Lian mengendarai mobil nya dengan sangat kencang dia tak memikirkan bagaimana resiko membawa mobil dengan kecepatan penuh yang dia pikirkan sekarang adalah Rayna yang sedang pingsan.
"Argh kenapa dia harus pingsan saat kerja" gerak Lian.
Sesampainya di rumah sakit, Lian menggendong Rayna untuk masuk ke dalam rumah sakit.
"Dokter.... Tolong....." Sahut Lian berteriak di sana.
Perawat di sana mengambil kan blangkar untuk Rayna, dengan cepat Rayna di bawa ke ruang gawat darurat.
Para dokter langsung menangani nya tanpa berlama lama.
Lian menunggu di ruang tunggu dia melihat ponsel nya yang berbunyi.
"Ada apa Mamah menelpon" tanya Lian dengan bergumam.
📞📞
"Ya mah ada apa" tanya Lian.
"Assalamualaikum sayang" ucap Mamahnya.
"Waaikum salam Mah" ucap Lian.
"Kamu di mana" tanya Rahma yang tak lain adalah mamahnya.
"Aku sedang ada urusan mah" ucap Lian berbohong dia tak mau Mamahnya ikut campur lagi pada urusan nya.
"Cepat lah pulang Mamah mau kamu pulang jangan tinggal di Hotel terus, jangan lupa kuliah kamu" ucap Rahma.
"Ya mamah" ucap Lian.
"Baiklah jangan lupa makan Assalamualaikum" ucap Rahma.
"Waalaikum salam" ucap Lian.
📞📞
Lian menatap pada Foto mamahnya dia merasa sangat beruntung karena di asuh oleh keluarga Sudardjo yang sangat menyayangi nya, Lian bersyukur di berikan Mamahnya yang sangat menyayangi nya melebihi anak kandung nya.
Bahkan Kenan anak kandung Rahma dan Elpan saja kalah sama Lian, Kenan dan Lian beda 7 tahun mereka jelas bukan saudara kandung namun tetap Lian sangat menyayangi adiknya itu.
Dokter keluar dengan cepat Lian langsung mendekat pada dokter itu.
"Dokter ada apa dengan pegawai saya" tanya Lian khawatir dia di suruh untuk masuk ke dalam,
Lian masuk ke dalam dan dia melihat Rayna yang sudah duduk di sana.
"Dokter saya kenapa" tanya Rayna.
"Nona Anda punya penyakit yang cukup mematikan" ucap Dokter.
Rayna menatap pada Lian sekilas namun perhatian nya sekarang fokus pada dokter.
"Penyakit apa dok" tanya Rayna.
"Anda punya kanker hati, dari hasil pemeriksaan anda sudah lama punya penyakit ini tapi begitu lah tumor hati dia tak akan menampakkan gejala awal justru jika tumor nya sudah menyebar luas maka akan seperti ini" ucap Dokter.
"Apa" tanya Rayna tak percaya dia memegang dadanya yang sesak mendengar kebenaran itu.
"Ya Nona" ucap Dokter itu.
Rayna langsung menangis dia tak sangka kalau dia akan mengalami hal itu, belum juga selesai masalah papahnya dia langsung di hadapkan dengan penyakit nya.
"Ini terserah anda nona tapi kalau di biarkan takut nya akan menjadi kanker yang mematikan" ucap dokter itu.
"Apa harus melakukan operasi dok" tanya Lian yang sejak tadi hanya diam saja.
"Tergantung bisa di kemoterapi tapi mungkin akan lama" ucap Dokter.
"Baiklah kalian pikir kan saja dulu saya akan membuat kan resep obat" ucap Dokter itu yang langsung pergi dari sana.
Lian tak tega melihat Rayna yang hancur seperti itu, bahkan Rayna sekarang menangis sangat histeris.
Lian bingung dia belum pernah memenangkan wanita yang sedang menangis, namun dia ingat kalau Papahnya dahulu sering memeluk mamahnya saat menangis.
Tangan Lian hendak mengusap kepala Rayna, namun tangan nya seolah tak bisa menyentuh wanita sembarangan.
Lian menarik nafas nya dia tak mungkin membiarkan Rayna, saat ini dalam pikiran nya minimal Lian bisa menenangkan Rayna.
Lian melihat bahu Rayna yang bergetar saat menangis, Lian langsung memeluk Rayna walau pun Lian tau itu sangat salah.
"Tenang lah" ucap Lian.
"Tuan apa aku akan mati" tanya Rayna.
"Ya" ucap Lian yang membuat Rayna semakin kencang menangis jujur saja dia keceplosan karena dia sekarang sedang khawatir pada Rayna, "Maaf maksud aku kamu akan mati sekarang, Rayna kamu pasti sembuh" ucap Lian yang tak di gubris oleh Rayna.
"Ish ini mulut menyebalkan sekali" gumam Lian marah karena mulutnya sangat bar bar.
Rayna berhenti menangis Lian masih memeluk Rayna karena ingin menenangkan Rayna.
"Lepaskan aku tuan" ucap Rayna.
Lian merasa malu dia langsung melepaskan pelukannya, Lian merasa canggung dia langsung memalingkan wajahnya.
"Tuan aku mau pulang, maaf hari ini aku tak masuk kerja" ucap Rayna yang langsung turun dari blangkar dan hendak pergi.
Lian tak bisa menghentikan nya, dia hanya menatap pada Rayna yang sekarang melepaskan inpus nya dengan paksa.
"Biar aku antar" ucap Lian.
"Tidak tuan terima kasih sudah menolong ku tapi aku mau sendiri" ucap Rayna.
Lian mencekal tangan Rayna berharap Rayna akan mendengar kan nya.
"Biar aku antar" ucap Lian memaksa, Rayna tak bisa menolak dia mengiyakan saja.
Setelah membayar mereka langsung pergi dari sana, Lian merasa kasihan pada Rayna mempunyai penyakit di usia muda adalah hal yang sangat menyakitkan.
Apa lagi Rayna baru saja mengalami kebangkrutan, "Kasihan sekali dia, apa dia sanggup menerima hal ini" batin Lian memperhatikan Rayna secara diam diam.
sedangkan Rayna dia hanya diam saja tak bicara apa apa, Rayna tengah di rundung oleh pemikiran nya dia tak mungkin bisa melewati itu semua Rayna tak punya uang untuk dia operasi atau melakukan kemoterapi.
Bukan itu saja Rayna juga sampai sekarang belum bisa mengobati papahnya, bagaimana mungkin dia bisa mencari uang untuk mengobati Papahnya sedangkan dia juga tengah di hadapkan dengan penyakit nya yang mematikan dan mungkin saja hal itu akan menghambat pekerjaan Rayna.
"Seberat ini masalah aku" Batin Rayna.
Terlihat oleh Lian kalau air mata Rayna terjatuh namun Rayna dengan cepat menghapus nya.
"Aku tau masalah mu" ucap Lian yang bahkan tak di gubris oleh Rayna.
Lian menepikan mobilnya di tepi jalan, dia tak bisa melihat Rayna yang terus menangis begitu.
"Aku akan bantu mengobati kamu" ucap Lian.
Rayna tersenyum dia tak mungkin meminta uang lagi pada Lian, karena kemarin juga Lian sudah memberikan dia uang.
"Tuan jangan lakukan itu aku gak akan menyusahkan orang lain, kalau pun aku meninggal aku ga papa" ucap Rayna.
"Aku akan bantu kamu supaya kamu cepat sembuh" ucap Lian.
"Gak usah aku akan kerja keras" ucap Rayna.
"Jangan menolak" ucap Lian.
"Kenapa kau sangat memaksa tuan" ucap Rayna.
"Sekarang kan kamu kekasih kontrak aku, kalau kamu sakit bagaimana aku akan membawa mu pada Nenek" ucap Lian.
"Tapi aku gak mau" ucap Rayna.
"Ayolah jangan membantah aku akan transfer uang pada mu kau gak boleh nolak" ucap Lian yang langsung mengambil ponsel nya dan langsung mentransfer kan uang pada ATM Rayna.
Di hotel itu uang gaji di transfer langsung ke ATM pegawai, jadi Lian punya nomor rekening Rayna.
"Aku bilang gak usah" ucap Rayna.
"Tapi aku sudah mentransfer kan uang itu" ucap Lian tersenyum.
"Aku bilang gak usah" ucap Rayna lagi.
"Jangan membantah kalau kamu meninggal aku bagaikan, Hah kamu pikir cari kekasih kontrak itu gampang" ucap Lian Marah.
"Aku janji saat aku ada uang aku akan ganti" ucap Rayna.
"Tak apa bekerja lah yang giat pada ku" ucap Lian yang langsung mengemudi kan lagi mobil nya dan mengantar Rayna pulang.
Sedangkan di Kediaman Sudardjo,
Rahma ibunya Lian melihat ada riwayat transaksi di ponsel putranya.
"Lian baru saja mentransfer kan uang pada Ayna" ucap Rahma.
Rahma menghela nafas nya kasar.
"Astaghfirullah ada apa ini, apa wanita itu mengeret uang Lian, ini jumlah nya banyak lagi" gumam Rahma.
Wanita 38 tahun itu bangkit dari duduknya dia hendak menelpon suami nya namun dia lebih memilih untuk menutupi ini dari suami nya.
Rahma alfani Mahoji adalah wanita yang sangat pintar dengan mengedepankan Adab dan etika, Rahma belum pernah menghakimi kesalahan orang lain.
Dahulu juga saat Lian punya masalah dengan teman nya, Rahma tak pernah memarahi teman nya atau Lian, dia hanya bicara di belakang orangnya sambil meminta Lian untuk menjauhi nya.
Rahma bukan tipikal ibu yang bar bar atau pun kasar, dia lemah lembut namun sangat ketat dengan aturan, Rahma membebaskan anak anak nya namun dia juga mengekang dengan meretas ponsel anak anaknya.
Hingga membuat anak anaknya tak bisa bebas menggunakan ponsel nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments