"Apa? Perempuan ini yang akan menjadi calon kekasihku? Apa tidak salah? Atau ada pilihan lain, gitu? Aku menolak!" tukas Biru kesal.
Kiara memincingkan kedua matanya dan menatap tajam pada pemuda tampan dan bertubuh tinggi itu. "Aku juga tidak mau menjadi kekasihmu! Jangankan satu malam, satu detik pun aku tidak sudi!"
"Bagus kalau begitu! Ayo, Sa, balik!" tukas Biru lagi pada Angkasa.
Pemuda itu sudah beranjak dari kursinya dan bersiap-siap untuk meninggalkan mereka. Namun, Angkasa menahannya. "Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu tentang apa yang terjadi kepada kalian! Ini bisnisku dan aku mencoba bersikap profesional di sini! Biru, duduklah! Nona, kau juga!"
Kiara yang tadi sudah berdiri juga terpaksa duduk, begitu pula dengan Biru. Angkasa pun melanjutkan pembicaraannya, "Nona, apa kau tidak sayang dengan uang yang sudah kau bayarkan kepada kami? Sesuai isi kontrak, uangmu tidak dapat kembali. Dengan kata lain, hangus,"
Pandangan Angkasa kini beralih kepada Biru. "Dia sudah melunasinya, Sobat. Kau pun akan mendapatkan keuntungan juga dari dia, so, menurutku kita tetap jalankan rencana kita,"
"Aku tidak butuh keuntungan apa pun dari dia! Satu malam itu lama! Apalagi aku harus menjemput dia juga, 'kan?" tanya Biru dengan galak.
Kiara dan Rere yang sedari tadi saling berbisik untuk memikirkan apakah mereka akan lanjut atau tidak pun, sontak saja memandang Angkasa.
"Dia tidak perlu menjemputku! Buat saja janji untuk bertemu di tengah jalan! Tidak ada penjemputan!" tukas Kiara. "Aku sudah memutuskan untuk tetap menjalankan rencana ini karena ada goal yang ingin aku raih. Kuharap kalian bisa bersikap professional. Ingatlah, aku klien pertama kalian. Jadi, layani kami sebaik mungkin dan tinggalkan kesan yang baik untuk kami. Kalian butuh ulasan, aku juga butuh jasa kalian. Simbiosis mutualisme yang sangat baik, bukan?"
Angkasa bertepuk tangan penuh haru. Dia beranjak dari kursinya dan menjabat tangan Kiara. "Aku suka cara berpikirmu, Nona. Terima kasih sudah mengerti kami,"
Berbeda dengan Biru, lelaki itu menatap ke arah lain dan sama sekali tidak menaruh perhatiannya pada bisnis pertama mereka ini.
Usaha penyewaan kekasih ini adalah ide Angkasa dan dia menjadi calon kekasih bagi para kaum hawa yang membutuhkan jasa teman kencan atau teman biasa selama bisnis yang dinamakan Oke Cupid ini belum menemukan pemuda atau pemudi lain selain dirinya untuk dijadikan calon kekasih.
Semua gagasan datang dari Angkasa. Biru hanya membantu dengan memberikan dukungan serta waktunya. Sebagai seorang teman yang baik, Biru juga ikut menyumbang sekian persen untuk berdirinya Oke Cupid ini.
Sebagai pemilik saham di Oke Cupid, seharusnya dia tidak bekerja. Namun ternyata, Angkasa mempekerjakannya dan sialnya, klien pertama mereka adalah seorang gadis yang sangat dibenci oleh Biru.
Saat ini melihat wajah Angkasa yang bahagia, Biru tidak tega untuk menolak permintaan sahabatnya itu. "Baiklah, hanya satu malam dan tanpa penjemputan!"
"Deal!" seru Angkasa. Kemudian, dia bergegas mengambil sebuah dokumen dari tasnya dan meminta Biru serta Kiara untuk menandatangani isi dokumen tersebut.
Dokumen itu adalah kontrak perjanjian kedua belah pihak yang menyebutkan bahwa mereka tidak diizinkan untuk melakukan sentuhan fisik yang intim, dilarang untuk meninggalkan penyewa sebelum waktu yang telah ditentukan berakhir, dan jika ingin memperpanjang waktu pertemuan, penyewa diwajibkan untuk melapor ke pusat dan dikenakan biaya per jam untuk setiap jam yang mereka pakai.
Hari yang dinanti-nanti pun tiba. Kiara memakai gaun terbaiknya dan merapikan rambut serta memakai make up, hal yang tidak pernah dia perdulikan sebelumnya.
Setelah semua persiapan selesai, gadis itu mematut dirinya di depan cermin. Dengan memakai gaun kuning berlengan sabrina dan rambut diikat air terjun, Kiara pun mengangguk dan memuji dirinya sendiri. "Oke, sempurna!"
Gadis itu pun berpamitan dan berjalan menuju tempat yang sudah disepakati olehnya dan Biru dengan mengendarai taksi. Setibanya di sana, dia melihat sebuah mobil berwarna putih yang sudah terparkir rapi di bawah pohon, tak jauh dari kampusnya.
Kiara mengetuk pintu mobil itu. Jantungnya berhenti seketika, saat dia melihat Biru dalam balutan jas berwarna putih elegan.
"H-, hai," sapa Kiara gugup.
"Masuk!" titah Biru dingin. "Belum pernah melihat pria setampan aku, ya? Kasihan sekali hidupmu!"
Dengan enggan, Kiara masuk ke dalam mobil mewah Biru yang berwarna senada dengan jas yang dipakai oleh pria itu.
"Baiklah, sebelum kita masuk ke dalam aula kampusku, aku ingin menyampaikan beberapa hal yang perlu kau tahu. Pertama, aku introvert dan menghadiri acara dengan banyak orang seperti ini, akan menghabiskan energiku. Jadi, aku minta padamu untuk terus mengalihkan perhatianku dari orang banyak. Yang kedua-, ...."
"Kenapa kau harus datang? Merepotkan saja!" tukas Biru tak sabar.
Kiara memberikan tatapan tajam pada pria tampan itu dari sudut matanya. "Dengarkan dulu! Yang kedua, adalah aku mengincar gelar Raja dan Ratu Dansa karena pemenangnya akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai. Nah, itu alasanku!"
Biru hanya mengangguk tanpa benar-benar memperhatikan permintaan Kiara. Setibanya di aula kampus, Biru tidak memperlakukan Kiara selayaknya seorang kekasih. Pria itu berjalan lebih dulu dan menunggu Kiara di depan pintu aula.
"Kenapa lama sekali, sih!" tukas Biru berdecak kesal.
"Loh, kau tidak membukakan pintu untukku. Aku sudah membayarmu untuk menjadi kekasihku, ingat itu!" balas Kiara tak kalah panas.
Biru mengambil lengan Kiara dan meletakkannya di lengannya sambil berbisik, "Aku kekasihmu, bukan pelayanmu! Tersenyumlah!"
Hancur sudah mood Kiara malam itu dan dia terpaksa tersenyum saat seluruh mata di aula itu memandang ke arah mereka.
Berjalan bersama Biru di acara pesta dansa seharusnya menjadi kebanggan tersendiri bagi Kiara, karena Biru merupakan sosok pria tampan, elegan, dan berkelas.
Namun, Kiara sudah memutuskan untuk membenci pria yang kini menyeretnya itu. "Bisakah kau tidak menarikku seperti ini? Lenganku sakit! Lagi pula aku memakai gaun dan sepatu hak tinggi, aku tidak bisa jalan cepat-cepat!"
"Kampungan! Biasakan berjalan dengan anggun, bukan cepat-cepat! Arahkan pandangan matamu ke depan bukan ke bawah! Kau melewati beberapa teman yang menyapamu, bagaimana bisa kau berharap untuk menjadi Raja dan Ratu? Jauh, Sister!" desis Biru dengan cepat. Pria itu melepaskan lengan Kiara dan tangannya sudah meraih gelas minuman untuk dirinya sendiri.
Kiara yang tak mau kalah membalas Biru dengan panas.
Hanya itu saja yang mereka lakukan sepanjang acara pesta. Mereka bahkan melewati acara pembukaan pesta dansa tersebut karena sibuk beradu mulut.
Setelah pesta dibuka, pembawa acara meminta para peserta untuk berdansa dengan pasangannya masing-masing dan akan ada juri yang menyamar untuk diam-diam menilai pasangan yang layak menjadi Raja dan Ratu Dansa.
Sorak sorai dan riuh rendah tepuk tangan bergemuruh memenuhi aula tersebut kala musik mulai dimainkan. Kiara menarik tangan Biru dan mengajaknya untuk masuk ke tengah lantai dansa.
Saat musik dengan beat kencang mengalun, Kiara berusaha melompat, tetapi kakinya yang belum terbiasa memakai high heels membuat gadis itu tersandung sepatunya sendiri dan nyaris saja dia terjatuh kalau Biru tidak menangkap lengannya.
Pemuda itu menatapnya dengan pandangan mematikan. "Tidak usah memaksakan diri! Gerakan saja tanganmu dan ikuti irama musiknya! Dengan begitu, kau lebih terlihat elegan,"
"Cih! Sok tau!" tukas Kiara kesal sambil menggerakkan tangannya ke atas sesuai instruksi Biru.
Tak beberapa lama, musik pun berganti menjadi musik lembut yang mengalun. Biru merengkuh pinggang Kiara untuk berdansa. Kiara tak pernah berdansa dan beberapa kali, sepatunya menginjak kaki Biru.
"Ouch!" seru Biru.
"Sorry," balas Kiara.
Satu menit kemudian, terdengar lagi rintihan dari Biru. "Ouch! Hei, perhatikan langkahmu, Bodoh! Mana bisa kau menjadi ratu jika kau tidak dapat berdansa!"
"Aku sedang berusaha!" cetus Kiara.
Namun, Biru yang sudah kesakitan melepaskan tautan mereka dan menyeruak pergi meninggalkan lantai dansa. Kiara mengejarnya sampai ke parkiran. "Hei, kenapa kau pergi? Acaranya belum selesai! Aku sudah membayarmu sampai acara berakhir!"
Biru mengeluarkan dompetnya dan melemparkan sejumlah uang begitu saja ke wajah Kiara. "Ini uangmu! Kau terlalu memaksakan diri tanpa melihat kemampuanmu dan yang kedua, sedari awal kita bertemu, kita tidak memiliki kecocokan atau apalah! Kita tidak bisa menjalin hubungan apa pun bahkan berteman pun tidak akan bisa! Terakhir, aku lelah harus berpura-pura nyaman di sisimu! Kalau gadis lain, mungkin aku bisa nyaman tapi tidak denganmu!"
Hati Kiara seakan teriris mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Biru. Emosinya menggelegak, dia melepas sepatu hak tingginya dan dia lemparkan ke arah Biru. Lemparan sepatu haknya tepat mengenai kap mobil pemuda itu. "Aku juga tidak mau berhubungan denganmu lagi! Sampai dunia kiamat dan yang terisa hanyalah kau dan seekor sapi, maka aku akan memilih untuk berteman dengan sapi!"
"Go ahead!" ucap Biru kesal dan dia masuk ke dalam mobil dengan membanting pintu mobilnya.
Sambil menahan tangis, Kiara pun kembali masuk ke dalam aula seorang diri. Gadis itu hanya bisa menyaksikan pemenang Raja dan Ratu Dansa menerima hadiah mereka. Dalam hati, dia bersumpah untuk tidak bertemu lagi dengan Biru.
Beberapa minggu kemudian, ponsel Kiara berdering dari nomor yang tak dia kenal. Kiara pun mengangkat panggilan tersebut. "Halo?"
("Hei, Kiara. Aku ingin memperpanjang kontrakku denganmu sampai waktu yang tidak dapat kutentukan. Aku akan membayarmu 5x lipat. 30% sudah masuk ke rekeningmu sebagai uang muka. Aku akan menjemputmu akhir pekan ini,") jawab suara pria di seberang.
"T-, tunggu-, ...!"
Belum sempat Kiara berbicara, telepon itu sudah diakhiri dan dengan tangan gemetar, Kiara mengecek sisa saldo di atm-nya. Dia tercengang saat melihat jumlah uang yang masuk ke dalam rekeningnya. "Dia gila!"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments