05. Model Foto

Aku masih duduk di bangku tua taman bersama Tom Graffen di sampingku. Selama beberapa jenak, kami menghabiskan waktu untuk menikmati suasana taman yang tenang: semilir angin yang lembut, banyaknya bunga yang semerbaknya dapat kucium, kupu-kupu yang saling berkejaran satu sama lain, juga patung pangeran peri yang sedari tadi tak mampu kulepaskan dari pandangan mataku.

Kondisi dari patung peri yang berbeda daripada yang ada di depan sekolah tentu membuatku prihatin. Selain tidak terawat dan beberapa bagiannya sudah mengelupas, sayapnya juga entah bagaimana dibuat patah. Aku sama sekali tidak paham mengapa keadaan patung pangeran peri dibuat tampak menyedihkan seperti itu.

“Kelihatannya kau tertarik dengan patung peri itu,” tebak Tom tepat sasaran.

Seketika aku menoleh kepada cowok itu. Mungkin ekspresiku saat ini kelihatan seperti sedang terpergok melakukan sesuatu yang tidak seharusnya. Tapi tertarik dengan sebuah patung tidak masalah kan?

“K-kentara sekali ya?” tanyaku terbata.

Tom yang tersenyum pun mengangguk. Aku kemudian menundukkan kepala agak tersipu.

“Tidak perlu merasa malu. Aku juga tertarik kok dengan patung itu.”

Lagi-lagi, Tom berhasil mendapatkan atensiku. Aku melihat Tom yang meraih kameranya dan bersiap memotret ke arah patung itu. Dengan sekejap mata, aku sudah mendengar bunyi jepretan beberapa kali. Hingga lensa kamera itu berakhir tertuju padaku.

Suara ‘klik’ kembali mengudara.

“Dapat,” ucap Tom senang seraya menurunkan kameranya.

“Tommy!”

Tom tertawa. Cowok itu lantas menunjukkan hasil fotonya kepadaku. Di foto itu, terdapat potret gambarku yang diambil oleh Tom tak lama lalu. Tak dapat dipungkiri jika hasil fotonya memang bagus.

“Hasilnya bagus kan?" Tom seperti sedang membaca isi kepalaku. "Apalagi modelnya yang cantik.”

“Kau nakal sekali!” ujarku protes.

“Aku kan hanya mengatakan yang sebenarnya.”

Pertikaian kecil ini seakan menunjukkan kalau kami adalah teman yang akrab. Rasanya aneh, padahal kami baru bertemu beberapa waktu yang lalu. Namun sikap Tom yang ramah dan jahil membuatku jadi tidak kaku. Meskipun hal itu selalu memantik jantungku memompa lebih cepat dan rona yang selalu menghias wajah.

“Syukurlah kalau kau sudah tidak bersedih.”

Aku cukup terkejut dengan ucapan Tom. Jangan-jangan dia sengaja bertingkah jahil seperti ini untuk menghiburku yang tadi sempat menangis?

“Karena tampaknya kau sudah ceria, bagaimana jika kau jadi model fotoku?”

“Eh–kenapa tiba-tiba?" Aku tentu menuai protes lagi. "Dan kenapa aku?”

“Ketertarikan yang sama dengan patung itu? Aku yakin kita bisa menjadi teman akrab, Kimmy.”

“Apa maksudmu?”

“Aku akan menceritakan kisah yang kuketahui mengenai patung itu, asal kau mau jadi model fotoku. Bagaimana?” Tom mengedipkan sebelah matanya kepadaku.

Bagiku, itu adalah sebuah penawaran yang menarik. Kisah patung itu bisa jadi berhubungan dengan mimpi yang aku alami. Meskipun mungkin itu mustahil dan apa yang akan diceritakan oleh Tom nanti merupakan sebuah kebohongan.

“Bagaimana?”

Sepertinya Tom tidak sabar dengan diamku.

“Kuhitung sampai tiga, jika kau tak menjawab, kuanggap kau tidak menyetujuinya.”

Mendadak aku merasa terpojok. Sebelum aku sempat berpikir, Tom mulai berhitung.

"Satu, dua–"

“Iya, boleh! Tapi dengan satu syarat!”

“Asyik! Apa syaratnya?”

“Jangan membuatku berpose yang aneh-aneh!”

“Pose aneh-aneh memangnya seperti apa?”

“Kau harusnya tahu!”

“Aku tidak tahu tuh.”

“Uh.”

“Memangnya apa?”

“Itu…misalnya berpose tidak senonoh.”

Gelak tawa Tom menggelegar. Burung-burung kecil yang sedang hinggap di pohon di dekat kami terbang begitu saja. Wajahku sekarang pasti sudah merah padam, aku sampai tidak bisa memandang Tom. Pasti Tom sengaja memancingku untuk mengatakan hal itu.

"Tentu saja tidak, Kimmy. Janji."

Tom memajukan kelingkingnya ke arahku. Aku terdiam sejenak, sebelum kemudian menautkan kelingkingku pada miliknya.

"Kalau begitu, aku akan memotret patung peri itu bersama kau sebagai modelnya."

Aku ikut berdiri ketika Tom beranjak dari bangku, lalu mengikutinya dan memposisikan diriku di depan kolam patung peri sesuai arahan Tom.

"Begini?" Tanganku sedikit gemetar ketika terangkat untuk membuat pose. "Maaf. Aku tidak pandai berpose."

"Tidak. Begitu juga cukup bagus."

Selesai memotret, Tom mencoba mengarahkanku dengan beberapa pose lainnya. Salah satunya adalah sebuah pose yang berdekatan dengan sang patung. Aku mengikat ekor kuda rambutku sesuai permintaan Tom sebelum melakukan aksi berikutnya. Tak ada air di dalam kolam membuatku tak takut untuk memanjat ke atas batas kolam. Aku berdiri di atasnya, dan tanpa sadar, tanganku terulur ke arah patung itu. Tak ada aba-aba, perasaan sedih seketika merebak ke dalam hatiku. Kulit tanganku menyentuh tangan patung itu.

Patung itu dingin, seperti mata patung yang kelihatan sedih dan kesepian.

"Bagus, pertahankan posisi itu, Kimmy."

Saat aku akan turun dari tempatku berdiri, tiba-tiba aku melihat siluet di atas pohon yang berada di luar pagar. Mataku memicing, berusaha untuk melihat lebih jelas. Karena itu, keseimbanganku goyah dan aku merasa akan terjatuh.

"Kimmy!"

Bersama suara itu, Tom menangkapku sehingga tubuhku menimpa tubuh cowok yang sekarang berada di bawahku.

"Kimmy. Kau baik-baik saja?"

Selain dekapan hangat yang menaungi tubuhku, bisikan Tom membuat isi kepalaku kosong-melompong. Belum rona pipiku yang mungkin sekarang kelihatan serupa kepiting rebus. Ketika telingaku tergelitik oleh embusan napas milik Tom, aku tersadar dan buru-buru bangkit dan menjauhkan diri dari cowok itu.

"A-aku tidak apa. Terima kasih sudah menangkapku."

Kali ini, aku tidak mendengar tawa Tom. Cowok itu justru menatapku tanpa berkata apa pun. Hal itu justru semakin membuat dadaku bergemuruh dan yang bisa kudengar hanya detak jantungku.

"Kameraku…."

Ekspresi cowok itu tiba-tiba berubah.

Aku spontan kebingungan. Lalu menyadari sebuah benda berwarna hitam tergeletak di atas tanah. Kelihatannya demi mencoba menangkapku, cowok itu tidak sengaja melepaskan kameranya.

"Kameramu!" Sontak aku menjerit. Aku seketika dilanda rasa panik. "Bagaimana ini? Apa kameramu rusak?"

Padahal aku tadi menjaga jarak dengan Tom, tapi aku yang diliputi rasa bersalah kini kembali mendekat pada Tom yang kini telah duduk di pinggir kolam. Tom tampak mencoba-coba kameranya. Gelengan pada kepalanya yang lantas menjadikanku gusar.

"Lensanya sepertinya rusak."

"Ah! Maafkan aku, Tommy." Aku sungguh menyesal dan duduk di sampingnya. "Aku akan menggantinya! Sungguh!"

"Tidak perlu, Kimmy. Ini salahku karena tidak mengalungkannya dan sudah ceroboh menjatuhkannya."

"Tapi…"

Tom tersenyum dan mencoba menenangkanku dengan mengusap puncak kepalaku.

"Tidak apa kok."

Diperlakukan seperti itu, aku justru semakin tidak tenang. Salah tingkah, mungkin lebih tepatnya.

Mataku tak lagi tertuju pada Tom dan terarah menuju hutan, hingga menyadari sebuah siluet yang tadinya berada di atas pohon tiba-tiba bergerak turun. Tom di sebelahku sepertinya menyadarinya juga, apalagi suara dentuman benda jatuh setelahnya yang terdengar cukup keras. Aku mematung sesaat, sebelum menyadari jika mungkin seseorang terjatuh. Karenanya, aku berlari menuju sumber suara, yakni luar gerbang sekolah yang berbatasan dengan hutan.

"Tunggu, Kimmy!"

Aku tak acuh pada permintaan Tom. Aku terus saja melangkah hingga melewati gerbang yang sudah dipenuhi sulur dan tanaman liar.

Semakin mendekat, semakin tahulah bahwa siluet yang tadi kulihat rupanya seorang murid laki-laki di sekolahan ini. Tanpa mengenakan jas sekolah, cowok yang sedang duduk beralaskan tanah itu tampak mengusap bagian tubuhnya yang kelihatannya sakit karena jatuh.

Aku mengulurkan tangan, berinisiatif memberikan bantuan.

“Kau tidak apa-apa? Apa ada yang terluka?”

Alih-alih menyambut uluran tanganku atau mengucapkan sebuah kata, cowok itu langsung berdiri dan mengabaikanku begitu saja. Meski begitu cepat, aku dapat melihat mata hitamnya yang dingin dan dalam. Apa yang kulakukan hanya bergeming, menatap tempat yang sudah ditinggalkan sosok itu tanpa bisa berkata apa pun.

...****************...

Terpopuler

Comments

Rizka Hs

Rizka Hs

udah gak usah malu malu terima aja, ribet lu.

2023-09-07

0

𝐃ⁱʸᵃʰ 𝖆⃟𝖑⃟ Aᶻˡᵃᵐ🏹

𝐃ⁱʸᵃʰ 𝖆⃟𝖑⃟ Aᶻˡᵃᵐ🏹

Dak takdir nya jatuh😌

2023-09-06

0

A𝒔𝒉𝒊𝒆-`ღ´-

A𝒔𝒉𝒊𝒆-`ღ´-

kupikir cuma zoe aja yang bisa deket sama kim, ternyata sekarang ada tomy,

dan itu yang jatoh, kayanya lagi ngintip kali ya?

2023-09-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!