Hari ini adalah hari baru bagi Kinanti. Tidak, Kinanti tidak mengundurkan diri dan bekerja di tempat lain. Tapi Kinanti bekerja di posisi barunya sebagai Sekretaris Direktur mulai hari ini. Dari sekian banyak ucapan dan selamat yang diberikan kepadanya, hanya satu ucapan yang selalu dipinta berulang-ulang oleh Kinanti di dalam hati. Semoga penghasilannya menjadi lebih besar dari sebelumnya.
"Kinanti, mulai hari ini kamu akan bekerja sebagai Sekretaris Direktur ya. Kalau begitu saya ucapkan selamat untuk kamu ya, Ti." Ucap Pak Bagas sambil mengulurkan tangannya hendak mengajak Kinanti bersalaman.
Kinanti menerima uluran tangan itu dan menjabatnya dengan erat. Senyumnya tersungging mantap. Setelah berbicara dengan orangtuanya, ia tiba-tiba yakin bahwa ini akan menjadi pilihan yang tepat untuk hidupnya.
"Terimakasih banyak, Pak Bagas." Balas Kinanti.
"Wah tapi nanti saya akan merasa sedih nih, Ti." Ucap Pak Bagas.
Kinanti bingung dan tidak mengerti arah pembicaraan Pak Bagas.
"Sedih kenapa, Pak?" Tanya Kinanti.
"Soalnya saya tidak bisa bertemu anak emas saya lagi. Kamu kan anak emas saya, Ti." Kata Pak Bagas sambil tertawa.
Kinanti ikut tertawa canggung. Anak emas kepalamu? Kalau memang Pak Bagas menganggap Kinanti anak emasnya, pasti ia akan membantu Kinanti untuk mendapatkan promosi dan bukannya memindahkan Kinanti ke divisi lain.
"Ayo ikut saya, Ti. Biar saya kenalkan kamu dengan Direktur yang akan jadi atasan langsung kamu." Ajak Pak Bagas kepada Kinanti.
Kinanti hanya mengangguk dan manut. Ia mengekor di belakang Pak Bagas yang berjalan dengan santai di depannya. Kinanti hanya dapat berharap semoga saja Direksi yang menjadi atasannya bukanlah orang menyebalkan dan genit.
...****************...
Pria itu masih tampak sangat muda. Mungkin usianya baru menginjak 30an awal. Tidak terpaut jauh dengan Kinanti. Namun ia sudah mendudukki kursi Direktur. Apa lagi kalau bukan orang dalam yang berperan? Bukanlah hal yang aneh jika anak pemilik perusahaan ditempatkan sebagai Direktur.
Pria muda yang duduk di hadapan Kinanti sekarang adalah sosok yang akan menjadi atasan langsungnya. Pria dengan gaya tengil dan terlihat sangat tidak kompeten. Setidaknya begitu menurut Kinanti.
"Ti, ini Pak Darian, Direktur Pemasaran kita. Mulai hari ini kamu akan bekerja sebagai sekretaris beliau ya." Ucap Pak Bagas mengenalkan pria bernama Darian itu pada Kinanti.
Kinanti tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan atasan barunya. Pria bernama Darian itu menyambutnya dengan ramah sambil tersenyum ganjen pada Kinanti.
"Boleh juga pilihan Bapak. Thanks ya sudah memilih yang cantik buat jadi sekretaris saya." Ucap Darian seraya melirik Pak Bagas.
Kinanti mengutuk pria di depannya dalam hati. Tampaknya doa Kinanti untuk mendapatkan atasan yang lurus-lurus saja akan karam.
"Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?" Batin Kinanti dalam hati.
"Saya Kinanti, Pak. Mulai hari ini saya akan bekerja jadi Sekretaris Bapak. Saya mohon bimbingannya, Pak." Ujar Kinanti sambil memperkenalkan dirinya.
"Tenang saja, saya akan kasih semua yang kamu mau, Cantik. Yang penting kamu juga bisa kasih yang saya mau." Ucap Darian sambil mengedipkan matanya sebelah ke arah Kinanti.
Sialan! Sialan! Sialan! Sungguh hidup ini memang tidak adil. Bagaimana bisa pria brengsek seperti Darian menjadi seorang Direktur?! Dan bukan hanya brengsek tapi pria ini juga mesum! Kinanti berkali-kali mengutuk kesialannya dan menyesali keputusannya untuk pindah posisi. Seandainya bukan kedua orangtuanya yang membujuk, mungkin lebih baik Kinanti tetap menjadi kroco daripada harus menjilat bokong pria sialan ini.
"Baik, Pak Darian, saya tinggal ke ruangan dulu ya. Biar Bapak bisa mengobrol dengan Kinanti." Ucap Pak Bagas seraya melangkah keluar dari ruangan.
"Pak Bagas? Tunggu Pak! Jangan tinggalin saya sama buaya ini, Pak. Tolong!" Kinanti beteriak dalam hati.
Seolah membaca raut kekhawatiran di wajah Kinanti, Darian langsung tertawa sinis.
"Kenapa? Kamu takut saya apa-apain?" Tanya Darian mengejek.
Kinanti tersenyum tidak enak dan dibalas dengan dengusan Darian.
"Tidak, Pak. Bukan begitu maksud saya." Jawab Kinanti.
"Jangan khawatir, saya juga punya selera. Saya tidak tertarik dengan gadis kampungan seperti kamu." Jawab Darian cuek sambil kembali menatap layar laptopnya. Entah apa yang dikerjakannya.
Mendengar itu, hati Kinanti meloncat senang bukan kepalang. Ia tidak peduli atasannya memanggilnya kampungan, udik, atau apalah itu. Yang terpenting bagi Kinanti hanyalah ia dapat dengan tenang dan aman bekerja. Tubuhnya akan aman dari sentuhan tangan nakal. Dan telinganya tidak perlu merasa gatal mendengar celotehan ganjen yang sering disebut anak jaman sekarang sebagai catcalling.
...****************...
Sudah satu minggu Kinanti bekerja sebagai Sekretaris dari Darian Chatra Wijaya, pewaris tunggal perusahaan tempat ia bekerja selama 3 tahun terakhir. Sesungguhnya Kinanti tidak menaruh ekspektasi apapun pada bosnya. Apa lagi yang bisa diharapkan dari seorang pewaris manja yang berhasil mendapatkan kedudukannya karena koneksi? Otak yang cerdas? Sifat yang profesional? Kinanti tidak pernah befikir atasannya akan memiliki kualitas itu.
Namun ternyata di balik sosoknya yang tampak seperti anak manja, Darian adalah seorang pria dengan otak yang cerdas. Bahkan terkadang kecerdasan Darian membuat Kinanti merasa takut. Karena cara berfikir bosnya yang efisien dan cekatan sering membuatnya tampak seperti sosiopath yang tidak punya hati. Tapi setidaknya atasannya memiliki nilai plus dibandingkan pewaris manja lainnya.
Tapi sungguh kelebihan Darian hanya ada di otaknya! Selebihnya sungguh minus besar. Darian adalah perwujudan sejati dari pria brengsek tidak berhati nurani. Dia kasar pada bawahannya, tidak sopan dengan Direksi yang lain, dan bahkan akan masuk kerja sesuka hatinya. Temperamennya buruk dan Darian tidak sungkan untuk melayangkan tangannya apabila suasana hatinya sedang tidak baik.
Di atas itu semua, Darian masih memiliki satu hal dimana tidak ada orang yang bisa menandinginya. Arogansi yang tingginya mencapai langit ketujuh. Sungguh Kinanti merasa hari-harinya bekerja sebagai Darian seperti berada dalam camp militer. Setiap hari telinganya panas karena mendengar cacian Darian.
Tapi bukanlah Kinanti namanya jika ia bisa menyerah begitu saja. Hidupnya sudah keras sejak lahir. Dibentak oleh pria manja yang tidak bisa apa-apa bukanlah sebuah masalah besar baginya. Bagi Kinanti, hal yang paling mengerikan bukanlah Darian melainkan tidak memiliki uang.
Sama seperti hari itu. Sejak pagi atasannya sudah uring-uringan entah kenapa. Darian seenaknya saja membatalkan jadwal rapat hanya karena ia merasa tidak bersemangat untuk mengikuti rapat. Dan alhasil Kinanti kelimpungan mengatur ulang rapat dengan berbagai alasan.
"Hey, kamu!" Seru Darian memanggil Kinanti.
"Iya, ada apa, Pak?" Tanya Kinanti.
"Batalkan semua jadwal saya. Saya sedang tidak mood untuk rapat hari ini." Ucap Darian santai.
Kinanti panik. Dasar anak manja sialan. Bisa-bisanya ia membuat kacau kantor hanya dengan alasan suasana hati yang buruk? Terkadang Kinanti berpikir untuk menendang kepala atasannya agar otak pria sialan ini dapat berfungsi dengan benar. Namun pada akhirnya Kinanti hanya dapat berandai-andai.
"Eh, tapi Pak Darian, hari ini akan ada RUPS, Pak. Jadi Bapak wajib datang." Ucap Kinanti ragu.
Mata Darian mendelik. Kekesalan tampak akan meledak sebentar lagi dari kepalanya.
"Ya kamu yang harus atur semuanya, bloon! Kamu kira saya menggaji kamu buat apa? Buat duduk sambil mengetik jadwal seharian?!" Seru Darian penuh emosi.
Kinanti mengernyitkan dahinya. Teriakan Darian memang memiliki desibel yang sangat besar. Lama-lama jika Kinanti terus mendapatkan teriakan seperti ini, bisa-bisa ia kehilangan kemampuan pendengerannya sebelum usia 40 tahun. Dasar pria temperamen!
"Baik, Pak. Saya akan atur ulang jadwalnya." Jawab Kinanti singkat. Ia tidak ingin memperpanjanh masalah dengan ketel mendidih yang ada di depannya.
"Argh! Anjing bodat bangsat! Setan aja sifatnya ga seburuk lo anjing!" Umpat Kinanti dalam hati.
Dan seperti itulah yang dijalani Kinanti setiap harinya. Sejak menjadi sekretaris Darian, makanan pokok Kinanti bukan lagi nasi melainkan cacian dan umpatan. Dan apakah kalian pernah merasakan makan siang dengan umpatan? Sungguh rasanya sedap dan membuat Kinanti ingin melepas telinganya. Kalian harus sesekali mencoba menu itu, kawan.
Namun satu hal yang tidak pernah Kinanti sangka akan terjadi pada hidupnya. Hanya karena satu perbuatan Kinanti yang lalu mengubah hidupnya selamanya. Seperti sebuah domino dimana satu keping terjatuh maka akan berdampak pada yang lainnya, begitulah jadinya hidup Kinanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments