Memang dengan uang semuanya dapat selesai dengan cepat. Begitu Kinanti menyampaikan persetujuannya untuk menikah dengan Darian, semuanya terasa terjadi begitu cepat. Hari itu, tepat dua hari setelah ia bertemu kembali dengan Pak Bambang, beliau langsung memutuskan bahwa Kinanti dan Darian harus makan malam bersama. Lengkap dengan Pak Bambang dan istrinya juga.
Darian melemparkan sebuah kotak ke meja Kinanti saat ia sedang asyik dengan pekerjaannya. Kinanti menatapnya dengan wajah bertanya-tanya.
"Itu baju buat kamu pakai makan malam nanti. Jangan sekali-sekali mempermalukan aku dengan memakai bajumu yang murahan itu." Ucap Darian dingin.
Kinanti meringis mendengar kata-kata yang tajam itu. Jika gadis lain akan merasa bahagia mendapatkan gaun rancangan desainer, maka Kinanti merasa harga dirinya terinjak dengan adanya hadiah ini. Memang latar belakangnya jauh berbeda dengan Darian. Ibarat bumi dan langit. Tapi itu tidak memberi hak Darian untuk merendahkannya kan?
"Saya tidak mau." Jawab Kinanti datar.
Darian berdecak kesal. Ia menatap Kinanti dan mengetukkan jarinya ke kotak hadiah itu.
"Pakai ini. Kalau tidak kamu akan tahu akibatnya." Ancam Darian sambil menatap lurus ke mata Kinanti.
Tanpa peduli dengan sekitarnya, Darian berjalan meninggalkan Kinanti seolah tidak ada apa-apa. Kinanti menghela nafas kesal. Ah, belumlah mereka menikah namun kebebasan Kinanti sudah satu persatu direnggut.
Malam itu, Darian menjemput Kinanti di rumahnya pada pukul 7 malam. Sedan mewah Darian memasukki kawasan perkampungan tempat Kinanti tinggal. Dan praktis saja hal itu menjadi tontonan bagi warga sekitarnya. Karena baru pertama kali ada mobil semewah itu masuk ke dalam lingkungan mereka yang sederhana.
Kinanti sudah menunggu Darian di depan pintu rumahnya. Dan tentu saja bersama kedua orangtuanya. Mereka tidak sabar melihat siapa pria tampan dan kaya raya yang akan menjadi menantunya? Walaupun tidak ikut dalam makan malam nanti, tetap saja kedua orangtua Kinanti sangat antusias melihat putrinya yang tampil sangat cantik. Seolah gadis sederhana yang selama ini mereka lihat telah berubah menjadi putri kerajaan dengan sekali ayunan tongkat sihir.
Darian menurunkan kacanya dan mengisyaratkan Kinanti untuk masuk ke dalam mobil. Ayah dan Ibu Kinanti terkejut melihat calon menantunya yang hanya memanggil Kinanti dari dalam mobil tanpa berniat turun dan berpamitan dengan mereka.
"Nak Darian tidak mau turun dulu, Ti?" Tanya Ayahnya heran.
Kinanti tertawa pahit.
"Mana mau dia, Pak. Jangan pernah berharap dia akan jadi seperti menantu lainnya, Pak." Ucap Kinanti seolah menyindir keputusan ayahnya.
Ibu Kinanti langsung mengelus punggung suaminya. Berusaha menenangkannya.
"Mungkin Nak Darian sibuk, Pak. Tidak sempat untuk turun dari mobil dan mampir kesini." Bujuk Ibu Kinanti.
Kinanti memutar bola matanya. Ia merasa jengah. Sungguh, jika dibandingkan ayahnya, ibunya adalah yang paling bersemangat menyuruh Kinanti untuk menikah dengan Darian. Hampir setiap hari ibunya merayu Kinanti agar memantapkan hati hanya untuk Darian dan berhenti menghubungi Tristan.
Mendengar ucapan istrinya, ayah Kinanti hanya manggut-manggut menurutinya. Yah mungkin kebiasaan orang kaya memang berbeda. Dan mungkin seorang pria sederhana seperti ayah Kinanti tidak akan pernah bisa memahaminya. Ia tak akan pernah mengerti jika alasan Darian tidak mau turun adalah karena ia merasa jijik menginjakkan kakinya di lingkungan kumuh itu. Karena Darian merasa ia terlalu mulia untuk berada disana.
...****************...
Makan malam itu sangatlah mewah. Mungkin sederetan kudapan yang masuk ke perut Kinanti itu harganya lebih dari gajinya selama 6 bulan. Dan itu adalah pertama kalinya bagi Kinanti. Kehidupan orang kelas atas ini dan segala gemerlapnya adalah hal yang sangat asing baginya. Dan entah apakah ia akan terbiasa dengannya atau tidak, Kinanti belum tahu benar.
"Bagaimana makan malamnya, Ti?" Tanya Ibu Darian kepada Kinanti sambil tersenyum manis.
Kinanti mengangguk sambil tersenyum. Walaupun ia setengah mati sangat tidak terbiasa makan menggunakan pisau dan garpu, Kinanti tetap berusaha agar tidak mempermalukan orang-orang yang makan dengannya.
"Wah, Mama senang kalau kamu suka sama makan malam ini. Eh, Mama bolehkan membuat panggilan seperti ini?" Kata Ibu Darian ragu.
"Kamu tidak usah bingung seperti itu, Ti. Itu berarti Mama mau kamu mulai memanggilnya dengan sebutan Mama juga. Seperti bagaimana Darian memanggil istri saya." Jelas Pak Bambang kepada Kinanti.
"Iya, Ma. Tidak apa-apa." Jawab Kinanti canggung.
Mata Kinanti lamat-lamat memperhatikan pasangan suami isteri di depannya. Keduanya tampak persis seperti bagaimana pasangan konglomerat digambarkan di film. Romantis walaupun sudah tua dengan wajah dan fisik yang terlihat sangat sehat dan terawat. Bahkan ibu Darian masih terlihat seperti berusia 30 tahunan walaupun ternyata usianya sudah hampir memasukki kepala lima.
Terbersit di benak Kinanti, pasti sangat bahagia hidup serba berkecukupan seperti mereka. Pasti mereka hanya mengenal apa itu bahagia. Tinggal memilih ingin liburan ke negara mana dan kali ini mau membeli rumah dimana. Berbeda sekali dengan kedua orangtua Kinanti yang sering beradu mulut hanya karena tagihan listrik yang belum dibayar atau uang sekolah adiknya yang menunggak.
Mungkin karena sifat dasar manusia yang serakah atau karena Kinanti lelah hidup menjadi orang susah, mulai detik itu Kinanti memantapkan hatinya untuk menjadi istri Darian. Tidak peduli seburuk apapun temperamen Darian, Kinanti akan bertahan melewati itu semua. Kinanti sudah diberikan kesempatan untuk mendapatkan hidup yang mewah dan Kinanti tidak akan melepaskannya begitu saja.
...****************...
Pernikahan Kinanti dan Darian akhirnya digelar dengan begitu mewah di salah satu hotel terbesar di Jakarta. Kinanti mengenakan pakaian dari perancang terbaik dan buket dengan bunga termahal ada di tangannya. Senyumnya mengembang. Langkah demi langkah akhirnya Kinanti semakin dekat dengan impiannya untuk menjadi wanita kalangan atas.
Darian, yang dari awal tidak menyukai Kinanti, mau tidak mau harus menuruti kehendak kedua orangtuanya. Baik ayah maupun ibunya memaksanya untuk menikahi Kinanti dengan alasan Kinanti dapat mengubahnya menjadi orang yang lebih baik. Ayahnya bahkan mengancam akan mengalihkan saham milik Darian apabila ia menolak menikahi Kinanti. Jadi pada akhirnya disinilah mereka. Berjalan bergandengan dengan senyum palsu di wajahnya. Bersandiwara seolah pasangan yang saling mencintai satu sama lainnya.
Kedua orangtua Kinanti juga hadir di pernikahannya. Tentu saja akan aneh jika mereka tidak datang, bukan? Tapi kedua orangtuanya disulap sedemikian rupa sehingga mereka tampak seperti manusia kelas atas juga. Kinanti takjub melihat perubahan pada orangtuanya.
Namun tetap saja, siapapun yang melihatnya akan tahu bahwa orangtua Kinanti bukanlah berasal dari kelas yang sama dengan keluarga Darian. Bagai menghias tembikar murahan dengan cat mahal. Tak peduli betapa gemerlapnya pakaian yang dikenakan, orangtua Kinanti tetap tampak seperti mereka yang salah tempat. Kepalanya celingukan melihat ke kanan dan ke kiri serta senyumnya canggung membalas ucapan selamat para tamu. Tapi siapa yang peduli dengan rasa malu yang hanya dirasakan satu hari? Yang penting orangtua Kinanti sekarang merasa di atas awan karena anaknya sudah resmi menjadi menantu Keluarga Wijaya.
Kinanti tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Pernikahan yang begitu megah seperti dalam mimpi. Namun di atas itu semua, hal lain yang membuatnya terperangah adalah tamu yang datang ke pernikahannya dengan Darian. Ia tidak pernah sadar betapa berpengaruhnya Keluarga Wijaya hingga akhirnya ia melihat buktinya sendiri.
Setiap orang penting yang selama ini hanya Kinanti lihat di televisi, kini ada di acara pernikahannya. Bersalaman dan mengucapkan selamat kepada Kinanti dan Darian. Pengusaha kaya, keluarga konglomerat, pejabat kenegaraan, dan bahkan artis ternama ibukota. Semuanya berlomba-lomba hadir disana dengan busana terbaik mereka. Praktis acara pernikahan Kinanti dan Darian mirip seperti pagelaran busana kelas atas atau bahkan rapat kenegaraan.
Kinanti tersenyum melihat pemandangan di depannya. Seolah-olah hidup mewah itu sudah ada di genggamannya. Ia merasa menang dalam hidupnya. Setelah perjuangannya untuk hidup nelangsa sejak lahir, kini ia akan menikmati bagaimana indahnya dunia kelas atas. Mereguk gemerlapnya kemewahan yang mungkin ia tidak akan pernah merasa puas atasnya. Menjadi menantu tunggal Keluarga Wijaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments