Pilihan orangtuanya sendiri, dengan memandang kesetaraan kasta atau sejenis itu.

Membayangkan wajah ceria yang selalu dilihanya dulu itu akan berganti muram setiap harinya, ia benar benar tak tega.

Tapi Erin bisa apa. Andai si pemuda mau menunggunya sebentar, untuk ia menyelesaikan kuliahnya. Mungkin ia akan sangat lebar menerima pinangan itu.

Ayah Erin bahkan sudah mencoba mengutarakan hal itu. Tapi jelas langsung ditolak oleh keluarga pemuda, karena dianggapnya tak sesuai syariat.

Sekarang Erin sudah ikhlas melepas pemuda itu. Memang bukan jodohnya, yakinnya selalu agar tidak terlalu larut dalam rasa bersalah sekaligus sedihnya.

Tak ada yang tau perihal itu kecuali keluarganya. Bahkan sahabat sahabatnya ditanah rantau pun tak ia beri tahu.

Ia menutup rapat untuk diri sendiri. Dan sudah biasa baginya melakukan itu, dengan dibalut wajah ceria yang berusaha ditampilkannya. Tak perlulah meraka tau pikirnya.

Sedang focus bermain ponsel, tiba tiba Erin mengingat percakapan terakhirnya dengan Diba 3 hari yang lalu.

Diawali Erin mengirim beberapa gambar kue khas ulangtahun yang merupakan usaha dari kakak perempuanmya.

Ia mengatakan berniat membawa sebuah kue, dan meminta Diba memilihkan satu gambar kue yang dirasanya bagus. Dengan akhir kue berbentuk kartu doraemon lah yang dipilih Diba untuk dibawanya.

Percakapan itu sama sekali tak membahas tentang chat di grup WA kelas beberapa hari sebelumnya. Benar benar percakapan biasa.

Erin bahkan sudah tidak memikirnya lagi, meski sedikit mengingat. Tapi ia tak mau memperpanjang hal itu. Yang diyakininya pasti dampak dari beban yang dipikulnya beberapa waktu belakangan.

Tapi Erin tak tau kapannya Diba sampai di Jogja. Tak ada pembahasan hal itu dipercakapan mereka terakhir. Erin merasa bingung. Kue yang dibawanya itu sudah sehari lebih tak tersentuh. Yang ia takutkan menjadi berjamur dan tak bisa dimakan.

Erin dan Diba memang berkost ditempat yang sama. Yang membedakan hanya letak kamar mereka yang tak berdekatan.

Dikost itu ada beberapa block bangunan. Block tempat Erin dan Diba pun dibatasi dengan adanya parkiran motor ditengahnya. Diba berada di bagian paling dalam kost, sedangkan Erin berada di dekat gerbang keluar masuk kost.

Erin pun akhirnya mengirim pesan WA pada Diba, menanyakan keberadaan Diba sudah dijogja atau belum. Beberapa menit ia menunggu, akhirnya dibalas Diba yang mengatakan baru saja sampai dikamar kostnya.

Erin : 'Aku kemarin sampainya. Ini aku jadi bawa kue loh. Dibuatin kakakku langsung. Nanti kekamarku ya'

Diba : 'Wahh beneran bawa kuenya kamu. Iya siap, nanti aku ke kamar kostmu ya. Jangan dihabisin dulu lohh'

Erin : 'Siaapp. Ditunggu'

Percakapan singkat itupun berakhir dengan dibarengi suara daun pintu kamar Erin terbuka dari luar. Dan terdengarlah teriakan seseorang memenuhi kamar.

''Assalamualaikum... Eriiiinnn''

To Be Continue...

pantengin terus kisah mereka yaa...

Terpopuler

Comments

Mawar_Jingga

Mawar_Jingga

halo kak salam kenal,aku mampir nih🤭
mampir dan ikuti juga "sepotong sayap patah" ya hehe🤗 mari saling mendukung kak

2023-09-18

1

O F I

O F I

wajib banget ada teman kaya gini😂 bikin heboh suasana.

2023-09-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!