Sampai didepan rumahnya Sandra turun dari sepeda motor sambil berpegangan kepada sahabatnya. Kakinya begitu nyeri dan ngilu, dengan susah payah dia berusaha masuk ke dalam rumah sambil meringis menahan sakit. Bertepatan dengan itu, sebuah becak tua berhenti didepan rumah itu juga, Pak Imam sudah sampai dari puskesmas, terlihat Bu Lastri duduk lemas di dalam becak milik suaminya.
Sontak saja Sandra segera berjalan kearah kedua orangtuanya dan mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam rumah.
" Ibu, bagaimana keadaan ibu ? " tanya Sandra dengan raut wajah yang terlihat cemas.
" Ibumu mengalami dehidrasi nak, dia juga tidak makan tepat waktu dan juga kelelahan." Timpal Pak Imam.
Bu Lastri memandang putrinya lalu tersenyum.
" Ibu tidak apa-apa nak, hanya kurang istirahat saja,nanti kalau ibu sudah istirahat ibu juga sembuh seperti sedia kala." Ucap Bu Lastri, dia tidak ingin putri semata wayangnya itu khawatir dengan keadaannya.
" Mulai sekarang ibu harus banyak beristirahat, dan mulai besok biar Sandra yang berjualan Bu," Pinta Sandra.
Dia tidak tega melihat ibunya sakit seperti itu.
"Ibu jangan bandel ,kali ini Sandra mohon Bu, " Lanjut Sandra ketika melihat ibunya ingin berkata lagi,dia tau apa yang akan dikatakan ibunya itu.
Pak Imam turun dari becak dan membantu Bu Sandra masuk ke dalam rumah. Setelah itu beliau berbalik ke rumah depan dan melihat putrinya berjalan masuk kedalam rumah sambil terpincang-pincang menyeret kaki kanannya.
"Kaki kamu kenapa San ? " Tanya orang tua itu, beliau menghampiri putrinya dan memeriksa kaki anaknya.
"Ini terkilir , kamu habis dari mana ? bagaimana sampai bisa seperti ini ? dan dimana sepeda motormu ?" Pak Imam bertanya sambil celingukan menengok kanan kiri mencari sepeda motor putrinya, karena hanya Nurul dan sepeda motornya yang ada.
Nurul yang ingin membantu menjawab pertanyaan Pak Imam bingung harus berkata apa karena dirinya juga tidak tau apa yang terjadi pada Sandra sahabatnya.
Melihat wajah orangtuanya dan sahabatnya bingung Sandra pun menceritakan semua yang baru saja dia alami.
"Begitu ceritanya pak." Pungkas Sandra sambil menarik nafas dalam.
Mendengar apa yang baru saja diceritakan putrinya Pak Imam menatap putrinya itu dengan lekat, Pak Imam Sangat sayang padanya, beliau sedih melihat anaknya terluka, terlebih istrinya baru sakit.
" Ya sudah nak, tidak apa-apa,,biar bapak kompres dan urut kakimu," ucap sang bapak.
"Biar Nurul ambilkan alat kompresnya paman." Nurul yang sedari tadi berdiri mendengarkan cerita Sandra bergegas ke dapur mengambil apa yang diperlukan Pak Imam.
Setelah kembali dari dapur ia berniat mengompres kaki sahabatnya karena ia merasa kasian kepada Pak Imam.Namun Pak Imam menolak dan mengompres putrinya sendiri. Nurul pun kembali ke dapur dan membuatkan mereka dan juga Bu Lastri minuman.
Setelah Sandra dikompres dan diurut kakinya oleh Pak Imam, mereka minum teh bersama, tak lupa Pak Imam membantu istrinya minum obat, sekarang Bu Lastri sudah tertidur,beliau juga sedih mendengar apa yang dialami anak gadisnya.
Hari sudah menjelang sore , Nurul pamit pulang kerumahnya yang hanya bersebelahan dan berpesan agar memanggilnya jika Sandra dan Pak Imam memerlukan sesuatu.
" Terimakasih rul,, kamu dah bantuin aku dan bapak " Ucap Sandra, dia merasa tak enak karena sering merepotkan Nurul dan keluarganya.
"Ahh kamu ini San, kaya sama siapa aja" timpal Nurul sambil cengengesan dan berlalu meninggalkan sahabatnya.
Sore berganti malam dan pagi pun sudah terbit,, sinar matahari menyelinap masuk melewati celah jendela kamar Sandra yang sempit.Sandra menggeliat dan mengerjapkan kedua matanya. Dia menggoyangkan kaki kanannya perlahan, sudah membaik hanya saja masih sedikit sakit,mungkin butuh satu atau dua hari untuk sembuh sempurna,selagi kakinya sakit Sandra terpaksa belum bisa menggantikan ibunya berdagang sayur keliling.
Sandra bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi, setelah itu dia pergi ke dapur bersiap membuat sarapan untuk kedua orangtuanya. Baru juga membuat telur dadar ,Sandra mendengar suara ketukan di pintu depan. Ia berniat membukakan pintu rumahnya namun keduluan oleh bapak nya. Ya , hari itu Pak Imam tidak menarik becak seperti biasa,beliau ingin menemani istrinya yang masih sakit seperti yang dilakukan Bu Lastri ketika beliau sakit.
Pak Imam menautkan kedua alisnya setelah membuka pintu, beliau merasa asing dengan orang yang ada didepannya.
" Selamat pagi..... " Ucap laki laki itu dengan ramah dan tersenyum.
"Iya,, selamat pagi, maaf mencari siapa ya ? " Pak Imam menjawab dan bertanya kepada laki laki paruh baya di depannya, yang berdiri memakai setelan jas berwarna navy. Dibelakang laki-laki itu berdiri seorang lelaki juga tapi terlihat lebih muda.
Laki-laki itu tersenyum dan menjawab pertanyaan Pak Imam yang kebingungan.
"Maaf saya mengganggu pak, perkenalkan nama saya Wijaya, benar ini rumah nak Sandra ?" Tanya laki-laki itu.
Bagaimana laki-laki ini bisa mengenal putrinya ? Pak Imam terlihat semakin bingung. Hatinya mulai diselimuti perasaan cemas, apakah putrinya melakukan sebuah kesalahan ??? Apa yang dilakukan putrinya kepada bapak-bapak ini ? Pak Imam sangat bingung memikirkan hal itu, meski begitu beliau mengiyakan pertanyaan laki laki itu.
"Benar tuan , ini rumah saya, Sandra itu putri saya, mari silahkan masuk " Ajak Pak Imam.
Laki laki bernama Wijaya tersebut masuk mengikuti langkah kaki Pak Imam.
Setelah duduk Pak Imam yang bingung dan penasaran terhadap tamunya itu langsung bertanya.
"Kalau boleh tau , Tuan-tuan ini siapa ? dan ada perlu apa dengan anak saya Sandra ??" Pak Imam tak bisa menyembunyikan rasa penasaran dihatinya.
Pak Wijaya yang melihat tingkah Pak Imam segera menceritakan kejadian yang dialaminya kemarin.
" Putri bapak kemarin telah menolong saya, kemarin hampir saja saya tertabrak mobil jika saja putri bapak tidak datang tepat waktu mendorong saya," ucap Pak Wijaya.
"Kemarin saya tergesa-gesa karena ada tiga orang tak dikenal mengikuti saya terus ketika saya keluar dari sebuah bank, saat itu saya takut dan panik karena sopir saya sedang pamit makan siang dan ponsel saya tertinggal didalam mobil,sehingga saya tidak bisa menghubunginya atau minta tolong kepada siapapun.Untung ada putri bapak, ketiga orang itu lari ketika ada keramaian , putri bapak tidak hanya menyelamatkan nyawa saya,tapi juga perusahaan saya, karena dari bank itu saya mengambil berkas berkas penting perusahaan saya dan juga sejumlah uang yang akan saya gunakan untuk rapat dengan klien hari itu." Pak Wijaya melanjutkan ceritanya.
Sekarang barulah Pak Imam mengerti,dan mengingat-ingat, kemarin Sandra putrinya juga sudah bercerita tentang kakinya yang terluka karena membantu seorang laki-laki paruh baya.
Setelah selesai memasak nasi goreng dan telur dadar Sandra berniat memanggil Kedua orangtuanya untuk sarapan bersama,namun Sandra terkejut ketika melihat orang tua yang kemarin dia tolong berada dirumahnya dan mengobrol dengan bapaknya.
" Bapak, sarapannya sudah siap" Kata Sandra sambil memandang mereka dengan kebingungan.
" Halo nak Sandra, selamat pagi" sapa Pak Wijaya.
"Iii ...i... iya selamat pagi Pak" Jawab Sandra, dia benar-benar bingung bagaimana orang tua itu tau namanya dan tau alamat rumahnya.
"Sandra ,sini nak.... ini Tuan Wijaya, beliau orang yang kamu tolong kemarin" Pak Imam berusaha mencairkan suasana karena beliau melihat putrinya begitu terkejut dan bingung.
"Tuan Wijaya ini tau nama dan alamat rumah ini dari orang sekitar pasar yang melihat kejadian kemarin" lanjut Pak Imam memecahkan kebingungan yang Sandra rasakan.
"Maaf Pak, tidak usah memanggil saya dengan sebutan tuan, panggil saja saya Wijaya" Ucap laki-laki itu.
"Wahh tidak Tuan," Kata bapak Sandra, beliau melihat penampilan pak Wijaya dari atas sampai bawah, dan juga mobil dan sopir yang ada didepan rumahnya. Beliau tau pasti Pak Wijaya ini orang penting dan kaya,tak sepadan dengan dirinya yang hanya tukang becak. Jadi dia harus menghormati tamunya itu, pikir Pak Imam.
Namun berbeda dengan anggapan Pak Imam,Pak Wijaya begitu sungkan dengan panggilan itu, beliau lebih nyaman diperlakukan seperti layaknya tamu biasa.
"Baiklah kalau begitu,saya panggil anda Pak Wijaya saja" Kata Pak Imam memecah kesunyian yang tercipta.
Pak Wijaya tersenyum sumringah mendengarnya.Seperti itu lebih nyaman didengarnya.
Pak Imam pun mengajak Pak Wijaya sarapan bersama, dengan senang hati Pak Wijaya menerima ajakan itu dan mereka sarapan bersama berempat. Masakan Sandra dirasa sangat enak oleh Pak Wijaya,meski menunya sederhana tapi mampu menggoyang lidah karena kelezatannya.
Sejak saat itu Pak Imam dan Pak Wijaya bersahabat, Pak Wijaya senang memiliki sahabat baru seperti Pak Imam yang sangat bertanggung jawab kepada keluarga dan sangat ramah,juga Pak Imam bukanlah orang yang suka memanfaatkan keadaan meski tau sahabat barunya itu kaya raya beliau selalu menolak bantuan dan pemberian Pak Wijaya jika Pak Wijaya tidak memaksanya dengan sangat agar menerimanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments