Tuan Besar

Direktur Utama yang duduk di hadapan Kinanti menyunggingkan senyumnya dengan sangat ramah. Kinanti jelas mengenal baik sosok di depannya ini. Bagaimana tidak? Kemarin mereka baru saja berbincang panjang lebar saat makan siang. Iya benar, ternyata sosok Direktur Utama yang selama ini misterius bagi Kinanti adalah pria tua yang sama dengan yang mengobrol dengannya saat makan siang kemarin.

"Bapak? Bapak yang kemarin makan di kafetaria?" Ucap Kinanti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Pria tua itu tertawa. Penampilannya terlihat sangat berbeda jika dibandingkan kemarin. Kemarin ia hanya mengenakan kaos berkerah dan celana dasar. Tidak ada satupun yang tampak menonjol dan mewah.

Namun pria tua di hadapannya ini benar-benar sosok yang berbeda. Ia mengenakan jas rapi dengan potongan yang pas, siapapun yang melihatnya pasti yakin kalau itu adalah jas mahal. Arloji mewah juga melingkar di pergelangan tangannya. Patek Phillippe mungkin? Yang jelas pria yang kemarin Kinanti temui dan yang duduk di hadapannya ini bagai Kutub Utara dan Gurun Sahara. Sungguh!

"Kenapa, Kinanti? Kamu kaget melihat saya disini?" Ucapnya sambil tertawa.

Kinanti hanya mengangguk. Kejutan ini masih membuat otaknya hang dan belum bisa bereaksi.

"Saya Direktur Utama perusahaan tempat kamu bekerja selama 3 tahun ini, Kinanti." Sambung pria tua itu lagi.

"Jadi Bapak adalah Pak Bambang Sudiro Wijaya? Direktur Utama kami? Pemilik perusahaan ini?" Tanya Kinanti memastikan.

Pria tua itu tertawa terpingkal. Ia lalu mengangguk.

"Mungkin kamu terlalu cuek dengan politik kantor sampai kamu tidak peduli dengan para direksi ya?" Kata Pak Bambang.

Kinanti tersenyum tidak enak.

"Kamu tahu kenapa saya memanggil kamu kesini?" Tanya Pak Bambang kepada Kinanti.

"Tidak tahu, Pak." Jawab Kinanti. Karena memang sebenarnya Kinanti tidak tahu mengapa ia dipanggil kesini. Mungkinkah naik jabatan lagi?

Pak Bambang tersenyum penuh wibawa. Sejenak ia tampak menunda kata-katanya lalu melanjutkannya.

"Saya mau kamu menikah dengan anak saya, Darian."

...****************...

Kinanti terhenyak dengan perkataan pria tua di depannya. Kinanti? Menikah dengan Darian si Ketel Mendidih? Bagaimana mungkin? Apa yang dipikirkan ayah Darian hingga ia memilih Kinanti untuk menikah dengan putranya?

"Kenapa kamu terlihat kaget begitu, Kinanti?"

Kinanti mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Tapi kenapa, Pak?" Tanya Kinanti bingung.

"Kenapa saya mau kamu jadi menantu saya?" Ucap Pak Bambang seolah mengerti pertanyaan Kinanti.

Kinanti lagi-lagi mengangguk.

"Saya suka sama kamu. Saya suka semangat kamu, saya suka tata krama kamu, dan menurut saya cuma kamu yang bisa membuat Darian berubah." Jelas Pak Bambang.

Kinanti semakin bingung. Menurut Kinanti atasannya masih sama seperti hari pertama dia bekerja dengannya. Sosiopath pemarah yang kejam.

"Mungkin kamu bingung perubahan apa yang ada dalam Darian. Tapi saya adalah ayahnya dan saya sangat mengenal anak saya dengan baik. Sejak kamu menjadi sekretarisnya selama 2 bulan terakhir, ada banyak sekali perubahan pada Darian." Sambung Pak Bambang.

"Perubahan apa, Pak?" Tanya Kinanti masih tidak mengerti.

"Yang paling jelas adalah amarahnya sudah tidak sebesar dulu lagi. Dan setidaknya Darian jadi sedikit lebih rajin dan profesional semenjak kamu menjadi sekretarisnya. Dan saya percaya Darian bisa menjadi lebih baik jika ia menikah denganmu, Kinanti." Jawab Pak Bambang.

Begitukah? Apakah benar Kinanti yang membantu Darian menjadi seperti ini? Kalaupun memang benar, ini sudah menjadi kewajiban Kinanti untuk bertanggung jawab kepada bosnya. Tapi menjadi seorang istri sangat berbeda dengan hanya menjadi seorang sekretaris. Dan Kinanti tidak yakin apakah ia sanggup melaksanakannya. Terlebih lagi pria yang akan ia nikahi memiliki level emosi yang sama dengan tokoh antagonis film.

"Kamu bisa bicarakan dulu dengan orangtuamu. Tapi saya beritahu sedikit hal, ini adalah penawaran yang sangat bagus untuk kamu dan Darian juga tampan, kan? Silahkan dipikirkan dengan baik karena saya tidak menerima penolakan dalam bentuk apapun, Kinanti." Ucap Pak Bambang penuh wibawa.

Kinanti mengangguk. Kepalanya pusing harus mengambil keputusan seperti apa. Perihal menikah bukanlah sesuatu yang sepele dan dapat diputuskan dengan cap cip cup saja. Tapi tampaknya pernikahannya akan bernasib seperti itu. Dan ia sendiri pun tidak yakin kedua orangtuanya akan keberatan dengan tawan ini. Siapa yang cukup bodoh untuk menolak kesempatan menjadi menantu konglomerat? Sungguh kenapa hidupnya begitu dilematis?

...****************...

Kinanti mengenal kedua orangtuanya sebaik ia mengenal dirinya sendiri. Dan benar tebakannya, orangtuanya setuju dengan tawaran yang diberikan Pak Bambang. Seolah tanpa merasa itu adalah hal yang salah, mereka mengiyakan tanpa ragu.

"Wah? Yang benar, Nak? Pimpinan kamu yang bilang begitu? Dia mau kamu jadi menantunya?" Tanya ibunya seolah tidka percaya dengan apa yang ia dengar.

Kinanti mengangguk. Sejujurnya ia juga terkejut melihat kedua orangtuanya terlihat antusias sekali.

"Tapi Kinanti tidak suka sama Pak Darian, Bu. Kinanti ga mau menikah sama dia." Jawab Kinanti berusaha menolak.

"Kamu jangan bodoh, Nak! Cinta itu tidak penting dalam pernikahan. Memangnya kamu bisa beli beras pakai cinta?" Balas Ibu Kinanti.

Kinanti terdiam. Yah setidaknya bukan berarti ia harus menikah dengan pria keji seperti Darian kan?

"Ini kesempatan yang bagus, Nak. Kamu bisa jadi nyonya di rumah besar konglomerat itu. Hidupmu pasti terjamin dan adik-adikmu mungkin bisa sekolah yang tinggi." Tambah ayahnya membujuk Kinanti.

Kinanti merenung. Tak pernah terpikir sejauh ini olehnya bahwa dengan menikah dengan Darian, mungkin Kinanti bisa memperbaikki hidup keluarganya. Mungkin keluarganya bisa tinggal di rumah yang jauh lebih baik dan adik-adiknya akan mendapatkan kesempatan untuk bersekolah hingga kuliah. Tapi Kinanti ragu, apakah ini semua sepadan dengan kebebasannya yang harus ia gadaikan?

"Lagipula Nak, ingat kata bosmu. Dia bilang sendiri kalau dia tidak mau menerima penolakan, kan? Kita tidak tahu apa yang mungkin akan terjadi kalau kamu menolaknya." Ibunya kembali membujuk Kinanti untuk memantapkan hatinya.

"Kamu harus pikirkan adik-adik kamu, Ti. Kasihan mereka kalau sampai hidupnya susah. Kalau kamu jadi menantu Pak Bambang, pasti semuanya akan menjadi terjamin. Jadi Bapak mohon, terima tawaran ini ya." Ayahnya memegang tangann Kinanti sambil menatapnya lamat-lamat. Berharap agar pendirian putrinya dapat goyah dengan tatapan penuh pinta itu.

Mungkinkah akan terjadi sesuatu yang buruk jika Kinanti menolak tawaran ini? Kehilangan pekerjaannya mungkin hal paling sepele yang bisa terjadi. Bagaimana jika Pak Bambang merasa tersinggung dan membuatnya masuk ke daftar hitam berbagai perusahaan? Hidup Kinanti pasti akan berkali-kali lipat menjadi lebih sulit setelah itu. Dan Kinanti tidak sampai hati untuk menyusahkan orangtuanya lebih jauh apabila ia sampai kehilangan pekerjaannya.

Seperti halnya sebuah permainan. Hidup mereka yang ada di bawah hanyalah permainan bagi mereka yang ada di atas. Orang kaya bisa seenaknya saja memilih dan mengambil gadis asing untuk menjadi menantunya. Tapi tentu saja tidak akan ada yang menolaknya bukan? Siapa yang mau melepaskan satu-satunya kesempatan untuk mendapatkan sendok emas dalam hidup?

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!