Tepat pukul 07.00 pagi akhirnya Leona telah sampai di kota A, gadis kecil itu melirik ke kiri dan ke kanan, hingga saat ini dia masih bingung, apa yang harus diperbuat di kota yang asing itu? Sedangkan dirinya tidak mengenal siapapun.
Hingga akhirnya gadis itu memutuskan untuk pergi menuju ke sebuah rumah singgah, berbekal informasi yang dia terima sebelumnya dari salah seorang penumpang saat berada di kereta yang sama, gadis kecil itu pun melangkah dengan sangat cepat, dia menyetop taksi dengan tangan mungilnya kemudian meminta agar sopir taksi tersebut mengantarnya ke sebuah tempat yang saat ini ada di pikirannya.
Sopir taksi tak banyak bertanya, dia langsung melajukan mobilnya menuju alamat yang diinginkan oleh penumpangnya itu, hingga akhirnya setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, taksi pun sampai di tempat yang dituju, sebuah rumah singgah yang bernama "Kasih Bunda"
Leona keluar dari taksi kemudian merogoh tas lusuh yang dibawanya dan memberikan beberapa lembar uang untuk sopir taksi itu, mata sang sopir langsung melotot tak percaya, gadis yang dibawanya ternyata memiliki cukup banyak uang, padahal sebelumnya dia berpikir jika gadis itu hanyalah seorang anak jalanan, mengingat pakaian dan juga tas yang dibawanya terlihat begitu lusuh dan kotor.
"Uang ini terlalu banyak, non." ucap sopir taksi itu sambil mengembalikan beberapa lembar uang kepada Leona, namun gadis kecil itu menggelengkan kepalanya.
"Ambil saja! Paman jauh lebih membutuhkannya dibandingkan denganku," ucap Leona kemudian segera melangkahkan kaki kecilnya menuju rumah singgah.
Setelah bertemu dengan pengurus rumah singgah itu akhirnya Leona pun diberikan izin untuk tinggal di sana, gadis kecil itu akan memulai hidupnya sebagaimana layaknya anak yatim piatu yang lain, dia bahkan berpikir untuk segera mencari pekerjaan, meskipun masih ada Black Card milik kedua orang tuanya, namun Leona tidak bisa menggunakannya sesuka hati, walau bagaimanapun musuh-musuh dari ayah maupun ibunya pasti bisa melacaknya di kemudian hari jika dia menggunakan kedua kartu yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Rumah singgah itu tidak terlalu besar, hanya ada 4 kamar, di setiap kamar bisa ditempati hingga 20 orang anak. Hingga saat ini baru ada sekitar 45 orang yang tinggal di sana, rata-rata mereka merupakan anak-anak miskin dan yatim piatu, yang tidak memiliki keluarga ataupun kerabat.
Kedatangan Leona langsung disambut oleh anak-anak yang lain, meskipun dengan fasilitas yang sangat minim, namun rumah singgah itu terlihat cukup nyaman, anak-anak yang tinggal di sana berpakaian cukup layak, mereka juga mendapatkan makan 3 kali sehari meskipun dengan menu seadanya.
Sejak tinggal di dalam rumah singgah itu Leona tidak pernah sedikitpun mengeluarkan suaranya, gadis kecil itu seolah-olah bisu, bahkan teman-temannya terus saja mengajaknya bermain, namun Leona selalu menggelengkan kepalanya sambil sesekali memeluk tas lusuh yang di bawanya.
Seorang pria nampak memperhatikan Leona dari kejauhan, wajah pria itu berkali-kali berkedut menyaksikan perbedaan antara Leona dan juga anak-anak yang lain, meskipun usianya terbilang masih 5 tahun namun tatapan matanya terlihat begitu tajam, bahkan sesekali pria itu melihat sinar kemarahan dan dendam dalam mata bocah itu.
"Ada apa, tuan muda? Apakah ada yang menarik perhatian anda di sana?" tanya salah seorang bawahannya, namun pria yang dipanggil tuan muda itu hanya menggelengkan kepalanya perlahan, dia seolah mengingat kembali masa kecilnya yang hidup di bawah tekanan dan bayang-bayang sang ayah yang merupakan ketua mafia terbesar di kota C.
"Gadis itu mengingatkanku pada masa kecilku dulu," ucap pria itu sambil menunjuk ke arah Leona yang duduk di depan rumah singgah sendirian, dia bahkan mengabaikan teman-temannya yang lain yang saat ini sibuk berkejar-kejaran dan bermain.
Pria itu pun segera mengambil sebuah benda yang ada di saku celananya, sebuah kelereng yang terkadang dia bawa kemanapun hanya sebagai alat pengingat masa kecil.
Syuuut..
Pria itu melemparkan kelerengnya dengan sekuat tenaga ke arah gadis kecil yang hingga saat ini seolah berdiam di dunia yang berbeda, namun saat benda itu hampir saja mengenai kepalanya, dengan sigap lengan gadis kecil itu pun segera menangkapnya dengan cekatan sambil melirik ke arah pria yang telah melemparnya.
Dengan kecepatan dan kekuatan yang sama gadis kecil itu pun melemparkan kembali kelereng kepada si empunya, sehingga membuat pria itu langsung menyunggingkan senyuman manisnya.
"Dialah yang kucari! Hanya orang-orang yang memiliki dendam dan keinginan untuk menjadi kuat bisa menjadi orang-orang ku, siapkan orang untuk mengawasi gadis kecil itu, satu tahun lagi aku akan menjemputnya." ucap si pria sambil menangkap kembali kelereng yang dilempar oleh gadis kecil itu, dia pun masuk ke dalam mobil mewah diikuti bawahannya.
Sedangkan Leona hanya mengerutkan dahinya, entah ada masalah apa dengan pria itu hingga berani melempar kelereng ke arahnya, padahal hingga saat ini dia belum mengenal satu orang pun di kota A.
.
.
Satu tahun berlalu dengan sangat cepat, saat ini Leona tengah menjajakan barang dagangannya sambil sesekali gadis kecil berusia 6 tahun itu mengusap peluh yang mengucur dari dahinya, hari semakin panas, namun hingga saat ini belum ada satu orang pun yang datang untuk membeli buah-buahan yang dijualnya, padahal keuangannya semakin menipis, keadaan rumah singgah juga tidak baik-baik saja.
Seorang pria berpakaian hitam tiba-tiba saja muncul menjatuhkan segepok uang kertas di hadapan Leona dan sebuah pisau lipat, dia ingin melihat benda apa yang akan diambil oleh gadis kecil itu, tanpa diduga-duga Leona sedikitpun tidak melirik ke arah uang, mata gadis itu terfokus pada pisau lipat yang saat ini berada di hadapannya.
Tangannya langsung memegang pisau itu, matanya kembali memerah, menyiratkan dendamnya yang mulai mencuat kembali, namun gadis itu masih belum memiliki kekuatan, sehingga dia harus membesarkan dirinya terlebih dahulu sebelum nanti membangun kekuatan dan mencari sekutu, untuk menghancurkan musuh yang telah diketahui olehnya.
"Apa yang akan kau pilih? Uang atau pisau?" tanya pria itu sambil berjongkok di hadapan Leona.
Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh pria itu, Leona pun segera menoleh kemudian mengangkat pisau yang berada di tangannya.
"Pilihan yang sangat bagus! Aku akan melatihmu mulai sekarang!" ucap pria itu sambil pergi meninggalkan Leona yang masih kebingungan.
Gadis kecil itu melihat tumpukan uang yang berada di hadapannya, meskipun dia tidak membutuhkan uang itu, nyatanya rumah singgah yang menjadi tempat tinggalnya selama 1 tahun terakhir membutuhkan kucuran dana untuk biaya makan teman-temannya dan juga perbaikan rumah yang telah mengalami kerusakan dan kebocoran di mana-mana.
Tanpa ragu-ragu gadis kecil itu pun memasukkan uang itu ke dalam sebuah kantong kresek berwarna hitam, kemudian menggulung kembali barang jualannya. Dia melangkahkan kakinya untuk segera kembali menuju rumah singgah, bersiap-siap kalau kalau pria berpakaian hitam itu datang untuk menjemputnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Genetics
fix daud guw ceng lilo
2023-10-07
1
Mersy Mersy
, 👍👍
2023-09-15
1
Shai'er
😱😱😱😱😱
2023-09-11
1