Pagi yang dingin, Sandra menarik kembali selimutnya dan hendak kembali tidur ketika ia melihat jam dinding di kamarnya masih menunjukkan pukul empat pagi, masih ada sedikit waktu untuk tidur sebelum memasak dan berangkat bekerja pikir gadis itu. Ya, sudah hampir satu minggu ini Sandra bekerja disebuah restoran sebagai waiters berkat bantuan kakak Nurul yang juga pernah bekerja di sana,namun saat ini kakak Nurul sudah menikah dan ikut suaminya pindah keluar kota sehingga dia harus berhenti bekerja, karena Nurul melanjutkan kuliah, Nurul mengajukan Sandra supaya bisa menggantikan kakaknya, Nurul tau betul jika sahabatnya sangat membutuhkan pekerjaan.Kakaknya menyetujui itu, karena tidak mungkin juga Nurul bekerja part time ketika awal masuk kuliah,pasti dia sibuk dengan kuliahnya.
Sebenarnya Sandra merasa iri dengan Nurul namun dihapusnya perasaan buruk itu, dia cukup tau diri dan sangat berterimakasih kepada sahabatnya itu. Paman Joni dan bibi Nani bukanlah orang kaya namun mereka hidup berkecukupan, meski Bibi Nani hanya bekerja sebagai guru TK dengan penghasilan tak seberapa Paman Joni adalah guru SMA yang berpengaruh di daerah itu dan mempunyai usaha sampingan yaitu menyewakan rumah kontrakan meski hanya beberapa. Maka tak heran jika mereka ingin Nurul menjadi guru juga dan sekuat tenaga membantu anaknya untuk mewujudkan cita-cita nya itu,terlebih ketika Dean kakak Nurul yang lebih memilih bekerja setelah lulus SMA dan sekarang telah menikah dengan laki-laki pilihannya. Nurul pun tau itu dan dia tak ingin membuat ayah dan ibunya kecewa lagi, sehingga dia berusaha agar bisa menjadi seperti yang orangtuanya inginkan, karena dirinya juga memang ingin sekali menjadi seorang guru dan mengajar seperti yang dia bayangkan sejak kecil.
Kembali ke Sandra, matanya kembali tertutup rapat namun dia sudah tidak bisa tidur lagi, kantuknya hilang karena udara yang begitu dingin. Dia berusaha mencari posisi ternyaman untuk tidur,miring kanan, miring kiri,meringkuk, tapi percuma saja dirinya sudah tidak mengantuk lagi.
Dibukanya matanya lebar-lebar, ia menatap langit-langit kamarnya.. pikirannya kembali menerawang terbang.. Andai saja dia dilahirkan dari orang tua yang berada , pastinya saat ini dia sudah menjadi salah satu mahasiswa seni , punya banyak teman baru dan menyandang gelar sebagai mahasiswi. Sandra terus melamun dan berkhayal,, bayangan menjadi mahasiswi berhasil membuatnya melupakan dinginnya pagi itu.
"San, Sandra, bangun nak" Suara ibunya menghentikan lamunannya.
"Ya Bu, Sandra sudah bangun" balas Sandra.
Sandra beranjak dari tempat tidur dan melangkah keluar menemui ibunya, dilihatnya ibunya susah bersiap diluar rumah sibuk dengan tas kantong berisi sayur mayur yang akan dia jual lagi. Sandra ikut membantu dan mengambil tas-tas besar belanjaan ibunya dan ikut menatanya di atas gerobak sayur milik ibunya.Udara diluar sangat dingin ,tubuhnya sedikit menggigil namun ditahannya rasa itu , ia tetap bersemangat membantu ibunya, ibu yang telah melahirkan dan merawatnya,yang kini tak lagi muda namun masih begitu lincah dan semangat.
Sandra tau ibunya bangun sejak pukul dua pagi dini hari dan pergi ke pasar berbelanja sayur untuk dijualnya lagi ,hal itu sudah ibunya lakukan sepuluh tahun terakhir sejak Sandra berusia delapan tahun lebih, ketika ibunya merasa Sandra sudah mampu dan berani di rumah sendiri sehabis pulang sekolah.
" Sudah nak, biar ibu lanjutkan sendiri pekerjaan ibu, ambil sayur ini dan masak sana gih, nanti keburu bapakmu bangun belum ada sarapan" pinta Bu Lastri.
" Baik Bu, " Sandra menuruti perintah ibunya dan bergegas ke dapur dengan membawa sayur dan ikan yang sudah ibunya berikan.
Memasak bukanlah hal sulit untuk Sandra, sejak kecil dia sudah terbiasa melakukan pekerjaan satu itu, Bu Lastri sering mengajari Sandra memasak sehingga ketika dia berkeliling berjualan sayur Sandra bisa melakukannya sendiri dan tidak harus menunggunya pulang ketika Sandra lapar dan ingin makan.
Dengan cekatan Sandra memasak dan menyajikannya dimeja dapur ,lalu dia beranjak pergi untuk mandi dan berangkat bekerja karena matahari sudah mulai bersinar menghangatkan udara dingin pagi itu.
Setelah mandi dan berganti pakaian ,Sandra celingukan mencari ibunya,wanita yang di carinya sudah tidak ada, gerobak sayur milik Bu Lastri juga sudah tidak terlihat.
"Mungkin ibu buru-buru takut pelanggannya lama menunggu kalau kesiangan" gumam Sandra
Dilihatnya jam dinding di rumahnya,
"Gawat sudah jam enam pagi, bisa-bisa aku terlambat lagi." Gumam Sandra.
Sandra segera ke dapur hendak mengambil sarapan untuk ayahnya, namun dilihatnya sang ayah sudah berada di dapur sedang sarapan.
Sandra tersenyum melihat ayahnya sudah membaik dan sudah bisa sarapan sendiri, dua hari yang lalu penyakit paru-parunya kambuh,untung saja waktu itu ada Pak Wijaya yang kebetulan sedang berkunjung dan segera membawa ayahnya ke rumah sakit.Tentu saja, semua biaya dan obat-obatan semua Pak Wijaya yang menanggung,itu menjadi beban tersendiri untuk Sandra dan keluarganya. Karena meskipun miskin mereka tidak suka merepotkan apa lagi sampai berhutang budi kepada orang lain, namun Pak Wijaya begitu kukuh ingin membiayai biaya rumah sakit Pak Imam. Belum lagi bantuan yang sudah-sudah, Pak Wijaya sering menyuruh sopirnya untuk mengantar obat-obatan Pak Imam yang memang tidak murah, kadang juga buah-buahan dan hadiah untuk Pak Imam dan keluarga. Sandra sampai pusing bagaimana caranya bisa membalas kebaikan Pak Wijaya atau bagaimana lagi caranya menolak bantuan dari Pak Wijaya tanpa menyinggung atau menyakiti perasaan beliau.
"Sandra.... " Pak Imam mengagetkan lamunan Sandra.
"Kenapa hanya berdiri dan tersenyum ? ayo temani bapak sarapan.." Ajak Pak Imam.
" Ah bapak ngagetin Sandra saja," Ucap Sandra sambil mengerucutkan bibir manisnya.
"Bapak sudah baikan ? Bagaimana keadaan bapak ?" Lanjut Sandra.
"Makannya jangan suka melamun,apa lagi menghayal,
bapak sudah sehat,kamu tidak perlu khawatir, dah ayo sarapan ." Pak mengajak putri semata wayangnya sarapan lagi.
Namun Sandra terburu-buru, jam di dinding terus berputar hari semakin siang, Sandra khawatir dia akan terlambat lagi karena jarak tempat kerja Sandra sangat jauh, butuh waktu dua jam untuk sampai ke restoran tempat dia bekerja karena restoran itu terletak di tengah kota sedangkan rumah Sandra berada di perkampungan di daerah pinggiran kota itu.
" Sandra nanti saja pak, sudah siang takut terlambat, gak enak sama yang lain." ucap Sandra.
" Tapi kamu harus sarapan dulu, setidaknya makanlah sedikit, perjalanan kamu gak dekat lho." Pinta Pak Imam lagi.
"Gak pak, nanti Sandra sarapan di sana saja, bapak jangan lupa habis sarapan minum obatnya" Sandra mendekati Pak Imam dan berpamitan mencium punggung tangan lelaki tua itu.
"Baiklah terserah kamu saja,tapi hati-hati dijalan"
"Siiiaap boss" Sandra tersenyum penuh semangat sambil mengangkat tangannya dan hormat kepada ayahnya, ayahnya tersenyum melihat tingkah putrinya.
Sandra hendak melajukan sepeda motornya ketika sebuah mobil mewah berwarna hitam masuk dan parkir dihalaman rumahnya. Pak Wijaya turun dari mobil itu setelah sopirnya membukakan pintu mobil. Pak Wijaya tersenyum dan menghampiri Sandra yang sudah nangkring di atas sepeda motornya.
" Pagi nak, sudah mau berangkat kerja ya ? sapa Pak Wijaya.
" Iya Pak, bapak ada di dapur sedang sarapan," Timpal Sandra, dia tau pasti ayahnya yang dicari.
"Gimana keadaannya, kebetulan bapak belum sarapan dari rumah , boleh bapak ikut sarapan ??" Goda Pak Wijaya.
"Tentu saja boleh Pak, Pak Wijaya masuk saja,pasti bapak sangat senang, Sandra pamit dulu" Ucap Sandra dengan sopan.
Makan di rumah Sandra bukanlah hal yang baru untuk Pak Wijaya, dia sangat suka dengan masakan Sandra maupun Bu Lastri yang menurutnya sama-sama enak.
Setelah melihat Pak Wijaya masuk kedalam rumah, Sandra segera pergi berlalu, kali ini dia melajukan sepeda motornya dengan cepat, matahari sudah mulai meninggi, itu artinya dia pasti terlambat lagi.
Sampai diparkiran Sandra berlari terburu-buru hendak masuk kedalam restoran.
Bruuukk......!!!
Tiba-tiba tubuh Sandra sedikit terpental kebelakang, dia tidak sengaja menabrak seseorang.
"Aahh,, ma ma af saya ti...ti dak sengaja ..." Ucap Sandra terkejut.
Laki-laki didepannya menatapnya dengan tatapan tidak suka.
Sandra berusaha berdiri dengan sempoyongan.
"Sekali lagi saya minta maaf tuan, tadi saya terburu-buru" ujar Sandra.
"Dasar Udik kampungan !! " Laki-laki itu menghardik dan berlalu meninggalkan Sandra masuk kedalam restoran terlebih dahulu.
Sandra masih tertegun di tempatnya namun segera tersadar dan berlari hendak berganti baju mengenakan seragam waiters di ruangan belakang restoran.
Sandra berganti baju sambil mengomel tidak jelas.
" Dasar laki-laki aneh, ganteng-ganteng kok gak punya sopan santun, ada yang minta maaf kok malah ngatain orang sembarangan, dasar orang kaya sombong," Gerutu Sandra.
"Semoga saja aku gak ketemu laki-laki seperti itu lagi"
Omelan Sandra masih berlanjut hingga dia selesai berganti baju dan bergegas ke dapur restoran dengan takut,karena jelas kali ini dia terlambat lagi. Firasat buruk menyelimuti hatinya.
"Bu Henny kepala restoran di sana pasti marah lagi" Tebak Sandra.
Dan benar saja begitu Sandra masuk kedalam dapur Bu Henny sudah menunggunya dengan wajah tidak ramah dan bibir cemberut. Sandra berjalan perlahan sambil menundukkan kepalanya.
" Alasan apa lagi sekarang ? kamu tau ini sudah pukul berapa ? Sandra, saya menghargai Dean yang menitipkan kamu disini, saya tahu Dean orang baik dan pekerja keras, dia juga sangat menghargai waktu, dia pekerja yang profesional, tapi jangan harap saya bisa lebih bersabar lagi jika kamu seperti ini terus setiap hari ! " Sentak Bu Henny.
" Maaf bu, rumah saya jauh jadi........" Sandra belum menyelesaikan kalimatnya namun Henny segera memotongnya, kedua alisnya diangkat seakan tak puas dengan jawaban Sandra.
" Rumah jauh bukan alasan, sudah berulang kali saya jelaskan, dan kamu sudah tahu peraturan bekerja disini dan sudah setuju dengan hal itu, hargailah waktu dan hargailah kebaikan orang yang telah memberimu kesempatan berkerja disini" Jelas Bu Henny.
Sandra semakin menunduk dan menyesali kebodohannya. Harusnya dia lebih rajin dan bangun lebih awal agar tidak terlambat bekerja dan juga tidak membuat kak Dean malu karenanya. "Harusnya, harusnya dan harusnya........ Oh Sandra kenapa kamu begitu bodoh", batin Sandra.
Sandra tak bergeming dia pasrah dengan apa yang akan dilakukan Henny kepadanya , ini baru seminggu dan ini ketiga kalinya dia terlambat masuk bekerja. Teman teman Sandra semua melirik ke arahnya, ada yang kasihan,ada juga yang terlihat sebal,mungkin saja mereka pagi itu disuruh apel pagi terlebih dahulu karena Sandra.
"Saya tidak mau hal ini terulang lagi , ini peringatan terakhir dari saya, saya harap kamu ......"
"Pecat dia !! "
Tiba-tiba sebuah suara masuk kedalam dapur,semua orang menengok ke arah asal suara tersebut. Mereka melihat seorang laki-laki muda bertubuh tinggi, berkulit putih memakai kemeja rapi,kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana yang ia kenakan.
" Tu....tuan muda " Bu Henny tersentak, kemudian menunduk kepada laki-laki itu.
Sedangkan Sandra sangat terkejut,kedua matanya terbelalak,jantungnya berdetak lebih cepat, karena laki-laki itu adalah laki-laki yang tadi dia tabrak diparkiran.
" Jangan, jangan pecat saya..." Kaki sandra terasa lemas, tadi Sandra berdoa supaya tidak bertemu laki-laki itu lagi, namun nyatanya sekarang dia harus memohon kepada laki-laki yang menghinanya tadi agar tidak dipecat,biar bagaimanapun Sandra sangat membutuhkan pekerjaan.
Gambaran wajah kecewa kedua orang tuanya yang lelah dan keriput terlihat jelas, dia ingin sekali kedua orang tuanya berhenti bekerja dan menikmati hari tua mereka.Tak terasa air mata Sandra jatuh membasahi pipinya.
" Henny, kamu tidak dengar ? pecat gadis udik ini,dan suruh dia pergi dari sini ! " Laki-laki itu tidak menghiraukan Sandra. Tatapan matanya begitu dingin , sama sekali tidak menghiraukan Sandra yang sudah berkeringat dingin dan ketakutan.
" Tapi tuan ... " Sergah Bu Henny.
"Saya tidak mau punya karyawan yang tidak disiplin dan tidak menghargai waktu,terlebih gadis udik yang ceroboh seperti ini !!" Kata laki-laki itu.
" Baik tuan, tapi apa boleh saya berbicara sebentar dengan tuan ? " Kanjut Bu Henny.
Laki-laki itu tak menyahut, dia hanya mengangguk dan pergi ke ruang kerjanya, Henny mengikutinya dari belakang.
Setelah mereka tak terlihat semua saling berpandangan dan berbisik-bisik, mereka tidak tahu siapa laki-laki itu.
Sandra terduduk dengan lemas,dia bingung harus bagaimana, kalau dia pulang nanti,dia takut melihat wajah kedua orang tuanya sedih,dia juga malu kepada Nurul dan keluarganya yang sudah membantunya mendapatkan pekerjaan, terlebih jika kak Dean sampai tahu jika dia dipecat ketika baru bekerja seminggu.
Di ruangan yang berbeda, terlihat laki-laki muda duduk di sebuah kursi di belakang meja kerja.Disusul oleh Bu Henny kepala karyawan di restoran tersebut.
" Aku harap kau akan membicarakan hal yang penting dan tidak membuang waktu ku dengan percuma" Kata laki-laki itu.
" Baik tuan muda, tuan muda saya rasa berilah sedikit kesempatan untuk gadis tadi" Ucap Bu Henny.
Laki-laki itu mengerutkan kening tatapan matanya terlihat tidak senang.
"Kenapa aku harus memberinya kesempatan ? Kau sendiri yang tadi bilang jika dia sudah berulang kali melakukan kesalahan yang sama ? " Laki-laki itu terlihat bingung dan tidak suka.
"Benar tuan, namun saya hanya ingin menggertak nya saja, sebenarnya anak itu masih terlalu muda dibandingkan dengan karyawan yang lain, mungkin jiwa mudanya yang membuatnya belum mampu berfikir dan bertanggung jawab sebaik yang lain, saya memberikan kesempatan terakhir juga karena kinerja anak itu sangat baik dan gesit dibandingkan dengan yang lain, dia juga tidak pilih-pilih pekerjaan, apapun dia kerjakan termasuk membantu temannya meski itu bukanlah pekerjaannya. Dan saya juga pernah mendengar kalau ayahnya sakit-sakitan, sebelum berangkat kerja anak itu merawat ayahnya dulu, untuk itu saya harap tuan muda mempertimbangkan lagi keputusan tuan, berilah gadis itu kesempatan lagi" Bu Henny berusaha membujuk laki-laki itu.
Meski galak Bu Henny adalah orang yang baik dan bijaksana, karena pekerjaannya lah dia harus bersikap tegas dan ditakuti agar semua karyawan mentaati segala peraturan yang ada.
Laki-laki itu tak bergeming, dia menatap Henny dengan serius.
"Baik, aku beri gadis itu kesempatan terakhir, tapi ingatkan kepada gadis udik itu untuk tidak melakukan kesalahan sedikitpun. Dan lagi, aku memberikan kesempatan ini bukan karena gadis itu seperti yang kau ceritakan, tapi karena aku menghormati kamu karena kamu adalah kepercayaan ayahku dan kesetiaan kamu selama ini untuk restoran ini "
Bu Henny mengangguk paham dan mengucapkan terimakasih.
" Kalau begitu tuan, mari saya perkenalkan dengan para karyawan" Lanjut Bu Henny.
" Tidak,kau saja ,aku sudah hilang mood karena gadis udik itu, ambilkan berkas kemajuan restoran ini saja, aku akan mempelajarinya" Perintah laki-laki itu.
Bu Henny mengangguk dan meninggalkan ruangan itu.
"Baik tuan ."
Bu Henny kembali ke dapur, bisik-bisik pun segera terhenti, suasana mendadak hening, mereka semua segera berdiri dan berbaris.
Sandra mengikuti teman-temannya sambil terus menunduk, dia pasrah saja karena kemungkinan ia bisa tetap bekerja disitu sangatlah mustahil.
" Kalian pasti heran dan bingung siapa pria tadi, langsung saja saya perkenalkan, beliau adalah Tuan Alfian, Alfian Putra Wijaya, anak dari pemilik restoran ini yang mulai hari ini memegang kendali atas restoran ini, dan saya ingatkan,tuan muda tidak suka dengan kesalahan sedikitpun yang terjadi dan tidak mudah untuk mentolerir sekecil apapun kesalahan itu,jadi berhati-hatilah saat kalian bekerja,tuan juga sangat disiplin jadi bekerjalah sebaik mungkin jika ingin tetap bekerja disini."Jelas Bu Henny.
"Dan kau !!! Henny menunjuk Sandra, Sandra yang menunduk tidak tahu akan hal itu hingga temannya menyenggol bahunya dan mendongak kearah Bu Henny.
" Ii ... i iyaa,sa ya Bu " Sandra tergagap menatap Bu Henny dengan takut dan pasrah.
"Ya,, kamu Sandra, bersyukurlah tuan muda hari ini masih berbaik hati memaafkan mu, mulai hari ini bekerjalah lebih disiplin dan jangan melakukan kesalahan lagi ! "
Kata-kata Henny seketika membuatnya tak percaya,dia tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya seperti anak kecil,hampir saja dia berlari dan memeluk Bi Henny namun ia urungkan.Dia masih bisa mengontrol dirinya.
" Terimakasih bu, terimakasih banyak " ucap Sandra, dia tak bisa berkata lagi.
Bu Henny hanya diam tak menyahut dan memerintahkan kepada semua karyawan baik koki maupun waiters agar segera melakukan pekerjaan masing-masing.
Semua karyawan membubarkan diri dan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing termasuk Sandra. Dengan riang dia melakukan pekerjaannya masih dengan perasaan tak percaya atas keberuntungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments