Dokter sial

"Iya, besok prokes di terapkan di Indonesia virus sudah sampai ke sini." ucap Naura berusaha menenangkan hatinya dan ikut berbicara dengan Lia.

"Ah ya, semoga kita di beri keselamatan dan kesehatan Ra! Ingat jaga prokes dan jangan keluar rumah dulu!" peringat Lia meminta sahabatnya untuk tetap di rumah saja.

"Terus kamu gimana Li?" tanya Naura melihat perut buncit Lia yang sudah masuk bulan ke 6 dimana bulan ke 7 nanti anak dalam perut besar Lia harus di angkat akibat sebuah penyakit yang di derita Lia dan sama dengan yang di deritanya.

"Insya Allah Ra! Aku siap!" ucap Lia mengusap perutnya hingga hari itupun mereka habiskan untuk bersenda gurau dan bercengkrama.

Hari hari yang di kerjakan Naurapun berlalu dengan sangat baik tanpa gangguan apapun, sang kakak yang selalu mengganggu Naurapun sudah tidak di rumah itu lagi dan selalu mengeluh lemas setiap hari. Beberapa minggu berlalu amat cepat dimana hari hari Naura sering di habiskan belajar dan mempercantik diri dan penampilan.

Setiap dua minggu sekali Naura selalu melakukan cek up ke dokter di sebuah rumah sakit suasta di tempatnya, Naura yang menderita penyakit jantung itupun selalu memeriksakan kondisinya dengan baik dan berharap kesembuhan bisa dia gapai.

Tidak ada yang tahu mengenai penyakit Naura kecuali Ian, Kiaa, Lii dan Lia. Mereka mengetahui penyakit Naura dari obat yang sering di konsumsi Naura dan membuat mereka kian curiga saat Naura lebih sering mengurangi aktifitas fisik dan sering mengeluh lelah.

Siang itu Naura akan menemani Lia dan suaminya melakukan cek up sekaligus operasi SC yang akan di lakukan setelah obsevasi pasien, namun tempat yang di sarankan dari BPJS adalah ke sebuah RSU di sana dan membuat mereka yang memang kekurangan biayapun memutuskan untuk mengikuti saran dari BPJS dan melakukan pemeriksaan di RSUD.

Antrian yang tidak begitu panjang memudahkan Naura dan Lia untuk cek up dan beberapa pasien nampak bercengkarama menunggu Dokter yang belum tiba, Naurapun terpaksa harus ikut cekup di sana karena rujukan yang di sarankan BPJSnya pun ke rumah sakit itu.

"Ra, menurut kamu siapa nama yang cocok buat anak aku?" tanya Lia menatap wajah Naura dengan masker menutupi wajahnya.

"Gimana kalo awalannya pake nama aku, tengahnya pake nama bapaknya dan akhirnya pake akhir nama mamahnya." ucap Naura memberi usulan atas pertanyaan sang sahabat.

"Hmmm, Naura Rahmatul Alia? Tanya Lia tersenyum lembut." Naura mengangguk merasa nama itu sangat cantik untuk nama gadis perempuan.

"Sepakat!" ucap lagi Lia memeluk Naura dan tertawa kemudian, Dokter akhirnya tiba dan nampak para pasien lain berkumpul kecuali Naura dan Lia, mereka masih duduk di kursi tunggu meminum susu kotak yang kini jadi favorit bagi Naura.

Beberapa pasien sudah masuk hingga akhirnya giliran Lia yang di antar sang suami, Lia di periksa sangat lama hingga akhirnya sebuah dorongan berupa kasur pasien di bawa, Naura menghembuskan nafasnya kasar. Karena kini Lia harus melkukan observasi di ruangan rawat inap dan tinggal Naura duduk bersama pasien lain.

Naura merasa heran karena jelas bila dia daftar setelah Lia, namun sampai sore tiba dan pasien lain sudah pulang dirinya masih di sana.

Setelah pasien terakhir di panggil akhirnya Raisa memutuskan untuk pergi saja dan menanyakan kembali ke aren pendaftaran, karena namanya tak kunjung di panggil hingga waktu menunjukkan sangat sore.

Namun belum kakinya melangkah namanya sudah di panggil dan akhirnya Naura melangkahkan kakinya pada ruangan ber AC dengan dua orang perawat yang nampak memegang termometer dan penghitung tensi darah.

Naura diperiksa tensi darahnya yang sangat rendah yaitu 70/60 dengan suhu tubuh yang terbilang dingin. Perawat itu mulai bertanya pada kondisi Naura.

"Apa merasa pusing?" tanya perawat itu seraya menulis di sebuah lembaran kertas di depannya.

"Tidak, aku hanya merasa cepat lelah dan sedikit sesak saja akhir akhir ini, tidak ada yang aneh aneh lagi, apalagi mual muntah heheh.." ucap Naura berusaha bercanda dan perawat itupun tersenyum lembut melepaskan tensian darah di tangan kanannya.

"Ah si eneng inikan poli jantung bukan poli kandungan." ucap perawat itu terkekeh dan menyelipkan kembali lembaran itu.

"Di EKG dulu yang neng di sebelah sana." ucap perawat itu memberikan jalan pada Naura untuk menuju perawat lainnya yang sudah siap dengan alatnya.

"Bajunya di angkat ya neng!" ucap perawat itu menutup gorden ruangan tersebut hingga menyisakan Naura sendiri.

Naura yang sudah faham dan biasa melakukan EkG mengangkat bajunya hingga menuju leher dan dadanya membusung keluar dari pakaiannya.

"Sudah siap ya?" ucap perawat itu dan di angguki Naura beberapa alat di pasangkan di dada kiri Naura kaki dan tangan, sebuah alat dengan kertas mulai keluar layaknya printer menunjukan hasil yang sangat rendah.

"Ih neng bener gak pusing? EKG nya cuma 50 loh!" ucap perawat itu lagi memperhatikan wajah Naura yang tidak nampak pucat.

"Gak tuh bu, kalo ngantuk ada." ucap Raisa membuat perawat itu tersenyum dan Raisa membasuh gel yang sempet menempel di bagian bagian tertentu tempat penyimpanan alat alat di tubuhnya.

"Nanti tidurnya di rumah ya." ucap perawat itu mengambil kertas yang sudah keluar dan membiarkan Naura merapikan pakaiannya dan seorang pasien keluar dari ruangan Dokter, dan Naurapun di panggil dengan suara yang memang agak familiar bagi Naura.

Naura memasuki ruangan Dokter dan membuka maskernya, menatap bagaimana sang Dokter tengah mengisi berbagai kertas di hadapannya dan dengan langkah pelan Naura memasuki ruangan tertutup tersebut dengan alat alat yang cukup canggih di dalamnya.

"Duduk" ucap sang Dokter dan mengangkat wajahnya dengan masker menutupi wajahnya namun mata keemasan itu tidak pernah Naura lupakan.

"Jirrr ... Lo!" ucap Naura menunjukan jarinya ke arah pria yaitu Irham.

"Hai Ra, ketemu lagi." ucap Irham dan membuat dua perawat di luar ruanganpun mungkin mendengar percakapan mereka, Naura ingin melangkahkan kaki ke luar menatap para perawat yang ada.

"Bu! Ini serius Dokternya ni orang?" tanya Naura membuka maskernya kembali, para perawat itu mengangguk dan membuat darah Naura kian naik dan berjingkrak ke arah Irham.

"Lo masih mau gue gampar gak? Udah gue harus lama nunggunya, yang periksa lo pula! Astagfirullah aku padahal mandi dulu tadi pagi." ucap Naura menggebrak meja Irham membuat pria itu bangkit dan berputar mengitari mejanya dan menghadap ke arah Naura.

Naura terdiam menyaksikan bagaimana pria itu kini menatapnya, berharap agar pria itu bisa memeriksanya dengan cepat dan membiarkannya keluar dengan cepat dari ruangan dingin yang tiba tiba berubah menjadi panas itu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐

Pemberian nama calon buah hati cocok dan tepat 👍👍

2023-07-26

1

@MeG4 ⍣⃝క🎸N⃟ʲᵃᵃ𝓐𝔂⃝❥

@MeG4 ⍣⃝క🎸N⃟ʲᵃᵃ𝓐𝔂⃝❥

kesabaran Naura sedang di uji othor nih🤣setelah seharian nunggu antri eh giliran di panggil dpat ny dokter nakal irham🤣

2023-07-12

1

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

ᴄᷤʜͦɪͮᴄͥʜͣɪᷡᴋͣ

wah wah wah wah pelanggaran tuh orang nunggu antrian itu Capeknya minta ampun jenuh iya, kenapa malah dipanggil akhir ,

kalau tahu gitu berangkatnya agak nanti .
karena menanti itu nggak enak dengerin ya Pak dokter, meskipun suka tapi harus nurut antrian dong

2023-07-12

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!